Shalat Khusus Di Hari Kamis dan Malam Jumat, Apakah Dicontohkan Rasul ?

0
688

Assalamu’alaykum. Pak Aam, saya pernah berkunjung ke rumah teman. Kemudian diajak dan diajarkan tentang shalat pada hari Kamis dan malam Jumat. Katanya kalau kita bisa khusyuk maka bisa bermimpi ketemu Rasul. Apakah shalat ini ada contohnya? Bagaimana hukum mengamalkannya? Apakah bisa disebut shalat sunnah biasa? Mohon penjelasannya. ( H via fb )

 

 

 

Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Shalat ada ibadah yang sangat disukai Allah maka tidak mengherankan jika segala amal itu indikasinya adalah ibadah shalatnya. Jika shalatnya baik maka insya Allah amal-amal yang lain akan baik pula. Demikian pula sebaliknya.

 

 

Shalat ada ibadah mahdhoh artinya ibadah yang telah ditentukan syariatnya baik waktu, jumlah rakaatnya hingga bacaannya telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.  Shalat merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada orang-orang beriman, sebagaimana difirmankan dalam Alquran,

 

 

Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” ( QS. An Nisa’ : 103),

 

 

Untuk itu dalam mengerjakan shalat, kita wajib mengikuti tata cara yang diajarkan Rasulullah, baik dari segi waktu maupun tata caranya. Rasul telah bersabda:

 

Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari).

 

Namun sebagaimana kita tahu bahwa di dalam masyarakat terdapat banyak sekali shalat yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Biasanya dalil mereka dari hadits yang derajat riwayat shalat-shalat khusus ini adalah laa ashla lahu (tidak ada asal-usulnya), maudhu (palsu), dan yang paling ringan adalah sangat dhaif (sangat lemah), walaupun ada beberapa hadis yang “hanya” sampai pada derajat dhaif (lemah).

 

Salah satunya adalah shalat yang dipraktikan teman Anda tersebut, yakni shalat khusus di hari Kamis atau hari Jumat. Dari beberapa keterangan yang saya himpun penjelasannya kedua shalat tersebut sebagai berikut:

 

Shalat Khusus Hari Kamis

Pada malam harinya (malam Kamis) melaksanakan shalat delapan rakaat. Setelah Al-Fātiĥah, pada setiap rakaat membaca Al-Ikhlāś 10 kali. Setelah salam, membaca doa berikut ini 100 kali.

 

“Tiada Tuhan selain Allah, Yang Merajai, Yang Mahabenar, dan Yang Nyata”

Pada siang harinya, dilaksanakan shalat empat rakaat. Setelah Surat Al-Fātiĥah, membaca An-Naśr 50 kali dan Al-Kaušar 50 kali. Setelah salam, membaca Istighfar 70 kali.

 

 

Shalat Khusus Hari Jumat

Pada malam harinya (malam Jumat), dua rakaat. Pada setiap rakaat, setelah surat Al-Fātiĥah, membaca Al-Zalzalah 15 kali. Pada siang harinya, dua rakaat. Waktu pelaksanannya antara Zuhur dan Ashar. Setelah surat Al-Fātiĥah pada rakaat pertama membaca ayat Kursi satu kali Al-Falaq 25 kali, sedangkan pada rakaat kedua setelah Fatihah membaca Al-Ikhlāś satu kali, An-Nās 25 kali, dan setelah salam membaca doa berikut ini 50 kali.

Tiada daya dan kekuatan selain Allah, Yang Mahatinggi, Yang Mahabesar

Balasan melaksanakan shalat ini adalah akan bertemu Nabi Saw. dalam tidur dan akan diampuni segala dosa.

 

 

Kedua shalat ini bisa saya tegaskan bid’ah dan tidak ada contoh dari Rasul. Lalu bagaimana hukumnya? Jelas tidak perlu diamalkan.

 

Saat melaksanakan suatu ibadah khususnya shalat, hendaknya kita hanya bersandar pada nash yang tegas, yaitu dari Al-Qur’an dan hadis shahih. Jika seandainya tidak ada keterangan yang tegas dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, alangkah baiknya jika hal tersebut ditinggalkan karena hasilnya akan sia-sia belaka, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis sahih,

 

Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang bukan atas perintah Kami maka amalannya tertolak” (H.R.Muslim). Dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang hendak mengadakan dusta atasku, maka hnedaklah dia siapkan tempat duduknya di api neraka.”

 

Jadi saran saya, Anda tidak perlu mengikutinya atau mempratikkannya. Juga hendaknya teman Anda tersebut diberitahu tentang kedudukan shalat yang mungkin sudah biasa dilaksakan tersebut bahwa itu bid’ah dan tidak ada contoh dari Rasul.

 

 

Meski demikian Anda juga perlu bersikap bijak dan bahasa yang santun dalam memperingatkannya. Ajak diskusi kemudian jelaskan dengan baik-baik. Jika Anda langsung vonis apa yang dia kerjakan adalah bid’ah, dholalah kemudian pelakunya sebagai ahli neraka maka bisa jadi dia akan menolak kemudian memusuhi Anda.

 

 

BACA JUGA: Memakai Kaos Tanda Salib, Apakah Sah Shalatnya ?

 

Kalau perlu ajak dia ke pengajian kemudian diskusikan secara baik praktik shalat dia dan biar ustadz yang menjelaskannya sehingga ia paham dan tidak memusuhi Anda sekiranya ia menolaknya. Intinya bahwa kesalahan dia selama ini harus diluruskan atau diperingatkan atau dikasih tahu. Soalnya dia mau terima atau tidak maka itu urusannya, yang penting sudah ada usaha untuk meluruskannya. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat.

 

 

Nah, terkait dengan ibadah khususnya shalat baik wajib atau shalat-shalat sunnah yang dicontohkan Rasul bisa menuntun kita ke surga, bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian bisa membaca buku saya yang berjudul “MELANGKAH KE SURGA DENGAN SHALAT SUNAT”. Atau “ SUDAH BENARKAH SHALATKU”  Didalamnya ada contoh dan penjelasannya serta dalil yang insya Allah shahih. Wallahu’alam bishshawab. [ ]

 

5

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

989

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online