Khutbah Jumat: Dalam  Doa Lintas Zaman Terpatri Cinta Imani

0
1177
Keistimewaan orang yang bertakwa ( takut ) kepada Allah Ta'ala ( ilustrasi foto: pixabay)

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*

 

Khutbah Pertama

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ،

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الملك المنان، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أرسله الله لأمته

إلى اخر الزمان.

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان الى اخر الزمان.

 

أَمَّا بَعْدُ :

فيا عباد الله رحمكم الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.

 

قال الله تعالى في كتابه الكريم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 

اما بعد ؛

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Syukur yang kita haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala  yang telah menganugerahkan demikian banyak nikmat kepada kita; nikmat iman hingga nikmat kesehatan, Sehingga hari ini kita mendapat perkenan Allah Subhanahu Wa Ta’ala    memasuki Jumat pertama Rabiul Akhir, kita bisa mendirikan sholat Jum’at dan mendengarkan khutbah. Sembari  kita berupaya memperbanyak syukur dan meningkatkan taqwa.

 

Shalawat dalam salam semoga selalu tercurah untuk Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, kepada keluarga dan para sahabatnya termasuk kepada kita Ummatnya hingga akhir zaman.

 

Pada bulan yang sama, tepatnya pada tanggal Rabiul Akhir 4 hijriyah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Surat Al-Hasyr. Allah menurunkan surat itu setelah terjadinya perang Bani Nadhir. Di antara ayatnya ada yang berisi doa orang-orang yang beriman yang semestinya doa itu kita amalkan.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam ayat 10 Surat Al Hasyr:

 

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Siapa mereka?

 

Siapakah walladziina jaa’u mim ba’dihim yang Allah maksudkan dalam ayat ini? Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, ada dua penafsiran. Sebagian ulama menafsirkan mereka adalah tabi’in, generasi sesudah sahabat yang berguru dan belajar kepada mereka. Sebagian ulama lagi menafsirkan mereka adalah orang-orang yang beriman kepada risalah Nabi Muhammad Saw meskipun telah jauh jarak waktunya dengan Muhajirin dan Anshar.

 

Pendapat kedua inilah yang Buya Hamka pilih. Maka beliau melajutkan, “Walaupun kita yang 14 abad sesudah Nabi ini, masuklah juga dalam golongan walladziina jaa’uu min ba’dihim asalkan kita setia memegang teguh ajarannya dan menjalankan sunnahnya.”

Ibnu Katsir juga menafsirkan bahwa mereka adalah generasi setelah muhajirin dan anshar yang mengikuti jejak dan sifat-sifat baik mereka. Sebagaimana Allah firmankan dalam Surat At-Taubah ayat 100:

 

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

 

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

 

Ketika mendengar seorang laki-laki membaca Surat At Taubah ayat 100 ini, Umar bin Khattab bertanya, “Siapa yang mengajarimu ayat ini?”

“Ubay bin Ka’ab.”

“Jangan berpisah dariku sebelum aku hadapkan kamu kepada Ubay bin Ka’ab.”

 

Umar pun mengajak orang itu menemui Ubay bin Ka’ab. “Apakah engkau yang mengajarkan bacaan ini kepadanya?” tanya Umar kepada Ubay.

“Ya, benar.”

“Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah?”

“Ya, aku mendengarnya dari beliau.”

“Sebelumnya aku mengira bahwa kita telah menduduki tingkatan tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh generasi sesudah kita.”

 

Demikianlah, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu sampai takjub ternyata generasi berikutnya memiliki peluang kedudukan mulia di akhirat kelak sebagaimana generasi sahabat.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Suatu hari, Rasulullah menyatakan rindu pada saudara-saudaranya.

 

وَدِدْتُ أَنِّي قَدْ رَأَيْتُ إِخْوَانَنَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَسْنَا إِخْوَانَكَ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانِي الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ

 

“Aku ingin melihat saudara-saudaraku.” Sebagian sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah kami adalah saudara-saudaramu?” Beliau menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudaraku belumlah datang sekarang. Aku akan menemui mereka di al-Haudh.” (HR. An Nasa’i; shahih)

 

Demikianlah, bahkan Rasulullah menyatakan kerinduannya pada umat yang belum lahir pada saat itu. Umat yang tidak pernah berjumpa beliau tetapi beriman kepada beliau. Rasulullah akan menemui mereka di telaga Al-Kautsar. Mereka itulah walladziina jaa’u mim ba’dihim dan semoga kita termasuk di dalamnya.

