Teori Big Bang Dalam Pandangan Al Quran dan Sains

0
672
ilustrasi foto: freepik

Oleh: Ir. H. Bambang Pranggono, MBA*

PERCIKANIMAN.ID – – Selama ini, kita terpaku pada teori Big-Bang bahwa alam semesta bermula dari singularitas diikuti ledakan besar dan mengembang terus sampai masa depan. Tetapi, ada seorang ilmuwan Mesir, Prof.Adel Awwad dari Pusat Fisika Teorertis di Universitas Sains & Teknologi Zewiya, yang mengembangkan teori baru berdasar konsep Rainbow Gravity, bahwa efek gravitasi pada ruang-waktu adalah tidak seragam untuk panjang gelombang cahaya yang berbeda sebagaimana berbedanya warna pelangi.

Teori ini bisa menjadi langkah untuk menjembatani teori relativitas umum yang meliputi benda-benda sangat besar dengan teori mekanika kuantum yang menyangkut benda-benda super kecil.

Lalu bagaimana menurut Islam sendiri terkait teori big bang ini? Terkait hal ini Sebagian ulama mengaitkan tentang awal mula penciptaan bumi dan seisinya, dimana dalam Al Quran Allah Ta’ala jelaskan,

 

(104). يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

“Ingatlah, pada hari ketika langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Suatu janji yang pasti Kami tepati. Sungguh, Kami akan melaksanakannya.” (Q.S. Al-Anbiyā’ [21]: 104)

 

Ibnu Katsir mengkaitkan ayat tersebut dengan sabda Rasulullah Saw. bahwa di hari kiamat, manusia akan digiring tanpa alas kaki, telanjang, dan belum dikhitan untuk kemudian digulung kembali seperti posisi janin ketika awal diciptakan. Padahal, ayat tersebut dimulai dengan masalah langit yang akan digulung sebagaimana ia digulung di awal penciptaannya.

 

Menurut teori relativitas Einstein, benda masif akan melengkungkan cahaya yang melewatinya dan ini tidak terpengaruh oleh energi partikel yang lewat itu. Sedangkan menurut teori Rainbow Gravity, partikel dengan energi berbeda akan mengalami ruang-waktu yang berbeda dan medan gravitasi berbeda.

 

Warna cahaya ditentukan oleh frekwensinya, frekwensi berbeda berarti energi berbeda, maka partikel cahaya (photon) dengan warna-warna berbeda akan menempuh jalur berbeda-beda melewati ruang-waktu.

 

Konsekwensinya ialah apabila dilakukan runut-mundur waktu, jalur-jalur melengkung warna warni dari benda-benda ruang angkasa tadi bergulung-gulung dan tidak pernah bertemu pada satu titik atau memusat. Walhasil, alam semesta tidak pernah mengalami singularitas, model kosmologi tentang sebuah titik awal segala sesuatu yang disebut Big-Bang.

 

Big-bang mungkin saja tidak pernah ada. Jadi, kita jangan dulu memastikan bahwa Big-Bang adalah satu-satunya teori yang dibenarkan oleh Al-Qur’an. Barangkali, Allah menggulung dan menggulung ulang lagi alam semesta bagaikan warna pelangi. Wallahu a’lam. [ ]

*Penulis adalah pendidik, pegiat dakwah dan penulis buku.

5

Red: admin

Editor: iman

930