Cara Tawakal Yang Benar Kepada Allah, Jangan Tinggalkan 4 Hal Ini

0
561
Jangan lelah dan putus asa jika doa belum terkabul ( ilustrasi foto: freepik)

PERCIKANIMAN.ID – – Secara umum tawakal dipahami sebagai upaya menyerahkan hasil ikhtiar pada kekuasaan Allah Ta’ala dengan tetap berbaik sangka (Husnudzan).

 

Ada beberapa hal atau unsur-unsur dalam sikap tawakal ini sehingga tetap ada dalam koridor yang Allah Swt minta serta dicontohkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

 

1.Ikhtiar

Ikhtiar atau usaha ini menjadi peranan utama karena dalam kehidupan kita di dunia ini. Meski Allah Ta’ala sudah pasti menjamin rezeki kita sejak dalam kandungan hingga menjelang ajal namun itu semua harus diiringi dengan usaha. Sakit itu hakikatnya datang dari Allah dan Dia pula yang akan menyembuhkan namun dalam perjalanan menuju sembuh itu kita dituntut untuk ikhtiar seperti periksa ke dokter, minum, istirahat, makan makanan bergizi dan sebagainya.

 

2.Do’a

Doa adalah unsur penting dalam menjalankan ikhtiar atau setiap usaha. Doa adalah wujud pengakuan diri bahwa manusia itu lemah dan tidak mempunyai daya, upaya serta kekuatan apa pun tanpa pertolongan dan kehendak Allah. Manusia harus menyadari sepenuhnya bahwa segala keberhasilan dan capaian usahanya adalah datangnya serta karunia Allah semata bukan mutlak atas usahanya.

 

3.Syukur

Meski segala upaya dan usaha telah dilakukan namun belum juga terwujud keinginan atau harapan tersebut maka sikap syukur harus ditetap dimiliki. Sikap syukur ini sebagai ungkapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, seperti yang diperintahkan oleh Allah dalam Al Quran:

 

(152). فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.“(QS.Al Baqarah [2]:152)

 

4.Sabar

Manusia hanya dituntut untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya maka Allah saja yang berhak mengabulkan doa dan ikhtiar kita. Untuk itu sikap sabar harus dimiliki sebagai salah satu bentuk pengakuan diri yang lemah. Dalam menjalani kesabaran ini kita harus tetap optimis dan tidak boleh berputus asa. Bisa jadi Allah akan mengabulkan doa dan usaha kita sebulan, setahun atau di masa yang akan datang. Dalam Al Quran disebutkan:

 

(153). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Namun demikian apa pun yang terjadi kita harus ridha terhadap ketetapan Allah. Makna ridha sendiri artinya rela menerima kenyataan, sepahit apapun kenyataan itu. Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

Sungguh mental orang beriman itu menakjubkan, karena apapun yang menimpanya akan menjadi kebaikan. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka itu sangat baik baginya, dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu lebih baik baginya” [H.R.Muslim]

 

Selain itu kita harus memiliki sikap husnuzhan yakni berbaik sangka kepada Allah atas apa yang di tetapkan kepada kita. sikap husnudzan sangat baik dan mulia karena akan melahirkan rasa optimis dan tidak berkeluh kesah. [ ]

5

Red: admin

Editor: iman

890