Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Taqwa Pasca Ramadhan

0
2146
ilustrasi foto: istimewa

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*

Khutbah Pertama

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وحده  لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى:  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberi karunia kesehatan dan umur panjang sehingga kita bisa menikmati manisnya ibadah di bulan Ramadhan dan bisa merayakan hari raya Idul Fitri tahun ini, sekaligus kita bisa beribadah jum’atan seperti saat ini.

Tidak semua orang bisa menikmati anugerah ini karena sudah dipanggil terlebih dahulu ke haribaan-Nya. Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk mengucapkan Alhamdulillahirabbil alamin, mudah-mudahan kita senantiasa diberi kesehatan dan umar panjang untuk terus bisa menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:  Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

وما خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

 

Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

 

Selain syukur, kita juga berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menguatkan komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan ini sudah semestinya terus menguat pada diri kita karena menjadi muara atau target  tujuan utama dari diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan. Hal ini sudah ditegaskan :

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Seiring dengan Ramadhan yang sudah  terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Ramadhan. Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas?

 

Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-bulan setelah Ramadhan? Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Allah sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-Nya:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Ḥasyr :18).

 

معاشر  المسلمين رحمكم الله

 

Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terlebih memasuki bulan Syawal yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah pasca-Ramadhan. Hal ini pun tergambar dari makna kata Syawwal itu sendiri.

 

Dari segi bahasa, kata “Syawal” (شَوَّالُ) berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang memiliki arti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan.

 

Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan kuantitas yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam kuantitas yang sedikit. Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:

 

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)ـ

 

Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yang telah kita raih setelah berjuang di bulan Ramadhan. Selain predikat ketakwaan yang telah dijanjikan Allah bagi orang-orang beriman yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan baik, kesucian diri seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia, juga akan diraih orang yang berpuasa.

Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابً

ا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan  dilandasi oleh iman dan introspeksi diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.” (HR. Bukhari Muslim).

 

معاشر  المسلمين رحمكم الله

 

Alangkah mulianya dua status yang didapat seseorang setelah berpuasa di bulan Ramadhan. Alangkah sayangnya jika status ini tidak dipertahankan dengan baik dan disia-siakan begitu saja. Mestinya kita harus merasa  rugi jika tidak bisa dan tidak berusaha mempertahankan ketakwaan dan kesucian pasca-Ramadhan ini.

Karena Ketakwaan sendiri merupakan status yang paling mulia yang disematkan kepada hamba-Nya di sisi-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat Ayat 13:

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ۝١٣

 

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”.

Selain menjaga ketakwaan, kesucian diri juga harus dipertahankan, jangan sampai dikotori kembali oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang akan menjauhkan diri dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena Allah menggolongkan orang-orang yang mampu menjaga kesucian diri sebagai orang yang beruntung dan sebaliknya menyebut orang-orang yang mengotori kesucian diri sebagai orang yang merugi. Hal ini Ditegaskan dalam Al-Qur’an:

 

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ۝٩ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ۝١٠

 

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS.As-Syams: 9-10).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

Dari paparan materi khutbah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa semangat ibadah di bulan Ramadhan harus terus kita pertahankan dan lanjutkan di bulan-bulan selanjutnya. Terlebih dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil amaliyah ramadhan kita, harus dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Rasulullah bersabda:

 

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

 

Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

 

Ya Allah… berikan kami kekuatan untuk terus dapat menjalankan ibadah kami dengan semangat karena-Mu. Berikanlah kami kesucian hati dalam mengemban dan melaksanakan tugas beribadah kepada-Mu. Berilah kami keistiqamahan dalam beribadah untuk meraih ridha-Mu.

Aamiin.

 

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

 Khutbah Kedua

 

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ.

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى وال  سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى وال سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. الاحياء منهم والاموات، انك سميع قريب مجيب الدعوات، ياقاضي الحاجات،ويارافع الدرجات، وياشاقي الامراض، ويا دافع البليات. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.  رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.

 

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

5

Red: admin

Editor: iman

930