 

Doa Cinta

Mereka itu berdoa, memohon ampunan untuk diri mereka sendiri dan memohonkan ampunan untuk para pendahulu dari kalangan orang-orang beriman. Terutama para sahabat Nabi.

 

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

 

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,

 

Inilah yang mereka pinta; ampunan Allah. Karena kunci kebaikan di dunia dan akhirat adalah ampunan-Nya. Kunci kebahagiaan dalam hidup ini serta kehidupan setelah mati adalah ampunan-Nya.

 

Memohon ampunan artinya kita menyadari bahwa kita tidak luput dari dosa dan hanya kepada Allah kita minta ampunan karena hanya Dia yang bisa mengampuni kita. Hanya Dia yang bisa membersihkan dan menjaga kita dari segala bentuk dosa.

 

Namun, permohonan ampunan ini bukan hanya untuk pribadi tetapi juga untuk para pendahulu dari kalangan orang-orang mukmin, terutama para sahabat radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in.

 

Ayat juga menunjukkan bahwa orang-orang mukmin itu saling mencintai melebihi batas generasi. Mereka saling mendoakan terutama untuk para sahabat Nabi. Maka Ibnu Katsir mengecualikan syiah (rafidhah) dari golongan ini karena mereka mencaci sahabat Nabi.

 

Ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa doa untuk orang-orang yang telah meninggal itu sampai dan bermanfaat untuk mereka. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan tuntunan untuk mendoakan para sahabat melalui doa yang Dia abadikan dalam Al-Qur’an.

 

Jangan ada ghil di antara kita. Bagian kedua dari doa mereka memohon kebersihan hati dari ghil.

 

وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا

 

dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, ghil adalah jengkel, benci, dan hasad. Maka jangan sampai ada rasa benci dan iri dengki kepada orang-orang yang beriman. Bahkan, rasa jengkel yang lebih halus dari iri pun harus kita kikis. Kita memohon kepada Allah agar penyakit-penyakit hati ini tidak masuk dalam hati kita.

 

“Ayat ini menjadi dalil tentang solidaritas di antara segenap lapisan generasi umat, mulai generasi pertama dan generasi-generasi berikutnya. Juga kewajiban mencintai sahat dan perintah mendoakan mereka,” terang Syekh Wahbah Az-Zuhaili.

 

Sayyid Qutb lebih tegas lagi. Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an beliau menjelaskan, dari ayat ini, tampak dengan jelas tabiat dan gambaran umat Islam yang cerah dan bersinar di alam semesta. Perekat yang kuat dan kokoh mengikat antara kelompok awal umat ini dengan kelompok yang kemudian. Dengan rasa saling mengasihi dan saling mencintai  dalam ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang melampaui batas teritorial dan lintas zaman.

 

Islam yang membangun masyarakat berbasis kasih sayang sungguh bertolak belakang dengan masyarakat yang ingin dibangun ideologi semacam komunis Karl Marx yang menciptakan masyarakat saling benci dan saling memusuhi.

 

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

 

 

Khutbah Kedua

 

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

 

اما بعد :

فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سيدنا  مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ      كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ

في العالمين  إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ  سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ  سيدنا مُحَمَّدٍ

كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ  سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ في العالمين  إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَوات

يا قاضي الحاجات، ويا رافع الدرجات، ويا شافي الأمراض ربنا اغفر لنا ولوالدينا وارحمه ما كما ربياني صغارا.

 

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.

 

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ

قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ .

 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

 

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ .

 

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

 

معاشر المسلمين رحمكم الله.

 

Doa mereka ditutup dengan pernyataan bahwa Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

 

رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.

 

Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat penyantun kepada umatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  menggelarinya bil mu’miniina ra’ufur rahim. Rasulullah tidak mau umatnya mendapatkan azab seperti umat terdahulu. Beliau selalu mengkhawatirkan umatnya sehingga saat menjelang wafat, yang beliau sebut adalah ummatii, ummatii. Bahkan beliau tidak menggunakan doa pamungkas di dunia ini karena akan beliau pergunakan untuk memberikan syafaat kepada umatnya di akhirat nanti.

 

Demikian sayangnya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kepada umat ini, dan sungguh sebagaimana sabda Rasulullah, kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala  kepada hamba-hamba-Nya lebih besar lagi. Maka marilah kita berdoa memohon ampunan dan kasih sayang-Nya.

 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سيدنا  مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سيدنا  مُحَمَّدٍ

كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ  سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ  سيدنا إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ سيدنا  مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ  سيدنا مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ  سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

 

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

 

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا

يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ .

 

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.

 

فاذكروا الله العظيم يذكركم ولذكر الله اكبر

 

 

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

 

5

Red: admin

Editor: iman

902