Menahan Diri Dari Hawa Nafsu, Lakukan 5 Hal Ini

0
978

Oleh: Sasa  Esa  Agustiana*

 

PERCIKANIMAN.ID – – Manusia harus pandai menangkap isyarat batas ruang gerak dan mampu belajar menahan diri agar tidak melewati batas. Keutamaan akan diperoleh bila semua yang ada pada diri penggunanya disesuaikan dengan limit (batasan) ketetapan Allah Sang Pencipta.

 

Apabila tidak diindahkan maka terjadi over limit, yang mengakibatkan kehancuran diri. Akhirnya, sesuai dengan konsekuensi yang diambil, –mengutamakan menahan atau mengumbar hawa nafsu–  akan berujung pada dua tempat kembali yang disediakan-Nya (surga atau neraka).

 

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-Nya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (An-Naziat 79: 37-41).

 

Hawa nafsu merupakan nikmat dari Allah, fitrah Allah atas manusia, hanya saja kecenderungannya pada keburukan, dalam firman-Nya,

 

“Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan keburukan, kecuali nafsu seseorang yang mendapat rahmat Tuhanku.” (Q.S. Yusuf 12:53)

 

Menahan hawa nafsu merupakan titik sentral kekuatan manusia, caranya antara lain

1.      Mendirikan  Shalat

 

Sebagaimana yang telah difirmankan Allah swt., rem dari perbuatan keji dan munkar yaitu melalui shalat, “Sesungguhnya shalat dapat mencegah kekejian dan kemunkaran” (Q.S. Al  Ankabut :29). Shalat bukan hanya ibadah formal dan ritual,  tapi juga harus berdampak pada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

 

2.     Menjaga Lisan

 

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

 

Jika orang yang beriman   berbicara, yang keluar dari mulutnya hanya kebenaran (al haq), kejujuran, zikir, tidak mencaci,  dan ia tidak bergosip. Selain itu ia tidak berkata lemah lembut dengan maksud menarik perhatian lawan jenis.

 

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang berpenyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al   Ahzab 33: 32).

 

3.     Menjaga makan

 

“…makan dan minumlah, janganlah berlebih-lebihan/melampaui batas.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

 

Asupan kualitas dan kuantitas, kehalalan dan ke-thayib-an, menjadi panduan untuk mengatur apa yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim.  Rasulullah saw. menghindari makan dan minum yang berlebihan.

 

Beliau hanya melakukannya pada saat perut terasa lapar. Beliau mengisi perutnya dalam tiga bagian, sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. .

 

4.     Menjaga kehormatan

 

Persyaratan ini mutlak dimiliki seorang muslim, karena hal ini sekaitkan dengan berhasil tidaknya seseorang masuk ke dalam surga-Nya. Sebagaimana yang telah diterangkan Allah swt. dalam Q.S. Al Mukminun (23) ayat 5-7, untuk menjaga kehormatannya, dalam berhubungan, seseorang  dilarang melewati batas.

 

5.     Menahan Pandangan

Q.S. An-Nuur (24) ayat 30-31, memerintahkan seorang hamba yang beriman untuk menjaga pandangannya, tak dibedakan bagi laki-laki maupun perempuan, karena keduanya bisa saling tertarik secara syahwati. Pengharaman melepaskan pandangan, disebabkan perbuatan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya hati, memikirkan, mengangankan apa yang dilihat lalu berhasrat  mewujudkannya.

 

Pandangan adalah panah beracun dari Iblis.” (H.R. Ahmad).

 

Bila seseorang tidak dapat menahan pandangannya, pusat inti kekuatannya, yaitu hati, sudah dikuasai setan.

 

“Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging.  Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Sedangkan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Bukhari Muslim). Pun sebaliknya, jika ia mampu menahan pandangannya ia akan mendapatkan nikmatnya iman.“Pandangan mata adalah panah beracun dari iblis.  Siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikannya keimanan yang dirasakan kenikmatannya dalam hati.” ( H.R. Hakim, Thabrani, dan Baihaqi).

 

BACA JUGA: Larangan Bagi Muslimah Dalam Berhias

 

Jihadun nafsi, memerangi hawa nafsu membutuhkan perjuangan yang lebih besar daripada perang secara fisik. Manusia yang berjuang mengendalikan hawa nafsunya akan memperoleh rahmat dan hidayah Allah swt.  Sehingga ketika ia “pulang”, jiwanya dalam keadaan tenang.“Allah rido terhadap mereka dan mereka pun rido kepada-Nya.” (Q.S. Al   Bayyinah: 8).

 

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada TuhanMu dengan hati yang puas lagi diridhai” (Q.S. Al   Fajr: 27-28). “Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah maka hendaklah dia melihat kedudukan Allah di sisi-Nya, karena sesungguhnya Allah  memberikan kedudukan kepada seorang hamba di sisi-Nya sesuai dengan bagaimana hamba itu memberikan kedudukan kepada-Nya di sisinya.” (H.R. Hakim). InsyaAllah, semoga puncak tertinggi kebahagiaan memperoleh keridoan-Nya, dapat kita raih.

 

“Ya Allah jadikanlah di dalam kalbuku cahaya, lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya.  Jadikanlah dari punggungku cahaya, dari hadapanku cahaya dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah, berikan padaku cahaya.” Wallahu ‘Alam bishawwab. [ ]

5

*Penulis adalah ibu rumah tangga,pegiat dakwah dan penulis buku

sasa esa
Penulis

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

960