Khutbah Jumat: Pentingnya Meneguhkan dan Meluruskan Niat Dalam Ibadah Haji

0
1042
Niat ibadah haji harus lurus karena Allah Ta'ala ( ilustrasi foto: freepik)

Oleh: KH. Drs.Abdurrahman Rasna, MA*

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الحَجَّ مَنَارَةَ التَوْحِيْدِ الكُبْرَى، وَمَعْلَمَةَ الإِيْمَانِ وَالتَرْبِيَةِ العُظْمَى، هَدَمَ بِهِ شَعَائِرَ الجَاهَلِيَّةَ وَالوَثَنِيَّةَ، وَأَقَامَ بِهِ المِلَّةَ الإِبْرَاهِيْمِيَّةَ الحَنِيْفِيَّةَ، لِتَهْتَدِيَ بِهَا جُمُوْعُ البَشَرِيَةِ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُ لَهُ، وَأُثْنِي عَلَيْهِ وَأُمْجِّدُهُ، أَتَمَّ عَلَى الحُجَّاجِ نِعْمَتَهُ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى أَدَاءِ نُسُكِهِمْ بِفَضْلِهِ وَمِنَّتِهِ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،

صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ الطَيِّبِيْنَ، وَعَلَى الصَحَابَةِ الأَبْرَارِ المُعَظَّمِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Mengawali khutbah ini, marilah kita hanya memuji Allah Subhanahu wa ta’ala karena Dia satu-satu yang berhak mendapat pujian dari segala makhluk-Nya dan  karena atas limpahan nikmat serta  karunia-Nya kepada kita sehingga kita bisa melaksanakan ibadah jum’atan ini yang hanya dapat kita jumpai seminggu sekali dalam keadaan sehat wal Afiat, dan belum tentu kita dapat menjumpainya pada Jum’at yang akan datang. Alhamdulillaah.

 

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita Nabi Agung Nabi Besar Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Semoga Salam sejahtera untuk keluarganya, para sahabatnya dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman. Aamiin.

 

Selanjutnya sebagai khatib Jum’at kali ini

Saya berpesan kepada diri sendiri khususnya dan kepada hadirin sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan tetap menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.

 

Ketahuilah bahwa pada saat ini kita telah memasuki salah satu bulan yang mulia yakni bulan Dzul qo’dah. Bulan yang merupakan permulaan bulan haji ini merupakan salah satu dari ke-empat bulan yang dimuliakan. Allah Subhanahu wa ta’ala Berfirman:

 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ، وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ(سورة التوبة: ٣٦)

 

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36)

 

Selain itu bulan Dzulqo’dah merupakan awal dari bulan haji, bulan di mana umat muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong menuju Makkah dan Madinah, berziarah ke kota di mana pertama kali agama Islam menampakkan cahayanya dari kota tersebut.

 

Sahabat Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu meriwayatkan:

 

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري) –

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al-Bukhari).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Pada tahun ini alhamdulilah kita patut bersyukur, sebab pemerintah Indonesia sudah mendapatkan izin dari pemerintah Arab Saudi untuk memberangkatkan para calon jamaah haji dari Indonesia.

 

Dengan adanya nikmat ini, kita patut mengingat bahwa ibadah haji bukanlah untuk memamerkan status sosial.

Ada pesan yang diwanti-wanti oleh Baginda Nabi Saw untuk jadi bahan renungan kita terutama bagi yang akan  melaksanakan rangkaian ibadah haji sebagaimana sabdanya :

 

سيارتي على أمتي زمان، يحج الأغنياء للنظات، وقراءهم الرياء والسمعة، واوسطهم للتجارة، وفقراءهم للمساءلة، اولاءك شرار امتي

 

Suatu zaman akan dialami ummatku : berhajinya orang kaya karena gengsi, berhajinya pejabat Dan birokrat karena riya’ dan sum’ah, berhajinya masyarakat ekonomi menengah karena tujuan bisnis dan berhajinya orang faqir menimbulkan problem masa depan. Kondisi terburuk seperti itulah yang akan menimpa ummatku“. (HR.Ath-Thabrani dari Abu Nu’aim)

Sayyid Abdurrahman ibn Muhammad ba’alawi dalam karangan beliau mengatakan, haram hukumnya berangkat haji sementara masih ada tetangganya yang kelaparan.

 

Selain itu hendaknya kita mengingat bahwa haji yang diterima di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. adalah haji mabrur, dalam sebuah hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. bersabda:

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قال: اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كفَّارَةٌ لِمَا بينَهمَا ، وَالْحجُّ الْمَبْرُورُ لَيسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

 

“Dari Abu Hurairah Radhiallahu ’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Syeikh Ibrahim al-Khawas Rahimahullah mengatakan, bahwa yang termasuk tanda-tanda haji mabrur adalah mendapat mahkota ridho dari Allah Swt., setelah kembali dari haji ia membawa hadiah berupa akhlak yang terpuji, selalu menjaga diri dari perbuatan dosa, tidak melihat orang lain dengan pandangan yang merendahkan dan tidak sudi untuk memperebutkan harta dunia sampai akhir hayatnya.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Kita tentu tidak ingin ibadah yang kita lakukan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. apalagi dapat mendatangkan murka dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka dari itu marilah kita kembali menata hati kita, menata niat di setiap ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam surat Al Hajj ayat 27 dan 28,Allah SWT berfirman :

 

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجالاً وَعَلى كُلِّ ضامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27).

لِيَشْهَدُوا مَنافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوماتٍ عَلى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعامِ فَكُلُوا مِنْها وَأَطْعِمُوا الْبائِسَ الْفَقِيرَ(28)

 

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”  (27)

 

 

“ supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (28).

 

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

*Sumber :

*Al khuthabul minbariyyah fil munasibatil ‘asriyyah, Shalin bin Fauzan bin Abdullah Ali Fauzan, Muassasah arrisalah, Beirut, 1990

 

  • Syamsuzh zhahirah, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al Ba’lawi.

 

  • Syeikh Ibrohim al-Khowas Rohimahulloh dalam “Dawaul Qalb”.

 

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

5

Red: admin

Editor: iman

936