5 Kecerdasan Yang Kita Dapat Dari Ibadah Puasa

0
783
Puasa mencerdaskan kepekaan sosial ( ilustrasi foto: pixabay)

 

Oleh: KH.Drs. Abdurrahman Rasna,MA*

PERCIKANIMAN.ID – – Ibadah puasa disebut sebanyak 14 kali dalam berbagai bentuk: baik ism (kata benda) sebanyak 12 kali antara lain al-shaum, al-shiyam (QS. Al-Baqarah [2]: 183, 187, 196; al-Nisa [3]:92, al-Maidah [5]: 89 dan 95, Maryam [19]: 26, al-Mujadalah [58]:4), al-shaimin, al-shaimat (QS. Al-Baqarah [33]: 35), dan dalam bentuk kata kerja (verb/fiil) sebanyak dua kali yakni tashumu (QS. Al-Baqarah [2]: 184) dan falyashumhu (QS. Al-Baqarah [2]: 185). Dari 14 penyebutan puasa dalam al-Quran tersebut, dua kali al-Quran menyebut puasa dalam konteks pujian dan kelebihannya bagi orang-orang yang beriman, baik kelebihan dan rahasia dari berbagai aspek (QS. Al-Baqarah [2]: 184) maupun ganjaran yang akan diterima kelak di akhirat berupa surga (QS. Al-Baqarah [33]: 35).

 

Ibadah puasa diwajibkan bagi manusia-manusia beriman merupakan kawah candradimuka alias training center terbaik yang disiapkan oleh Allah dalam rangka pembentukan insan-insan paripurna yang mampu menebar dan menabur maslahat bagi alam semesta. Paling tidak, ada lima (5) kecerdasan (multiple intelegent) yang dapat diraih melalui puasa.

 

Pertama, SPIRITUAL QUOTIENT (kecerdasan spiritual)

Kecerdasan ini ada juga yang menyebutnya dengan spiritual intelligent. Tidak seperti ibadah lain semisal zakat, puasa dan haji yang secara kasat mata ibadah-ibadah tersebut dapat diketahui sah atau tidaknya. Jika seseorang melaksanakan shalat, pekerjaannya dapat dilihat kebenarannya melalui proses visual empirik berupa gerakan dan bacaan. Demikian pula ketika seseorang berhaji atau membayar zakat, kesahihan atau kebenaran dua ritual agama tersebut dapat diketahui dan dilihat secara kasat mata alias tidak dapat dibohongi. Sementara ibadah puasa yang kita laksanakan, hanya dapat diketahui kebenarannya secara hakiki antara seorang hamba dan sang Khalik.

 

Seseorang bisa saja mengaku berpuasa dengan berpura-pura lapar, loyo atau haus, namun siapakah yang mengetahui kesahihan puasanya kecuali antara ia dan sang khalik? Di sinilah, puasa sebagai medium menuju tangga takwa memilik peranan penting dalam rangka membentuk manusia-manusia yang memiliki kecerdasan spiritual, yakni insan-insan yang batinnya senantiasa terhubung dan selalu merasa diawasi dan dilihat oleh Allah SWT. Berkaitan dengan hal ini, Nabi SAW pernah mengingatkan, mengabdilah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak mampu bersikap seperti itu maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa mengawasi tindak-tandukmu. Jika kita mampu menghayati dan memaknai ibadah puasa sebagai sarana membangun nilai-nilai spiritualitas dan kejujuran, maka waskat alias pengawasan melekat yang dibentuk pemerintah dalam rangka penanggulangan korupsi baik melalui CCTV, KPK maupun berbagai instrument lain tidak lagi diperlukan, karena kita semua akan bekerja dengan jujur dan ikhlas, bukan karena oleh-oleh atau oleh Aluh.

 

Kedua, adalah EMOTIONAL QUOTIENT (kecerdasan emosional / emotional intelligent)

Yakni yang sangat terkait dengan kesalehan sosial. Sejak terbit fajar hingga terbenam matahari kita dituntut secara syariat menahan diri dari makan, minum serta melakukan hubungan seksual. Larangan-larangan tersebut sesungguhnya mengandung pesan moral yang sangat penting agar kita mampu menumbuhkan sikap empati dan simpati, yakni menempatkan posisi dan perasaan kita seolah-olah sebagai orang lain yang sering kelaparan karena secara ekonomis tidak mampu membeli sembako. Melalui sikap empati tersebut, diharapkan akan lahir sikap simpati kepada kelompok masyarakat ekonomi lemah dan tertindas (dhuafa wa al-mustadhafin) agar mereka dapat dibantu keluar dari jurang kemiskinan. Sikap empati dan simpati ini bukan hanya lahir dan hadir di bulan puasa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana sikap tersebut akan tetap lestari dan langgeng setelah Ramadhan berakhir. Nabi SAW pernah melontarkan ujaran, Tidak beriman salah seorang di antara kamu yang tetangganya kelaparan sementara ia tidur kekenyangan. Hal ini juga sering disebut dengan SOCIAL QUOTIENT (kesalehan sosial) .

