Ketika Akhwat Bingung Hadapi Rayuan Atasan di Tempat Kerja

0
627

TANYA :

Teh Sasa, saya sedang kesal sekali menghadapi atasan yang selalu menggoda saya dengan sikapnya yang tidak terpuji. Sebetulnya sudah 4 tahun dia mengejar saya. Kalau dia sedang merayu, ngototnya tidak tahu tempat. Awalnya saya diamkan, tapi lama kelamaan dia semakin berani. Pengetahuan agamanya cukup baik (saat shalat berjamaan dengan karyawannya, ia sering menjadi imam), ramah, dan good-looking. Asal tahu saja teh, dia sudah menikah tiga kali dan katanya sedang dalam proses bercerai. Saya jadi takut sekali. Saya ingin menolak. Bagaimana sikap saya agar tidak terkesan kurang ajar dan juga tidak membuatnya tersinggung?

JAWAB :

Betapa Anda berada dalam situasi yang tidak nyaman dan tidak aman karena sehari-hari mendapat gangguan, ajakan mesum dari laki-laki jahil, serta sikap atasan yang longgar tanpa mempedulikan batas pergaulan dengan lawan jenis. Tidak menjadi ukuran apakah dia masih bujangan atau sudah menikah, tidak sepatutnya kaum lelaki menggoda (mengarah pada perbuatan asusila atau mengajak berbuat zina) rekan kerjanya.

Wajar Anda takut pada laki-laki tersebut karena ketenangan kerja terganggu. Atasan Anda ini sulit dikendalikan dan diberi nasehat karena ia termasuk orang yang merasa memiliki kekuasaan (power of authority) atas diri Anda. Menurut analisa saya, ia termasuk pria munafik yang menampakkan agama sebatas lisan dan tidak dengan hati maupun amal perbuatan. Ia juga termasuk orang yang tidak mampu membentengi dirinya karena tidak memiliki akhlak yang baik dengan tidak berlaku jujur terhadap istrinya sebagai muhrim yang paling berhak dan halal untuknya. Orang seperti ini (tidak sanggup mengawasi dirinya sendiri) tidak memiliki rem hati padahal Allah Swt. mengingatkan kita agar mampu mengerem nafsu buruk sebagaimana difirmankan-Nya, “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan dunia, maka sesungguhnya merekalah tempat tinggalnya. Dan ada pun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga tempat tinggalnya.” (Q.S. An-Naaziaat [79]: 37-41)

Orang seperti atasan Anda biasanya pantang menyerah. Buktinya, selama empat tahun ia gencar merayu untuk mendapatkan Anda. Sebenarnya kebutuhannya simple; mengajak Anda berbuat dosa perselingkuhan. Meski dia mengatakan sedang dalam proses bercerai dari istrinya, itu tidaklah bisa dijadikan alasan untuk membenarkan perbuatannya. Hal itu hanya semata-mata legitimasi atas nafsu jahatnya saja. Sebenarnya dia bukan tipe suami dan ayah yang bertanggung jawab. Meski tampan, cerdas, ramah, dan memiliki jabatan, sebenarnya ia tidak lebih dari laki-laki yang pandai berdusta dan berkhianat serta tidak bisa memuliakan wanita. Maka, mantapkanlah hati Anda untuk menolak dan menjauh dari dia sekarang juga. Empat tahun merupakan waktu yang sudah terlalu lama.

Pesan saya, pertama, perkuat benteng kehormatan diri. Ingatlah selalu firman Allah berikut ini. “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka,…” (Q.S. An-Nuur [24]: 30-31)

Kedua, berjihad! Berjihad bukan hanya dengan mengangkat senjata, tapi juga dengan bekerja keras menolak ajakan berbuat dosa dengan segala cara. Tampakkan sikap menolak dengan halus namun kalau hal itu tidak membuatnya jera maka bersikaplah yang tegas. Jangan takut pada atasan Anda dan jangan pula takut kehilangan pekerjaan. Takutlah hanya kepada Allah. Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155-157)

Ketiga, hijrah kerja. Atas pertimbangan lingkungan kerja yang sudah tidak kondusif, Anda bisa mempertimbangkan untuk pindah ke bagian lain atau pindah mencari pekerjaan lain. Memang, akan lebih aman dan nyaman kalau Anda hijrah ke tempat kerja baru yang lebih kondusif untuk keimanan Anda. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 218).

Semoga Allah Swt. selalu memberkahi Anda, amin. Wallahu’alam bishawwab.  (Hj. Sasa Esa Agustiana)