Mudik Lebaran, Perhatikan 9 Hal Ini Agar Berkah dan Bernilai Ibadah

0
495

PERCIKANIMAN.ID – –  Mudik lebaran, atau pulang kampung ada tradisi masyarakat muslim khususnya di Indonesia saat jelang Idul Fitri atau diujung bulan Ramadhan. Tentunya banyak yang harus dipersiapkan sebelum mudik. Mulai dari finansial, kesehatan fisik, kendaraan, hingga oleh-oleh lebaran.

 

Nah, tak jarang kadang ada yang kita lupakan saat mudik, yaitu bagaimana menjadikan perjalanan kita aman dan tetap penuh berkah. Ada beberapa tuntunan bersafar yang kadang terlewatkan, apa saja? Dibawah ini terdapat beberapa tuntunan sebelum, saat, dan sesudah bersafar.

 

  1. Shalat istikharah.

Melakukan Shalat istikharah untuk memohon petunjuk kepada Allah mengenai waktu safar, kendaraan yang digunakan, teman perjalanan dan arah jalan. Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkaya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikharah dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al-Qur’an.” (HR. Bukhari)

 

  1. Banyak bertaubat pada Allah dan menyelesaikan segala urusah dengan orang lain.

Jika perlengkapan dan niat safar sudah bulat, perbanyaklah bertaubat pada Allah SWT agar terhindar dari segala macam bentuk maksiat. Selesaikan segala persengketaan dengan orang lain seperti hutang piutang dan mengembalikan barang pinjaman, minta maaf jikalau pernah berbuat salah dan beri wasiat.

 

  1. Melakukan perjalanan bersama tiga orang atau lebih.

Sebagaimana dalam hadits, “Satu pengendara (musafir) adalah syaitan, dua pengendara (musafir) adalah dua syaitan, dan tiga pengendara (musafir) itu baru disebut rombongan musafir.” (HR. Abu Daud, At Thirmidzi, Ahmad).

 

Yang dimaksud dengan syaitan disini adalah jika kurang dari tiga orang, musafir tersebut sukanya membelot dan tidak taat. Namun larangan disini bukanlah haram (tetapi makruh) karena larangannya berlaku pada masalah adab.

 

  1. Mengangkat pemimpin dalam rombongan.

Pemimpin yang dianjurkan adalah yang memiliki akhlak yang baik, akrab, dan tidak egois. Selain itu carilah teman-teman yang baik dalam perjalanan. Adapun perintah mengangkat seorang pemimpin dalam perjalanan terdapat dalam hadits berikut, “Jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah mereka mengangkat salah di antaranya sebagai ketua rombongan.” (HR. Abu Daud).

 

 

  1. Lakukan safar di waktu terbaik.

Dianjurkan untuk melakukan safar pada hari Kamis sebagaimana kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Ka’ab bin Malik, beliau berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis. Dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada hari Kamis.” (HR. Bukhari)

Dianjurkan pula untuk mulai bepergian pada pagi hari karena waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah. Sebagaimana do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu pagi,

Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud).

Selain itu waktu duljah atau malam hari juga merupakan waktu terbaik untuk melakukan perjalanan. Waktu malam dianjurkan karena ketika itu jarak bumi seolah-olah didekatkan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Hendaklah kalian melakukan perjalanan di malam hari, karena seolah-olah bumi itu terlipat ketika itu.” (HR. Abu Daud).

 

  1. Berpamitan, berdo’a dan minta di-do’akan.

Sebelum pergi, berpamitanlah pada kerabat, tetangga, atau orang-orang di lingkungan kerja. Jangan lupa untuk berdo’a dan minta di-do’akan terutama do’a dari orang tua. Tidak lupa pula untuk shalat sunnah dua rakaat sebelum berangkat, sebagaimana dalam hadits, “Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.” (HR. Al Bazzar).

 

BACA JUGA: Mudik Lebaran, Benarkah Haram ?

 

  1. Gunakan waktu perjalanan dengan hal yang bermanfaat.

Saat perjalanan, apalagi ketika melakukan perjalanan menggunakan mobil atau kereta dengan waktu tempuh berjam-jam, pasti banyak waktu kosong. Gunakanlah waktu ini untuk hal-hal yang bermanfaat seperti, perbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, mengulang hafalan, membaca buku, atau tafakkur alam.

 

  1. Beritahu pada kerabat, ibu kos, atau tetangga ketika kembali dari safar.

Kabari keluarga, ibu/bapak kos, atau tetangga ketika akan kembali dari safar. Hal ini terkait dengan waktu tiba di tempat asal. Karena bisa saja ada yang tidak suka atau terganggu apabila kita datang pada malam hari. Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak pulang dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari. Beliau biasanya datang dari bepergian pada pagi atau sore hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

BACA JUGA: Mudik Lebaran, Momen Berbagi Kebahagiaan atau Pamer Kekayaan?

 

  1. Shalat dua rakaat di masjid ketika tiba dari safar.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. Tatkala kami tiba di Madinah, beliau mengatakan padaku,“Masukilah masjid dan lakukanlah shalat dua raka’at.” (HR. Bukhari).

Nah, itu tadi beberapa tuntunan sebelum dan sesudah safar. Jangan lupa untuk selalu mempersiapkan dan memeriksa segala perlengkapan dan kebutuhan sebelum melakukan perjalanan, supaya perjalanan menjadi aman, nyaman, dan tetap membawa berkah. Semoga bermanfaat. [ ]

 

Disadur dari berbagai sumber.

5

Red: riska

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

850

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online