Syarat Diterimanya Taubat Adalah, Penuhi 4 Hal Ini

0
483
ilustrasi foto: pixabay

PERCIKANIMAN.ID – – Setiap manusia bisa dipastikan pernah melakukan kesalahan dan berbuat dosa, kecuali orang-orang yang dijamin Allah Ta’ala bersih dari dosa yakni para Nabi dan Rasul yang mulia.   Di antara sekian bukti bahwa Islam adalah agama yang sangat manusiawi dan karenanya mudah dan berada dalam jangkauan kemampuan manusia untuk dilaksanakan adalah adanya ajaran taubat.

 

Ajaran Islam terdiri dari perintah, larangan, anjuran, ketentuan halal-haram. Kesemuanya bisa dan mudah dilaksanakan. Buktinya, yang menjadi teladan kita adalah manusia biasa, yakni Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dan apa yang beliau lakukan dilakukan pula oleh para sahabatnya, yang juda jelas-jelas manusia. Semua bagian ajaran itu dimaksudkan untuk menggiring manusia agar menjadi hamba Allah Ta’ala.

 

Orang yang utama tentu saja adalah orang yang mampu melaksanakan segala ajaran-ajaran itu. Namun manusia adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kita, manusia bisa terkena penyakit malas, lupa, lemah, capek, kehilangan gairah, dan penyakit lainnya yang bersifat fitrah kemanusiaan. Selain itu juga manusia mempunyai kecenderungan untuk menyimpang, memiliki hawa nafsu, cinta terhadap harta.

 

Apakah bila seorang manusia terjerembab dalam kesalahan, kehilafan, lebih-lebih  melakukan suatu kemaksiatan otomatis terhapus dari daftar hamba Allah? Tidak. Dia tidak terhapus dari daftar hamba Allah. Bahkan Allah tetap menyapanya dengan panggilan ‘wahai hamba-hamba-Ku”.

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الزمر 53)

 

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.Az-Zumar: 53)

 

Apakah bila seorang manusia melakukan suatu dosa otomatis terkeluarkan dari  golongan orang-orang yang dicintai Allah? Tidak. Malah Allah amat cinta kepada orang-orang yang senantiasa bertaubat kepada-Nya.

 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (البقرة 222)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang senantiasa membersihkan diri.” (Q.S. Al-Baqarah : 222)

Apakah orang yang melakukan sebuah pelanggaran terhadap ajaran Allah otomastis tidak dapat masuk surga? Tidak demikian. Sorga bukan untuk orang yang tidak pernah bersalah. Melainkan untuk orang yang senantiasa bertaubat kepada-Nya.

 

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (ال عمران 133)

 

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran : 133)

 

Allah Ta’ala sangat Pemurah dan Pemaaf. Yang berlaku dalam aturan Allah bukanlah seperti peraturan dalam sepak bola. Jika seorang melakukan pelanggaran pertama akan dapat kartu kuning. Jika dalam permainan yang sama melakukan pelanggaran lagi ia akan mendapat ganjaran kartu  merah. Dan itu berarti ia tidak boleh lagi ikut bermain. Bahkan bukan hanya dalam permainan itu melainkan dalam beberapa pertandingan setelahnya.

 

Itu satu hal, bahwa jika kita melakukan kesalahan atau terjeremus dalam dosa sebesar apa pun dengan syarat kita bertaubat kepada Allah, maka semua dosa kita itu akan diampuni-Nya.

 

Hal lain yang menarik dari contoh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. adalah, bahwa beliau bertaubat dan bertistighfar kepada Allah tidak hanya manakala melakukan kesalahan. Karenanya beliau beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali bahkan seratus kali. Dan memang begitulah Allah membimbing nabi-Nya. Allah berfirman:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)

 

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Q.S An-Nashr : 1-3)

 

Surah An-Nashr itu menggambarkan kepada kita bahwa Rasulullah saw. diperintah untuk memuji Allah dan beristighfar kepada-Nya. Dan perintah itu datang bukan saat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. dianggap melakukan kesalahan atau dosa. Perintah itu turun justru setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. melakukan perjuangan dan Islam mendapat kemenangan.

 

kesemuanya menjelaskan kepada kita bahwa pola hidup seorang muslim adalah pola hidup taubat sepanjang hayat, di saat dia menyadari melakukan kesalahan dia bertaubat dan minta ampun kepada Allah dengan taubat yang benar (taubatan nashuha).  Taubat yang benar, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, memiliki tiga syarat:

 

Pertama, orang yang bertaubat harus menyesali kesalahan yang telah dia lakukan di masa lalu. Kedua, saat ini, saat dia bertaubat, harus meninggalkan perbuatan-perbuatan salah yang sedang dia mintakan ampunannya itu. Ketiga, bertekad untuk memperbaiki diri dan tidak mengulangi kembali kesalahan-kesalahan itu. Jika dosa yang dilakukan itu terkait dengan hak sesama manusia maka orang yang bertaubat itu harus mengembalikan hak-haknya atau minta dihalalkan darinya.

 

Nah, jika hidup kita kita jalani dengan pola hidup taubat, Insya Allah kesuksesan akan senantiasa menyertai kita. Bagaimana mempraktikkannya?

Pertama, kita perlu senantiasa melakukan evaluasi terhadap segala sesuatu yang sudah kita lakukan seperti: pilihan, tindakan, dan sikap kita di masa lalu. Ini penting dilakukan agar kita dapat menyadari adakah yang salah dalam pilihan dan tindakan kita di masa lalu? Kesalahan yang dimaksudkan utamanya adalah yang menyangkut nasib kita di akhirat kelak. Tapi bukan itu saja. Kita juga harus berani mengevaluasi segala kesalahan pilihan dan tindakan meskipun bukan terkait dengan dosa dan pahala atau sorga neraka. supaya hidup kita semakin berkulaitas.

Kedua, jika kita tahu bahwa di masa lalu kita melakukan kesalahan dalam tindakan, pilihan, dan langkah, segeralah saat ini juga menghentikan dan meniggalkan kesalahan itu.

Ketiga, kita harus punya rencana, keinginan, dan tekad untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Kata orang bijak, keledai pun tidak akan terpserosok ke dalam lubang yang sama dua kali.

Keempat, jangan pernah menyakiti orang lain dengan cara apa pun. Baik dengan kata-kata yang menghina, mengambil haknya, menzaliminya, maupun dengan cara lainnya. Jika kita mampu mengikuti apa yang dicontohkan Rasululah shalallahu alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan dalam hadist diatas, insya allah kita akan menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. [ ]

5

Red: admin

Editor: iman

903