PERCIKANIMAN.ID – – Membahas atau membicarakan cinta, artinya berbicara sesuatu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahkan, sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalâm sampai kelak hari kiamat datang, pembahasan tentang cinta tidak akan selesai. Setiap generasi mempunyai bahasan menarik dan pelik tentangnya.
Kisah tragis Qabil dan Habil yang diyakini tragedi berdarah dalam sejarah manusia konon diawali dengan kisah cinta yang tak bersambut.
Islam sebagai agama paripurna, juga andil membahas topik ini. Islam mengatur tentang cara bercinta, dan siapa yang layak dicinta. Bahkan, tidak jarang kita temukan jargon, “Islam sebagai agama cinta.” Juga banyak manusia menemukan jati diri dan bangkit, bahkan menemukan bakat yang selamanya terpendam dalam dirinya karema cinta. Meskipun tidak sedikit pula dengan cinta orang justru kehilangan akal sehat dan melakukan berbagai kejahantan yang sangat tidak manusiawi atas nama cinta.
Imam Al-Ghazali dalam kitab monumentalnya Ihyâ’ Ulûmiddîn menjelaskan satu bab khusus tentang cinta (mahabbah). Mulai dari dalil-dalil cinta, hakikat, sebab, dan siapa yang berhak mendapatkan cinta.
Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang berbicara cinta. Begitu pun dengan hadist Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, bahkan keimanan paling sempurna adalah iman yang dilandasi cinta. Tanpa cinta, keimanan hanya sebatas nama tanpa makna. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ
“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah…..” (QS.Al-Baqarah: 165)
Sementara dalam hadist Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam juga tidak kalah menarik ketika membahas cinta:
يَا رَسوْلَ اللهِ، مَا الإيْمَانُ؟ قَالَ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلهُ أَحَبَّ إلَيْكَ مِمَّا سِوَاهُمَا. (رواه أحمد)
“Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud iman? Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menjawab: “Yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya lebih kalian cintai daripada selain keduanya.” (HR. Ahmad)
Dengan cinta, orang akan menjadi istimewa di sisi Pencipta. Tanpa cinta, ia tidak lebih sekadar seorang hamba yang tidak mempunyai nilai lebih di sisi Allah Ta’ala.
Lalu, bagaimana cara mencintai Allah dan Rasulullah dengan baik dan benar? Apakah mencintai lawan jenis adalah bagian dari cinta kepada agama? Apa saja batas cinta menurut Islam? Apakah boleh cinta pada harta ?
Untuk mendapatkan penjelasannya bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian bisa simak jawaban dari guru kita ustadz Aam Amiruddin dalam video berikut ini. Silakan simak:
Demikian penjelasannya semoga bermanfaat. Wallahu’alam bishshawab. [ ]
5
Red: admin
Editor: iman
Video: tim official
987
Sampaikan pertanyaan Anda melalui WA: 081281818177 atau alamat email: [email protected] atau inbox melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .