Menyebutkan Amal Shalih, Apakah Termasuk Sombong ?

0
889

Assalamu’alaykum. Pak Aam, saya punya teman yang suka ikut kajian. Dia itu rajin banget, bahkan dia rela meninggalkan tugas sekolah demi ikut kajian. Tapi beberapa malam yang lalu, grup kelas sedang ramai membicarakan tugas, tiba-tiba dia mengirim pesan di grup “mending kajian dulu yuk” yang terdengar seperti menyombongkan diri bahwa dia ikut kajian. Apakah yang berbau sombong itu boleh atau tidak meski dalam beramal shalih? . Mohon nasihatnya (Bagas via Email)

 

 

 

Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Pada prinsipnya yang paling bahaya itu adalah sombong termasuk dengan keshalehan atau amalan shalih. Allah dan Rasul-Nya sangat melarang dan tidak sukan hamba-Nya berbuat sombong. Dalam Al Quran Allah Ta’ala berfirman,

 

 

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)

 

Kemudian  dalam sebuah hadits dari Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

 

Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong). (HR. Bukhari dan Muslim ).

Tentu masih ada ayat atau pun hadits yang melarang kita berbuat sombong, baik dengan ucapan atau lisan maupun dengan perbuatan.

 

Kalau ada orang yang berbuat dosa lalau dia mengatakan, “Ya Allah saya ini banyak dosa ya Allah.” Ini tentu bukan sebuah kesombongan, melainkan pengakuan diri maka dia akan selalu berusaha untuk bertobat kepada Allah SWT.

 

Tapi kalau ada orang yang tanpa sadar mengucapkan , “Saya kan rajin sholat tahajud, saya kan rajin datang ke pengajaian, saya kan rajin bersedekah” dan sebagainya maka ini termasuk sombong atas amal shalihnya. Nah itu yang bahaya. Jadi tentu saja, yang namanya sombong itu tidak dibolehkan. Sekalipun dengan kesholehan atau pun amal baik yang kita lakukan.  Allah SWT menceritakan, Lukman menasehati anaknya.

 

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

 

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 

 

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman: 17-18)

 

 

Nah itu jelas sekali di dalam surat Luqman, bahwa yang paling tidak disukai oleh Allah adalah kesombongan. Termasuk sombong dengan kesholehan. Sok suci, seolah hanya dia yang akan masuk surga. Ya kan gitu. Kalau mengajaka kepada kebaikan mah boleh, tapi kesan sombongnya itu yang tidak boleh. Kalu gini mah “eh daripada ngomongin orang mendingan kita ke kajian yuk” beda dengan “kalian tuh apasih ngabisin waktu yang gak jelas, ngaji yuk” nah itu kankesannya ada kesombongan.

 

 

Walaupun yang namanya sombong kan kaitannya dengan hati, tapi jelas yang namanya sombong itu walaupun dengan kesholehan tetep haram. Dan justru yang dikhawatirkan itu sombong dengan kesholehannya.

 

 

Nah itu yang bahaya. Merasa orang lain itu ahli neraka, hanya dia aja yang akan masuk surge. Merasa sok suci, seakan orang lain itu penuh dosa. Ada orang yang sering melakukan dosa tetapi dia selalu inget dan selalu meminta ampun kepada Allah Swt.

 

Orang ini lebih baik karena dia selalu mengharapkan rahmat dari Allah. Sementara orang yang ibdahnya rajin tapi dia merasa dirinya paling suci, dia sebenarnya sedang menunggu murka Allah.

 

 

Kemudian perlu saya jelaskan bahwa sebenarnya hidup itu ada skala prioritasya. Bagi adik-adik mahasiswa, sholeh itu bisa dibilang segera menyeleseikan sekolah Anda dengan baik. Saya pikir keliru jika beranggapaan bahwa ada pelajar  atau mahasiswa yang kuliahnya itu terbengkalai sementara dia rajin ikut kajian sana-sini. Sementara hal yang wajib itu dilupakan, yakni belajar dan selesai pada waktunya.

 

 

BACA JUGA: Cara Berbakti Pada Orang Tua Yang Sudah Meninggal

 

 

Karena ketika Anda belajar sungguh-sungguh sehingga Anda cepat selesai, kuliahnya baik, nilainya baik, pengetahuannya bertambah dengan baik, hasilnya bagus dan itu membanggakan orang tua Anda. Itu adalah bakti Anda terhadap orang tua. Dalam Al Quran dijelaskan,

 

 

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

 

 

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS.Luqman: 14)

 

Nah untuk adik-adik sekalian, kalau Anda masih sekolah, masih kuliah. Belajar yang sungguh-sungguh. Tunjukkan bahwa kalian benar-benar ingin menyeleseikan kuliah dengan hasil yang baik untuk membanggakan orang tua. Itu amal yang baik daripada Anda sering ikut kajian tetapi melalaikan tanggung jawab untuk menyeleseikan sekolah. Bukan berarti tidak boleh ngaji dan ikut kajian tetapi tidak melalaikan kewajiban Anda untuk menyelesaikan sekolah atau kuliah.

 

 

Idealnya kan ikut kajian, belajar mengaji, studi lancar, lulus dengan nilai terbaik. Berprestasi sekaligus mempunyai nilai keshalihan atau spiritualitas. Tapi sekali lagi, ada prioritas yang harus didahulukan atau dikerjakan.

 

 

Jadi kalau dilihat dari teman Anda ini bagus dia ngajak kajian. Tapi kalau dia melalaikan tugas utamanya, ini menjadi keliru. Jadi yang salah itu bukan dakwahnya, bukan juga kajiannya tetapi skala prioritasnya. Intinya Anda sebagai anak harus berbakti kepada orang tua. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat.

 

 

Nah, bagi Anda atau mojang bujang dan sahabat-sahabat sekalian yang ingin tahu cara berbakti kepada orangtua khususnya ibu, silakan baca saya yang berjudul “MULIAKAN IBUMU“. Didalamnya ada beberapa contoh cara berbakti berikut dalilnya. Insya Allah buku ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi baik bagi anak maupun para orangtua. Wallahu’alam bishawab. [ ]

5

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

890

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman