Mari Kita Bersyukur Sehari Penuh!

0
428

Apakah mengerjakan salat dengan harapan dibukakan pintu rezeki atau agar mendapatkan pahala sekian derajat atau bahkan ingin dimasukkan ke dalam surga akan mengurangi kadar keikhlasan dalam salat kita? Pada dasarnya, salat adalah doa dan kita diberi privilege atau hak istimewa untuk menyampaikan segala keinginan kita di dalam salat. Salat merupakan saluran komunikasi antara kita sehagai hamba dengan Allah Swt. sebagai Sang Maha Pencipta.

Sudah sewajarnya kalau komunikasi tersebut diisi oleh curhat, keluh kesah, dan permintaan dari seorang hamba kepada penciptanya yang diyakini mampu mengabulkan segala pinta dan doa.

Bagi orang yang rajin mendirikan salat wajib yang kemudian disempurnakan dengan mengerjakan sunnah secara khusuk, Allah Swt. menjanjikan surga Firdaus sebagaimana dinyatakan-Nya dalam dua firman berikut ini.

Sungguh, untuk orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan telah disediakan Surga Firdaus sebagai tempat tinggal.” (Q.S. Al-Kahf [18]: 107)

Serta orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, yakni mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Mu’minūn [23]: 9-11)

Meski demikian, dimasukkan ke surga adalah konsekuensi logis yang akan diterima oleh orang-orang yang khusuk dalam salatnya. Sehingga, tanpa kita pinta pun –kalau memang salat kita benar-benar khusuk– Allah Swt. akan mengundang kita ke surga-Nya. Karenanya, alangkah lebih mulianya jika tujuan kita mendirikan salat adalah lebih dari sekadar ingin dimudahkan rezeki, dilimpahi pahala, atau pun dimasukkan ke dalam surga.

Dirikanlah salat sebagai bentuk ketaatan dan rasa sukur atas limpahan nikmat kehidupan yang kita terima hingga detik ini. Kalau kita kalkulasikan, kalkulator secanggih apa pun tidak akan sanggup merangkum nikmat yang telah Allah berikan dalam deretan digit angka. Nikmat yang telah kita terima itu tiada terkira, dari nikmat kesempurnaan fisik, karunia keluarga soleh, nikmat tinggal di negara yang aman, serta nikmat kebebasan memanfaatkan segala sumber daya alam di planet Bumi ini. Sungguh terlalu jika setelah dilimpahi sekian banyak nikmat tersebut kita tidak bersyukur dan berterima kasih kepada Sang Pemberi Nikmat.

Jadi, mari kita syukuri segala nikmat yang telah Allah berikan dengan melaksanakan rangkaian salat sehari penuh yang telah saya uraikan. Insya Allah, jika mengerjakannya dengan penuh kekhusukan, kita akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Dan, tiada lain yang akan menjadi balasan untuk orang-orang yang bersyukur kecuali kenikmatan berjumpa dengan Sang Maha Pencipta di surga-Nya.

Demikian disampaikan Dr. H. Aam Amiruddin dalan epilog buku Jangan Hanya 5 Waktu. Sungguh sebuah konsep yang menarik ketika beliau mengajak pembaca setia buku-bukunya untuk bersyukur (dengan mengerjakan shalat) bukan hanya lima kali sehari, tapi sepanjang hari. Ya, buku ini khusus dipersembahkan bagi siapa saja yang merasa bahwa shalat lima waktu belum cukup membasuh kerinduan berkhalwat dengan-Nya.

Di dalamnya dijabarkan satu per satu shalat yang dapat Anda lakukan sehari penuh, sejak bangun tidur di pagi hari hingga tidur lagi di malam hari. Runut dan lengkap sehingga Anda akan merasa dipandu secara saksama dan tidak akan terlewat satu shalat pun.

Melaksanakan seluruh rangkaian shalat sehari penuh seperti yang direkomendasikan dalam buku ini akan membantu usaha Anda dalam merasakan nikmatnya shalat, bukan hanya yang wajib tapi juga yang sunah. Sungguh, jika telah dapat merasakan kenikmatannya, Anda akan ketagihan dan menginginkan shalat lebih sering lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Segeralah ambil air wudhu dan laksanakan shalat seharian sekarang juga dalam rangka menyukuri segala nikmat yang telah diberikan-Nya.