Puasa Syaban dan Keutamaannya, Ini Yang Harus Dipahami

0
576
Bulan Syaban
ilustrasi foto: istimewa

PERCIKANIMAN.iD — Bulan Syaban merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah yang dinantikan umat Islam. Salah satu keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya’ban.

Selain itu, ada sejumlah hadis shahih yang menunjukkan keistimewaan di bulan Sya’ban, di antaranya hadits tentang amalan puasa sunnah. Hadis-hadis ini merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits yang lain Aisyah ra  juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Aisyah Ra mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Dalam hadits yang lain Ummu Salamah Ra. mengatakan,

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani).

Sementara terkait waktu dan tanggal puasa di bulan Syaban, jumhur ulama tidak menetapkannya sebab tidak ada dalil yang dikhususkan puasa di bulan Syaban. Intinya seorang muslim dianjurkan memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban.

Misalnya orang yang jarang puasa sunnah Senin dan Kamis maka hendaknya di bulan Syaban ini ia melakukan puasa sunnah tersebut. Jika sudah dikerjakan, maka bisa dilanjutkan dengan puasa sunnah dipertengahan bulan atau ayyamul bidh (13,14,15 di bulan Syaban).

Jika sudah melakukan puasa sunnah Senin dan Kamis serta puasa sunnah pertengahan bulan, maka boleh di kerjakan puasa sunnah Daud yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka.

Inilah yang dimaksud para ulama dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban. Hal ini salah satu hikmahnya adalah untuk mempersiapkan puasa wajid di bulan Ramadhan nantinya. Sehingga di bulan Ramadhan yang wajib puasa sebulan penuh tidak lagi terasa berat. [ ]

5

Red: admin

Editor: iman

860