Ketika Indonesia baru merdeka, kota Surabaya dikepung tentara Sekutu yang membonceng tentara Belanda. Bung Tomo menggerakkan arek-arek Suroboyo untuk melawan Sekutu setelah mendapatkan motivasi dan dorongan spiritual dari KH. Hasyim Asy’ari, dengan “Resolusi Jihad” nya. Ratusan tentara Bung Tomo berasal dari barisan Sabilillah, kaum ulama yang angkat senjata. Jadi, Surabaya dibebaskan atas jasa ulama.
Kota Jakarta dahulu diberi nama Batavia oleh Belanda. Batavia lalu dibebaskan oleh panglima Kerajaan Demak, Fatahillah. Setelah dibebaskan Batavia diganti dengan nama Jayakarta, yang kini kita sebut Jakarta. Fatahillah bukan sekedar panglima perang, tapi seorang ulama yang alim.
Tercatat ada beberapa tokoh ulama maju menjadi pelopor revolusi kemerdekaan. KH. Zainal Musthafa di Tasikmalaya Jawa Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Perang Sabil di Acel dipimpin oleh Teungku Cik Di Tiro, Teungku Umar dan Cut Nyak Dien.
Pada detik-detik menjelang pengumuman kemerdekaan, Bung Karno tak melupakan ulama untuk diminta nasihatnya. Di Cianjur ia menemui dua ulama besar, yaitu KH. Abdul Mukti dari Muhammadiyah, dan KH. Hasyim Asy’ari dari NU untuk meminta masukan tentang kemerdekaan Indonesia.
Mereka berjuang, agar bangsa ini menjadi bangsa beradab, bermartabat, menjaga agamanya. Sila pertama Pancasila sebenarnya berkat usulan perwakilan Islam atas saran para alim ulama. Agar negara Indonesia menjadi negara beradab berdasarkan ketuhanan, bukan anti-ketuhanan.
Segala problematika selesaikan sesuai petunjuk ilmu. Kita dalami ilmu, kita agungkan ulama. Sebab, Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mewarisi harta apapun, terkecuali ulama. Karenanya ulama harus dimulyakan dan diperhatikan petuah serta nasihatnya. Allah Swt berfirman,
“Maka bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/ ilmu) jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Naml: 43).
Dalam ayat itu, Allah telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama) dalam urusan-urusan yang penting.
Negara ini akan selalu membutuhkan ulama untuk membangun Indonesia yang beradab dan bermartabat. Yang bisa menuntun kepada kebenaran, kebaikan, serta memperingatkan mereka dari setiap keburukan, kesesatan dan kebinasaan.
Negara Indonesia tegak berdiri berkat upaya perjuangan ulama. Jika, negeri ingin terus tegak dan semakin kuat, bangsa Indonesia harus menghormati ulama. Jika tidak, kehancuran akan terjadi. Ingatlah peringatan Imam Hasan al-Bashri ra. Ia berkata :
“Para ulama Salaf mengatakan: “Kematian seorang ‘ulama adalah cela (aib) dalam kita. Tidak mungkin ditambal dengan apapun sepanjang zaman.”(HR. al-Darimi).
Ditegaskan lagi dalam sebuah riwayat, kehancuran suatu bangsa karena tiadanya ulama. Hilal bin Khabbab berkata:
“Saya bertanya kepada Sa’id bin Jubair :“Wahai Abu Abdillah, apakah tanda kehancuran manusia?” Beliau menjawab : “Apabila ‘ulama-’ulama mereka telah wafat.” (HR. al-Darimi).
Jika negeri ini ingin terus merdeka bebas dari imperialisme dalam bentuk apapun, maka bangsanya harus menghormati ulama dan menjadikan pedoman dalam keputusan-keputusan penting. Di saat bangsa sedang krisis, maka segera ulama hadir sebagai penyelamat.
Kita tahu siapa yang menginginkan bangsa ini rusak manusianya. Mereka mengincar Indonesia karena kekayaan luar biasa yang dikandung bumi pertiwi. Mereka ini yang mengajak menentang ulama. Ada upaya-upaya sistematis menarik anak bangsa untuk mengolok-olok ulama. Panglima TNI pernah mengatakan, benteng terakhir Indonesia itu umat Islam. Umat Islam yang mana yang dimaksud? Tidak lain adalah ulama.
Kita mengaca selama tahun 2016, ternyata bangsa ini krisis karena masih mengabaikan ulama. Bahkan, beberapa pihak meremehkan warisan Nabi Saw ini. Tahun 2017 bangsa Indonesia harus bangkit. Harus diingat, mesin pembangkit itu adalah ulama.Wallahu a’lam bis showab. [sumber: hidayatullah.com]
*Penulis anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
Bagi pembaca yang punya hobi menulis dan ingin dimuat di www.percikaniman.id bisa mengirimkan tulisannya ke email: [email protected] atau: [email protected] . Jadilah pejuang dakwah melalui tulisan-tulisan yang inspiratif,motivatif dan edukatif serta penyebar amal saleh bagi banyak orang. Bergabunglah bersama ribuan pembaca dalam menebar kebaikan.