PERCIKANIMAN.ID – – Bagi orang beriman maka segala pengabdiannya (ibadah) hanya semata-mata hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala. Selama hidupnya ia akan senantiasa taat dan patuh kepada-Nya sebagai wujud pengabdian tersebut.
Orang beriman selalu mengambil pelajaran atas orang-orang terdahalu yang tidak beriman kepada Allah tetapi kepada kebathilan (thaghut). Kecelakaan dan kebinasaan tersebut akan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Seperti firman-Nya
“Sesungguh, Kami (Allah) telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat. Para rasul itu berseru, “Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” Di antara mereka ada yang Allah beri petunjuk dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikan bagaimana nasib orang yang mendustakan rasul-rasul”. (QS.An-Nahl: 36)
Pengabdian kepada Allah Swt bagi seorang yang beriman itu dilakukan lahir dan batin. Artinya fisik dengan gerakan dan hatinya senantiaasa bertautan gerakan tersebut. Wujud pengabdian batin ini, banyak berhubungan dengan kejiwaan, misalnya ingatan, ketekunan dan ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dua bentuk pengabdian ini dalam realisasinya tidak bisa terpisahkan. Tidak ada suatu pengabdian lahiriyah (dzahir) dalam realisasinya tanpa berbarengan dengan pengabdian batiniyah. Seperti shalat termasuk pengabdian lahir. Akan tetapi tidak dapat dilaksanakan jika tidak disertai dengan ingatan.
Bila ingatan itu tidak ada, maka orangpun terlupa akan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat. Orang yang sedang shalat maka gerakan (lahiriah) dan bacaan serta kondisi batinnya harus sinkron.
Dalam beribadah seseorang harus ikhlas semata mengharap ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. bukan yang lain. Inilah syarat mutlak agar ibadah kita diterima Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas dan menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, Mereka diperintahkan melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS.Al-Bayyinah: 5)
Menurut para ulama setidaknya,menggolongkan tiga tipe manusia dalam mengabdi (beribadah) dan taat melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.
- Tipe pertama, adalah tipe “pedagang”, yaitu melakukan sesuatu demi memperoleh imbalan yang menyenangkan. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang taat kepada Allah karena mengharapkan di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam surga.
- Tipe kedua, adalah tipe “budak” yang takut pada majikannya. Ia taat kepada Allah karena dorongan takut siksa neraka.
- Tipe ketiga, adalah tipe “orang arif”, yaitu orang yang beribadah bukan karena mengharapkan imbalan surgawi dan juga bukan karena takut neraka, melainkan sebagai “balas jasa” karena menyadari betapa besar anugerah Allah yang telah diterimanya. Ia tidak berani membangkang pada Allah semata-mata karena rasa malu bahwa Rabb-nya telah memberikan yang terbaik untuknya. Tidaklah pantas baginya membangkang pada perintah Allah yang telah memberinya anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya. Dengan demikian segala tindakannya semata-mata karena tidak ingin Allah “kecewa” kepadanya.
Namun ketiga tipe ini pada hakekatnya sama-sama lillahi ta’ala, hanya “penghayatannya” yang berbeda. Inilah yang membedakan kualitas dalam pengabdian kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Jadi anda masuk tipe yang mana?. [ ]
5
Red: admin
Editor: iman
902