Rokok Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak

0
401

PERCIKANIMAN.ID – – Jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan jumlah perokok di atas 15 tahun sebanyak 33,8 persen. Dari jumlah tersebut 62,9 persen merupakan perokok laki-laki dan 4,8 persen perokok perempuan. Ini artinya 3 dari 10 orang usia >15 tahun di Indonesia adalah perokok.

 

Hari Tanpa Tembakau Sedunia mulai dicetuskan pada tahun 1987, untuk menarik perhatian masyarakat global terhadap masalah kesehatan hingga kematian yang ditimbulkannya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perilaku merokok atau paparan asap rokok meningkatkan risiko stunting pada anak.

 

Apa Itu Stunting Dan Bagaimana Dampaknya Pada Anak?

Stunting adalah kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan linear (tinggi badan) karena kurangnya asupan gizi, infeksi, ataupun stimulasi yang tak memadai. Stunting merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Menurut Data UNICEF tahun 2012, Indonesia masuk dalam lima negara dengan masalah stunting paling tinggi.

 

Meskipun prevalensi stunting sedikit menurun menjadi 30,8 persen pada tahun 2018, namun angka stunting ini masih tergolong tinggi.

 

Negara-negara tetangga dengan masalah stunting yang tidak signifikan (< 20 persen) memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik, ditunjukkan dengan tingginya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

 

Dampak stunting menurunkan IQ (intelligence quotient) atau perkembangan kognisi anak

Stunting juga menyebabkan terlambatnya perkembangan kemampuan motorik yang mempengaruhi kemampuan dan ketertarikan mereka dalam bereksplorasi serta menunda perkembangan intelektual anak. Dampak jangka panjang stunting yang terjadi sejak dini pada anak adalah rendahnya produktivitas dan tingginya risiko kegemukan dan risiko terjadinya penyakit tidak menular pada usia dewasa nanti.

 

Apa Saja Yang Meningkatkan Risiko Stunting Pada Anak?

Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa risiko stunting pada anak meningkat ketika memiliki riwayat berat badan lahir rendah (< 2,5 kg), tinggi badan ibu kurang dari 150 cm, dan buruknya sanitasi.

 

Selain faktor risiko di atas, paparan asap rokok berisiko menyebabkan anak stunting. Merokok saat hamil berhubungan dengan lebih rendahnya panjang badan lahir. Kedua penelitian di USA dan UK menunjukkan, semakin banyak jumlah rokok yang diisap oleh ibu semakin rendah tinggi anak.

 

Di samping itu, survey di beberapa negara, yaitu Indonesia, Bangladesh, Kamboja, Namibia dan Nepal menunjukkan bahwa perilaku merokok baik pada bapak maupun ibu meningkatkan risiko stunting pada anak.

 

Lalu, apa hubungannya rokok dengan anak stunting, simak ulasannya dibawah ini

Bagaimana Rokok Bisa Meningkatkan Risiko Stunting?

Pertama, nikotin yang ada dalam rokok secara langsung bereaksi dengan kondrosit (sel tulang rawan) melalui reseptor khusus nikotin sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang. Estimasi dosis total nikotin yang diisap oleh anak dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran kotinin.

Konsentrasi kotinin dalam kelenjar ludah anak sekolah ditemukan sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok orang tua terutama ibu. Kadar kotinin yang diukur juga berhubungan dengan kadar nikotin di atmosfer dalam rumah.

 

Kedua, paparan asap rokok dalam rumah menyebabkan anak memiliki risiko terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 6 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak terpapar asap rokok dalam rumah. Infeksi terutama yang bersifat kronis ataupun yang berulang dapat menghambat pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting.

 

Ketiga, penelitian di daerah perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa perilaku merokok bapak menyebabkan adanya pengalihan pengeluaran rumah tangga untuk rokok. Proporsi pengeluaran rumah tangga untuk makanan yang berkualitas seperti telur, ikan, buah-buahan, dan sayuran berkurang pada rumah tangga dengan bapak yang perokok.

 

Indonesia terkenal memiliki jumlah perokok tertinggi ketiga di dunia, lebih dari setengahnya berasal dari rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah. Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah menyatakan bahwa rokok adalah pengeluaran rumah tangga terbesar kedua setelah beras pada keluarga miskin di Indonesia. [ ]

Sumber: haibunda.com

5

Red: admin

Editor: iman

820