Navigasi Mata Burung

0
353

Tidakkah mereka perhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa luas. Tidak ada yang menahannya kecuali Allah. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang beriman.” (Q.S. An-Nahl [16]: 79)

Ismail Haqqy Al-Istanbuly dalam Tafsir Ruhul Bayan menafsir bahwa burung yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ruh yang dimudahkan oleh Allah Swt. melayang dalam hawa qolbu manusia. Jamaluddin Al-Jawzy dalam Tafsir Zadul Masiir menulis tentang pendapat Ibnu Sa’ib bahwa Allah yang menahan burung agar tidak melontarkan batu panas kepada orang jahat di muka bumi ini.

Sedangkan, Al-Qasimy dalam Mahasinut Ta’wil mengulas panjang lebar tentang hikmah wahdaniyat dari penciptaan organ burung, termasuk bulu, sayap, cakar, paruh, makanan, dan telurnya. Lalu, disimpulkan bahwa hanya Allah Swt. yang menahan burung tinggi di udara sehingga tidak jatuh. Tapi ternyata, yang ajaib bukan hanya tubuh yang bisa melayang di udara, tetapi bagaimana Allah memudahkan burung-burung tersebut bermigrasi ribuan kilometer ke arah yang tepat.

Kini, ilmuwan menemukan bahwa di dalam mata burung terdapat protein peka cahaya yang bisa melihat medan magnetik bumi. Subhanallah! 11 tahun yang lalu, Ritz cs. menemukan molekul yang dinamakan cryptochrome, protein yang mengandung pigmen peka cahaya.

Protein in terdapat pada lapisan syaraf mata burung. Hasil riset menunjukkan bahwa ketika cryptochrome berinteraksi dengan panjang gelombang cahaya biru-hijau tertentu, ia akan memancarkan berkas elektron yang mirip fotosintesis. Pasangan elektron dalam cryptochrome dibelah oleh energi cahaya, satu elektron tinggal dan yang lain terlempar ke molekul lain.

Hal tersebut menciptakan dua molekul yang masing-masing bermuatan atau ion dengan elektron yang berputar berlawanan arah. Kemudian ketika ada medan magnet dari luar, orientasi putaran elektron tadi akan terpengaruh dan memicu reaksi biokimia tertentu.

Burung akan melihat garis-garis magnet yang berwarna di atas pemandangan bumi di bawahnya, mirip garis putus-putus marka di tengah jalan raya. Di majalah Nature (2004), para peneliti dari University Oxford dan Arizona State University melaporkan percobaannya. Mereka merangkai molekul dari tiga pigmen penyerap cahaya lalu disinari dengan berkas cahaya laser.

Mula-mula, elektron terpecah sebentar lalu mengumpul kembali. Ternyata, lama waktu elektron terpecah adalah setara dengan sudut medan magnet dan ketika elektron mengumpul kembali dan bentuk molekul berubah akibat energi cahaya tadi. Ketika medan magnet lokal di sekitar burung diganggu, maka jalur terbang burung bisa dibelokkan ke arah yang lain.

Berbekal ayat tersebut dan pengetahuan manusia akan berbagai disiplin ilmu, burung pun menjadi objek yang semakin menarik untuk diteliti. Shodaqollahul adzim.

Penulis :  Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI