PERCIKANIMAN.ID – – Mempunyai hati atau suasana batin yang tenang, damai dan tentram tentu menjadi dambaan setiap orang. Mempunyai harta, anak, jabatan dan kedudukan tentu bisa mendatangkan kebahagian. Namun ada kalanya semua itu tidak dapat “membeli” ketenangan dan kedamaian hati.
Salah satu kenikmatan dalam ibadah adalah adanya kekusyukan hati. Inilah salah satu sumber ketanangan, kebahagian dan kedamaian hidup. Untuk itu Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kita tentang doa agar kita mempunyai hati yang kusyuk,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak terkabulkan. Ya Allah, berikanlah kepadaku jiwa yang takwa lagi bersih. Sebab Engkau-lah sebaik-baik yang membersihkan jiwa dan yang menguasai serta yang mengarahkannya.” (H.R. Muslim, Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Dalam doa ini kita berlindung agar dijauhkan dari hati yang tidak khusyuk. Yaitu, hati yang gersang, hati yang sulit disentuh dengan nasihat, hati yang tidak merasa nikmat dalam beribadah, hati yang tidak ada rasa rindu dan takut kepada Allah. Na’udzubillah! Alangkah rugi kalau kita memiliki hati seperti ini, sebab hati merupakan panglima untuk jasad. Kalau panglimanya rusak, maka akan rusak pula seluruh perbuatan jasadnya.
Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah dalam diri manusia ada hati, bila rusak hatinya, maka akan rusak pula perilakunya, tapi kalau hatinya sehat, maka akan beres perilakunya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Jadi, betapa pentingnya kita berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyuk.
Dalam doa ini, kita berlindung agar dijauhkan dari nafsu yang tidak pernah merasa puas. Nafsu artinya dorongan. Jadi, nafsu yang tidak pernah puas artinya dorongan yang tidak pernah kenyang. Sebab, secara kodrati manusia memiliki dorongan menyukai lawan jenis, kekayaan, kekuasaan, dan banyak lagi yang lainnya.
Ayat itu menegaskan bahwa secara prinsip kita tidak dilarang memiliki nafsu syahwat, alias menyukai lawan jenis, kekayaan, kekuasaan, dan yang lainnya karena secara kodrati hal itu telah inheren (menyatu) dalam diri kita. Yang dilarang adalah memenuhi dorongan syahwat secara tidak sah, mendapatkan harta secara haram, dan meraih kekuasaan secara ilegal. Apabila yang dominan adalah nafsu yang tidak pernah puas, kita akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mewujudkan nafsu tersebut. Itulah sebabnya, kita harus berlindung dari dorongan nafsu yang tidak pernah puas.
Dalam doa ini pula kita berlindung dari doa yang tidak terkabulkan. Maksudnya, kita memohon agar doa yang dipanjatkan kepada-Nya selalu dikabulkan, selama apa yang diminta akan menjadi kebaikan. Namun, sekiranya akan menjadi keburukan, kita mohon agar diganti dengan yang paling baik menurut Allah Swt.
Jadi, kalau kita sudah berdoa tetapi belum juga dikabulkan, janganlah berprasangka buruk kepada Allah. Yakinlah bahwa Allah akan memberi yang lebih baik daripada apa yang kita minta. Namun, di samping itu, kita pun harus introspeksi diri, jangan-jangan tidak dikabulkannya doa tersebut justru karena kita masih banyak melakukan kemaksiatan dan dosa.
BACA JUGA: Bolehkah Membayangkan Allah Ketika Shalat?
Ya Allah, berikanlah kepadaku jiwa yang takwa lagi bersih. Sebab Engkau-lah sebaik-baik yang membersihkan jiwa dan yang menguasai serta yang mengarahkannya. Pada bagian akhir doa ini, kita memohon agar diberi jiwa yang takwa. Yaitu jiwa yang bersih, penuh cahaya keimanan, jiwa yang selalu rindu kepada Allah Swt.
Allah Swt. bersumpah dengan jiwa karena jiwa sangat menentukan kualitas manusia. Saleh dan tidaknya seseorang tidak ditentukan oleh kecerdasan otak dan kekuatan otot, tapi oleh kesucian jiwanya.
Bertolak dari analisis ini, bisa kita simpulkan betapa pentingnya doa ini untuk dibaca agar kita diberi kekuatan oleh Allah untuk memiliki jiwa yang takwa lagi bersih. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita. Amin.
5
Disadur dari Buku Jangan Hanya 5 Waktu karya Dr. Aam Amiruddin, M.Si.
Red: riska
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
930