Kisah Fir’aun dan Orang Sombong Dalam Al Quran

0
806

PERCIKANIMAN.ID – – Di dunia ini ada banyak contoh orang besar namun sombong, misalnya ada Hitler, ada pula Fir’aun, Raja Namrud dan sebagainya. Tentunya telinga kita sudah akrab dengan nama ini.

 

Dalam Al Quran, ada 94 ayat yang menyebut nama tokoh diktator yang melegenda ini. Jika Hitler mati terbakar karena malu menanggung kekalahan, Fir’aun mati tenggelam karena malu untuk mundur dari mengejar Musa. Dua tokoh tersebut mati karena keangkuhannya.

 

Fir’aun sebenarnya adalah gelar raja-raja Mesir terdahulu. Dalam dialek Inggris diterjemahkan menjadi Pharaoh. Fir’aun yang tertulis dalam Al Quran muncul pada ayat-ayat yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Yusuf dan Nabi Musa. Hanya pada kisah Nabi Yusuf, Allah menyebutnya dengan sebutan Malik. Berbeda dengan ayat-ayat yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Musa yang langsung Allah sebut dengan istilah Fir’aun.

 

Nama asli Fir’aun yang mengejar Nabi Musa dan tewas tenggelam di Laut Merah adalah Mineptah atau bergelar Ramses III. Dia sebenarnya mewarisi negeri Mesir dalam keadaan damai dan sejahtera dari Ramses II. Tapi, mungkin karena kedamaian dan ketentraman tersebut ia menjadi lupa diri sehingga mengangkat dirinya menjadi penguasa bak Tuhan yang harus disembah dan dipatuhi seluruh rakyatnya.

 

Allah berfirman, “Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al Qashash 28: 4).

 

Sebenarnya, Mineptah-lah yang membesarkan Musa. Dalam Al Quran ditulis bahwa Musa kecil dihanyutkan ibunya ke sungai akibat takut ketahuan pegawai kerajaan karena memiliki anak lelaki. Allah menjanjikan akan menjaga Musa dan menempatkannya pada keluarga terhormat yang ternyata Musa kecil ditemukan oleh Istri Mineptah, Asiah. Agar tetap bisa bersamanya, ibu Musa menawarkan diri pada Asiah untuk bisa merawat Musa kecil hingga dewasa.

 

Musa kecil dikisahkan tumbuh menjadi anak pembangkang yang selalu berbeda pendapat dengan ayahnya, sang Mineptah. Naluri kebenarannya mulai tumbuh. Saking kesalnya, Mineptah akhirnya membakar lidah Musa kecil yang akhirnya hingga dewasa Musa menjadi seorang yang cadel dan kurang jelas bicaranya. Di kemudian hari Allah memberikan Nabi Harun untuk menjadi pendamping dan teman Musa dalam menjalankan misi dakwahnya.

 

Singkat kata, Musa yang telah menerima wahyu gencar meminta sang ayah angkat untuk sadar dan mengakui keesaan Allah. Akibatnya, anak-ayah ini menjadi musuh bebuyutan. Sampai-sampai, untuk membalas mukjizat sang anak, Mineptah menghadirkan tukang-tukang sihir terbaik Mesir.

Namun, dasar memang Musa membawa kebenaran, para tukang sihir itu justru berbalik memihak Musa dan mengatakan rela mengakui keesaan Allah. Puncaknya, perseteruan tersebut menempatkan Musa dan pengikutnya sebagai orang yang paling dicari dan dibenci sang Mineptah.

 

Mengetahui niat buruk sang raja, Musa diperintahkan Tuhan untuk segera melarikan diri ke luar dari negeri Mesir menyeberangi Laut Merah. Sampai di tepi Laut Merah, Musa yang panik tidak tahu harus berbuat apa untuk menyeberangi lautan nan luas itu demi menyelamatkan diri dan para pengikutnya. Lalu, Allah memberikan mukjizat kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke arah Laut Merah. Ajaib, laut tersebut terbelah sehingga membentanglah terowongan yang di kiri dan kanannya adalah lautan yang bergolak.

 

Akhir cerita sudah bisa kita tebak, “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Q.S. Al Baqarah 2: 50).

 

Saat Mineptah lewat, laut bergulung dan kembali menyatu menutup terowongan yang ia lewati. Terhanyutlah manusia angkuh yang mengaku bahwa dirinya Tuhan. Saat ajal sudah dekat, saat nyawa sudah sampai kerongkongan, terbersitlah kata tobat dari Mineptah. Namun, apa lacur, semua sudah terlambat. Mineptah mati tenggelam dalam keadaan kafir.

 

Sesuai janji Allah, berabad-abad setelah peristiwa itu, jasad Fir’aun tetap abadi. Menurut seorang dokter ahli bedah paling masyhur berkewarganegaraan Prancis, Dr. Morris Bukay, jasad Mineptah yang asli ditemukan di pekuburan Lembah Raja di Thoba (Tiba), di pinggir lain dari Sungai Nil di depan kota al-Aqshar (Luxor City) saat ini. Mumi yang selama ini dikenal masyarakat luas sebagai Mineptah ternyata hanyalah seseorang yang juga mengejar Musa dan ikut mati tenggelam.

 

Bagaimana pun caranya, inilah salah satu bukti dan cara Allah menunjukkan pada kita bahwa keangkuhan dan lupa diri akan membawa kita pada jurang kesesatan. Dan Allah mengabadikan Mineptah alias Ramses III alias Fir’aun dalam Al Quran dan bukti nyata berupa jasadnya yang masih sempurna tanpa cacat. [ ]

4

Red: admin

Editor: iman

943