Khutbah Idul Adha : Dimensi Vertikal dan Horizontal Dalam Ibadah Qurban

0
2001
Kaum muslimin mendengarkan khutbah usai shalat Idul Adha ( ilustrasi foto: suaraindonesia)

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*

 Khutbah Pertama

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة واصيلا،  لا اله الا الله ولا نعبد إلا إياه، مخلصين له الدين ولو كره المشركون، ولو كره الكافرون، ولو كره المنافقون.

لا اله الا وحده، صدق وعده،  ونصر عبده، واعز جنده، وهزم الأحزاب وحده.

لأ اله الا الله والله اكبر الله، اكبر ولله الحمد

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا

لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِومن تبع هداه  إلى اخر الزَّمَانِ،

اما بعد : فيا عباد والله أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلنا تفلحون.

قال الله تعالى  فى القرآن العظيم، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم , بسم الله الرحمن الرحيم :

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا .

معاشر المسلمين رحمكم الله

Puji dan syukur hanya milik Allah Yang Maha Ghafur yang telah menganugerahkan karunianya yang sangat tak terukur kepada kita, sehingga kita dapat menjalankan aktifitas ibadah kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Mulia, Nabi Agung, yakni Nabi Besar Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Dan semoga sinugrah keberkahan untuk keluarga, para sahabat serta seluruh ummat setianya hingga akhir zaman.

Sebagai salah satu rukun khutbah, pada kesempatan ini  khatib mengajak kepada seluruh jamaah, marilah kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.

Barometer dari ketakwaan adalah kemampuan kita untuk sekuat tenaga, memaksimalkan dalam  menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Posisi kita berada di jalan yang telah digariskan oleh Allah swt, dengan istiqamah yang tidak berbelok ke kiri dan ke kanan akan menjadikan kita pada posisi tengah dan kuat (ajeg, teteg) sehingga mampu menghantarkan kita pada tujuan yang benar dan hakiki dalam kehidupan di dunia. Karena Ketakwaan ini juga sebagai bekal terbaik dan pakaian terbaik dalam menjalani kehidupan sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala   tegaskan dalam Al Qur’an.

Allah berfirman:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”. (QS al-Baqarah 197).

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang terbaik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.”  (QS. Al A’raf : 26)

معاشر المسلمين رحمكم الله

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kita semua untuk kembali merenungkan nikmat-nikmat dan rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan kita. Segala nikmat ini adalah nyata adanya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala  yang terdapat pada  surat Al-Kautsar ayat 1 :

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” (QS.Al Kautsar: 1)

Nikmat yang telah diberikan ini tidak boleh menjadikan kita lupa sehingga jauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebaliknya, nikmat dan anugerah  ini harus mampu kita jadikan sebagai sarana untuk beribadah dan membawa kita lebih dekat (taqarrub) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Lalu bagaimana cara kita bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pertanyaan ini dijawab pada ayat berikutnya yakni ayat kedua surat Al-Kautsar :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”.  .” (QS.Al Kautsar: 2)

معاشر المسلمين رحمكم الله

Jelas dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya dengan dua bentuk ibadah. Pertama adalah shalat yang memang sudah menjadi kewajiban dan rutinitas harian kita dengan melaksanakannya lima waktu setiap hari, yakni Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

Kedua adalah dengan berkurban yang merupakan ibadah tahunan dan hanya bisa dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah.

Pada bulan Dzulhijjah ini kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban di Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10 Dzuhijjah Dan atau tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.

Dari sisi bahasanya sendiri, kurban berasal dari bahasa Arab, yakni  قرب – يقرب – قربا (qarraba – yaqorribu – qurban) yang artinya dekat. Untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui kurban, kita dituntut berkorban menyisihkan harta kita untuk membeli hewan kurban dan memberikannya kepada orang lain.

Tentu kita harus benar-benar ikhlas dan menata hati dengan benar dalam berkorban dengan berkurban ini. Jangan sampai pengorbanan kita dengan mengambil harta yang kita miliki tidak membuahkan hasil dan jauh dari hakikat ibadah kurban itu sendiri yakni mendekatkan diri pada Allah Ta’ala.

Jangan sampai kita salah niat, sehingga kita malah akan semakin jauh dari Allah karena niatan yang salah seperti ingin dipuji orang dan niatan-niatan lainnya yang tidak lillahi ta’ala.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Menyembelih hewan kurban menurut Imam Malik dan Imam al-Syafi’i adalah kesunnahan yang diutamakan atau sunnah muakkadah. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban adalah wajib bagi penduduk yang mampu dan sedang tidak dalam keadaan bepergian.

Nabi Muhammad saw pun telah memberi contoh dengan tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat.   Sebagai sebuah kesunnahan yang ditekankan dan rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ibadah kurban memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana haditst Nabi Saw dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah :

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Tiadalah suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu (ikhlaskanlah) untuk melakukannya.”

Keutamaan lain dari ibadah kurban adalah sebuah ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni fimensi vertikal dan dimensi horizontal.

Dimensi VERTIKAL artinya ibadah yang ditujukan lillaahi Ta’aalaa (hanya karena dan kepada Allah swt/فانحر لربك), sementara dimensi HORIZONTAL adalah ibadah sosial berupa berbagi rezeki untuk berbagi kebahagiaan kepada orang lain

(واطعموا الباءس الفقير)

“Berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan/fakir”.

Ketika kita mampu membahagiakan orang lain, termasuk para Penggiat di bidang peternakan yang mungkin keberuntungannya tergantung dari hasil ternaknya lalu tergumam do’a dari mulut mereka untuk orang yang berkurban, maka kita pun akan merasa bahagia dan pada akhirnya kebahagiaan bersama juga akan mudah terwujud sehingga kehidupan di tengah-tengah masyarakat pun akan bahagia dan damai.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Dengan agungnya makna dan tujuan dari ibadah kurban ini, maka sudah selayaknya kita berusaha untuk dapat melaksanakannya sehingga kita akan semakin dekat kepada Allah SWT. Tentu kita tidak ingin menjadi hamba yang kufur nikmat dan terputus rahmat Allah karena kita tidak berkurban padahal sebenarnya kita mampu.

Mari kita bersama-sama menjadi hamba yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah-perintahnya. Jangan sampai kita pada kondisi yang disebutkan dalam surat Al-Kautsar ayat 3 :

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)”.   .” (QS.Al Kautsar: 3)

بارك الله لي ولكم من القراءن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم .

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khutbah Kedua

الله اكبر   الله اكبر.   الله اكبر

الله اكبر.   الله اكبر.   الله اكبر

الله اكبر.

لا اله الا الله والله اكبر ، الله اكبر ولله الحمد ،

اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

5

Red: admin

Editor: iman

940