Tafsir Surat. Asy-Syarh [94] ayat 1
Oleh: Dr. Aam Amiruddin.M.Si*
PERCIKANIMAN.ID – – mempunyai kelapangan hati adalah salah satu karunia yang besar yang Allah Swt berikan kepada hamba-Nya yang beriman. Dalam Al Quran, Allah Swt berfirman,
(1). أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
[Alam nasyrah laka shadrak.]
“Bukankah Kami telah melapangkan hatimu?” ( QS. Asy-Syarh [94]: 1)
Frasa melapangkan hati atau melapangkan dada dalam bahasa Arab biasanya digunakan untuk menggambarkan kelapangan dan kekuatan jiwa dalam berbuat atau berbicara.
Oleh karena itu, frasa melapangkan hati pernah dipakai oleh Nabi Musa a.s. saat akan menghadapi Fir’aun dalam bentuk doa,
“Rabbishrahlii shadri wa yassirlii amrii wahlul ‘uqdatan min lisaani yafqahuu qauli (Ya Tuhanku, lapangkanlah hatiku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku).” (Q.S. Ţā Hā [20]: 25-27).
Ini mengandung makna bahwa Nabi Musa a.s. mohon diberiSurat Asy-Syarĥ 161 kelapangan dan kekuatan jiwa saat menghadapi Fir’aun yang begitu zalim dan sangat besar kekuasaannya.
Berdasarkan hal ini, bisa kita tafsirkan bahwa ayat ini berbicara tentang lapangnya dada. Dalam arti bahwa Allah Swt. telah memberikan kekuatan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menemukan kebenaran, kearifan, dan kelapangan hati untuk memaafkan kesalahan orang yang berbuat zalim kepadanya, serta kekuatan dalam menghadapi gangguan-gangguan orang lain.
Abdullah bin Mas‘ud pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Saw., “Ya Rasulullah, apakah dada bisa menjadi lapang?” Beliau menjawab, “Ya, dengan masuknya cahaya ke dalam hati!” Dia bertanya lagi, “Apakah untuk itu ada tandanya?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tanda-tanda masuknya cahaya tersebut ke dalam hati seseorang tercermin dalam sikapnya yang menjauhkan diri dari kehidupan dunia yang memperdaya serta cenderung menjadikan tumpuan aktivitas pada kehidupan yang abadi dan mempersiapkan diri untuk maut.”
Tanda kelapangan hati dalam keterangan ini bukan berarti meninggalkan dunia secara total. Dalam surah Al-Qaśaś [28]: 77, Allah Swt. dengan tegas memerintahkan agar kita mencari dunia dan menggunakannya sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat.
Orang yang memiliki kelapangan dada adalah mereka yang menggunakan dunia hanya sebatas genggamannya, tidak diperbudak dunia. Dunia dijadikan sarana untuk berbekal demi kehidupan yang abadi di kampung akhirat.
Jadi, yang dimaksud dengan melapangkan hati dalam ayat ini adalah bahwa Allah Swt. telah membukakan hati Nabi Muhammad Saw. untuk menerima cahaya Ilahi. Sehingga, beliau memiliki kearifan, mempunyai kelapangan hati untuk menghadapi berbagai kesulitan serta memahami hakikat hidup.
Ini merupakan modal yang sangat penting dalam mengarungi kehidupan. Siapa pun yang memiliki hal ini tentu akan merasakan keberuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Wallahu’alam . [ ]
*dikutip dari buku “ Tafsir Al Hikmah, Tafsir Kontemporer Juz ‘Amma “ karya Dr. Aam Amiruddin, M.Si
5
Red: admin
Editor: iman
960