Khutbah Jumat: Ikhtiar Menangkap Tanda Lailatul Qadar

0
1140
ilustrasi foto: istimewa

Oleh: Drs.KH.Abdurahman Rasna,MA*

Khutbah Pertama

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَفَضَّلَ شَهْرَ رَمَضَانَ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ الْعَامِ، خَصَّهُ بِمَزِيْدٍ مِنَ الْفَضْلِ وَالْكَرَمِ وَالإِنْعَامِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ،

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّـدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ،

صَلَّى اللهُ وسلم تسليما كثيرا عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ.

أَمَّا بَعْدُ :  فياأَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

 

معاشر المسلمين رحمكم

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. yang senantiasa memberikan inayah dan hidayah kepada kita semua, sehingga masih diperkenankan untuk melaksanakan ibadah puasa pada ramadhan tahun ini dengan keadaan sehat tanpa ada halangan apapun.

Shalawat serta salam semoga terus mengalir kepada baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang mulia hingga akhir zaman.

Selanjutnya sebagai Khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat kali ini, untuk  selalu meningkatkan ketakwaan dengan melakukan ibadah hanya karena Allah, khususnya di bulan Ramadhan yang sangat mulia dan berkah ini. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Terlebih takwa merupakan tujuan dari disyariatkannya ibadah puasa sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 183:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”  (QS.Al Baqarah: 183)

Selain takwa, tiada kata yang patut kita ucapkan pada kesempatan kali ini selain kalimat Alhamdulillahirabbil’alamin sebagai wujud rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita. Di antaranya adalah masih diberi-Nya kita umur panjang sehingga bisa menikmati manisnya bulan suci Ramadhan kali ini.

Terlebih saat ini kita sudah memasuki 10 hari ketiga Ramadhan, hari ke 23  yang memiliki banyak keistimewaan di antaranya adalah adanya malam mulia yang keistimewaannya lebih baik dari 1.000 bulan yakni Lailatul Qadar. Istimewanya malam ini, sampai-sampai dalam Al-Qur’an terdapat satu surat khusus yang menjelaskan tentang Lailatul Qadar yang diberi nama Surat Al-Qadr dengan 5 ayat di dalamnya:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ . وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ.  لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ. تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ. سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu?. Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rū (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.” ( QS.Al Qadr: 1-5)

معاشر المسلمين رحمكم الله

Dijelaskan dalam ayat tersebut, Lailatul Qadar memiliki keistimewaan dalam durasi 1.000 bulan. Jika jumlah waktunya dikonversikan, maka akan sama dengan 83 tahun. Angka ini merupakan umur standar rata-rata hidup manusia di dunia sehingga jika seseorang menemui malam Lailatul Qadar dan melakukan kebaikan-kebaikan di dalamnya, maka sama saja ia telah berbuat baik seumur hidupnya.

Namun untuk mendapatkan malam mulia ini sangatlah tidak mudah. Pasalnya, kapan waktu tepatnya malam lailatul qadar tidak bisa diketahui secara pasti. Butuh ikhtiar umat Islam untuk dapat menjumpainya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah di sepuluh akhir di bulan Ramadhan. Hal ini juga sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang dikemukakan dalam hadits riwayat Muslim:

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Artinya: “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim).

Dari hadits ini kita bisa memahami bahwa semakin mendekati hari-hari terakhir Ramadhan, keistimewaan yang ada di dalamnya pun semakin banyak. Sehingga sangat merugilah mereka yang memiliki semangat di awal Ramadhan, namun kemudian terus turun semangatnya dalam beribadah ketika mendekati akhir-akhir Ramadhan.

Oleh karenanya, keberadaan Lailatul Qadar ini diharapkan dapat memicu semangat kita kembali dalam beribadah untuk meraih Ridho Allah swt.

Hadits tersebut juga, menjadi petunjuk kuat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada 10 hari ketiga bulan Ramadhan. Lebih rinci lagi, Rasulullah memberi petunjuk bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil di 10 hari tersebut.

Sabdanya:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)”. (HR. Al-Bukhari)

معاشر المسلمين رحمكم الله

Dari hadits-hadits Nabi shalallahu alaihi wasallam terkait dengan Lailatul Qadar, para ulama kemudian memberikan penjelasan lebih rinci lagi tentang waktu dan ciri-ciri malam Lailatul Qadar.

Di antaranya adalah Imam Al-Ghazali dalam Kitab I’anatut Thalibin yang menyebut bahwa jatuhnya hari Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama bulan Ramadhan.   Beliau menjelaskan bahwa jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.

Jika awalnya jatuh pada hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum’at, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25. Dan jika awalnya jatuh pada hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.

Selain dari menghitung harinya, Lailatul Qadar menurut berbagai kajian bersumber dari  hadits Nabi saw juga bisa dilihat dan dirasakan ciri-cirinya melalui kondisi alam yang ada. Di antaranya bisa dirasakan pada pagi harinya, sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Kemudian, malam hari pada Lailatul Qadar, langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi. Udara pada malam tersebut tidak dingin dan juga tidak pula panas.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Artinya, “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan.” (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi)

معاشر المسلمين رحمكم الله

Apa saja yang sebaiknya kita lakukan di malam 10 hari ketiga bulan Ramadhan, khususnya di malam ganjil?

Para ulama menganjurkan agar pada waktu-waktu tersebut untuk banyak melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Hal ini karena Malaikat turun dan mengunjungi seseorang pada malam itu. Malaikat adalah makhluk Allah yang senang dengan kebaikan dan melingkupi kebaikan apa saja. Sehingga melakukan kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan manusia mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Selanjutnya, kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga ketenangan, kedamaian, dan kerukunan sesuai dengan poin pada ayat kelima surat Al-Qadr yakni di malam Lailatul Qadar ada kedamaian sampai dengan fajar atau pagi hari.

Ketika kita bisa menjaga kedamaian, Insyaallah, Allah akan menganugerahkan kita bertemu dengan Lailatul Qadar.

Semoga kita diberi karunia oleh Allah untuk dapat bertemu dengan malam mulia ini, dan semoga semua hajat kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah Kedua

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيِّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ

اما بعد :

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،

يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وسلم وبارك  عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ للَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالقُرْءَانِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًا وَرَحْمَةً. اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِينَا. وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا. وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ،

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ .

 

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat, anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

5

Red: admin

Editor: iman

904