Nanti Malam Ada Gerhana Bulan, Kemenag Ajak Umat Islam Shalat Khusuf

0
514
Shalat berjamaah ( ilustrasi foto: freepik)

PERCIKANIMAN.ID – – Gerhana Bulan atau khusuful qamar diprediksi akan kembali terjadi pada Selasa (8/11/2022). Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menjelaskan bahwa berdasarkan data astronomis, Gerhana Bulan Total (GBT) akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

 

“Insya Allah, pada Selasa 8 November 2022, akan terjadi Gerhana Bulan Total di seluruh wilayah Indonesia,” terang Kamaruddin .

 

Menurutnya, Gerhana Bulan Total di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu dapat dilihat pada kontak Umbra 3 (U3) pukul 18:42 WIB. Sementara masyarakat di Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, dapat melihat GBT pada waktu puncak gerhana, yakni 17:59 WIB.

 

Untuk wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, GBT dapat dilihat pada kontak Umbra 2 (U2) pukul 17:16 WIB/18:16 WITA/19:16 WIT.

 

“Masyarakat Papua dan Papua Barat dapat melihat Gerhana Bulan Total pada kontak Umbra 1 (U1) pukul 18:08 WIT,” jelasnya.

 

Kamaruddin Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana atau Salat Khusuf. Ditjen Bimas Islam telah menerbitkan seruan kepada para Kepala Kanwil Kemenag agar menginstruksikan Kepala Bidang Urusan Agama Islam/Kepala Bidang Bimas Islam/Pembimbing Syariah, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan Shalat Gerhana Bulan di wilayahnya masing-masing.

 

“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,” katanya.

 

“Kami juga mengimbau masyarakat memperbanyak zikir, istighfar, sedekah dan amal saleh lainnya, serta mendoakan kesejahteraan dan kemajuan bangsa,” sambungnya.

Fenomena alam luar biasa atas Kehendak dan Keagungan Allah bisa dilihat di seluruh wilayah Indonesia, yakni GERHANA BULAN TOTAL, mulai memasuki umbra (kegelapan dan kemerahan) mulai pukul 16:09:12 WIB hingga 19:49:03 WIB.

 

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wassallam bersabda :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

 

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari No. 1044)

 

 

Ketampakan Bulan dalam keadaan gelap memerah dapat dilihat saat Bulan Mulai Terbit di ufuk timur sebelum Matahari Terbenam di ufuk barat hingga Bulan memasuki fase samar-samar dengan mulai sedikit bercahaya redup pada saat Gerhana berakhir pukul 20:56:08 WIB.

 

Rangkaian Fase Gerhana:

 

1) Mulai Fase Awal Bayang-bayang Pebumbral: 15:02:17 WIB.

2) Fase Umbra (Gelap): 16:09:12 WIB hingga 19:49:03 WIB.

3) Akhir Rangkaian Gerhana: 20:56:08 WIB.

 

Dianjurkan untuk:

 

1) Mengumandangkan Bacaan Takbir dengan Memperbanyak Gema Takbir, Mengagungkan Asma Alloh, Lafadz dan lantunkan sebagaimana Takbir pada 2 Hari Raya dari Awal Gerhana hingga Gerhana Berakhir.

2) Mengumandangkan Bacaan Istighfar, Memohon Ampunan dan Maaf kepada Alloh.

3) Mengucapkan Asholaatu Jaami’ah.

4) Sholat Gerhana Bulan

5) Mendirikan dan Mendengarkan Khutbah Gerhana Bulan.

6) Bersodaqoh Gerhana

7) Melanjutkan Gema Takbir hingga akhir Gerhana terbuka kembali bercahaya normal.

Cara Shalat Gerhana Bulan

 

Adapun tatacara Salat Gerhana Bulan adalah sebagai berikut:

  1. Berniat di dalam hati;
  2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
  3. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);
  4. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
  5. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
  6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
  7. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
  8. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
  9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
  10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
  11. Salam.

 

Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, bersedekah. [ ]

Sumber: kemenag.go.id

5

Red: admin

Editor: iman

932