 

Masih terkait dengan kecerdasan emosional, puasa juga mendidik kita agar mampu menahan emosi dan keinginan lain yang seringkali tidak terkontrol di luar Ramadhan. Nabi SAW mengajarkan bahwa jika seseorang yang sedang puasa dicaci maki atau diajak bertengkar maka hendaknya ia mampu mengendalikan emosinya dengan menyatakan, maaf, saya sedang berpuasa. Lebih jauh, melalui sebuah hadis riwayat Imam Muslim, kanjeng Rasulullah juga mengajarkan agar seseorang yang sedang berpuasa mampu menahan keinginan hati untuk mencaci dan menyebar gosip (ghibah), sebab dua hal tersebut di samping merusak emosi dan hati juga merusak nilai serta menghilangkan pahala puasa. Pada era kekinian, banyak orang yang rendah kecerdasan emosionalnya ketika dengan mudah mengumbar ucapan dan makian di media sosial, padahal boleh jadi secara syariat puasanya tuntas sebulan penuh.

 

Ketiga, adalah SEXUAL QUOTIENT (kecerdasan seksual / sexual intelligent).

 

Ibadah puasa mendidik dan melatih kita agar menjadi Nabi Yusuf masa kini yang mampu menahan gejolak seksual. Harus diakui, kehancuran suatu kaum atau bangsa seringkali berawal dari sikap seks bebas (free sex) di mana semua orang bebas melampiaskan hasrat seksualnya tanpa mengindahkan batasan agama dan etika. Ketika berpuasa, hasrat tersebut dilatih dan dikendalikan secara bersamaan melalui otak hati dan kekuatan fisik sehingga seseorang mampu mengendalikan hasrat seksnya dengan baik. Tatkala seseorangapalagi jika ia adalah sosok public figuretidak mampu membangun kecerdasan seksual dalam dirinya, maka kehancuran akan segera menghampirinya. Kehancuran tersebut tidak hanya dari sisi karir, namun juga kehancuran dari aspek moral, social hingga hilangnya spiritualitas keimanan.

 

Demikianlah, puasa yang sedang kita jalani saat ini jangan sampai menjebak kita menjadi pribadi-pribadi yang hanya mengejar doorprize pahala atau discount dosa, namun tujuan paling penting dari ibadah puasa adalah lahirnya manusia-manusia saleh pasca Ramadhan yang mampu menabur manfaat dan menebar rahmat bagi alam semesta yang direfleksikan melalui tiga kecerdasan yakni kecerdasan spiritual yang selalu melahirkan kesadaran adanya Zat yang Maha Mengawasi dan Melihat, kecerdasan emosional yang melahirkan kesadaran sosial etis di mana seseorang mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama mahluk Tuhan, serta kecerdasan seksual yang menjadi katup pengendali kerusakan moral akibat bebasnya hubungan seks di tengah masyarakat.

 

Keempat, INTELEKTUAL QUOTIENT (Kecerdasan Intelektual)

Salah satu manfaat dari puasa adalah meningkatkan kecerdasan intelektual. Puasa dapat membuat Anda tambah cerdas. Ada kajian menarik terkait hal ini. Seperti yang dikutip dari buku The Miracle of Fast, di Universitas Florida, Amerika Serikat, pernah diadakan kajian mengenai manfaat puasa. Hasilnya, salah satu manfaat puasa adalah dapat menjernihkan pikiran dan meningkatkan kecerdasan seseorang. Kira-kira kenapa bisa begitu ya?

 

Saat sedang berpuasa, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang. Dengan begini, efek kadar darah dan oksigen yang biasa masuk ke pencernaan banyak berkurang. Kemudian, darah dan oksigen itu akan lebih maksimal memasuki bagian-bagian tubuh manusia yang lebih membutuhkan, terutama otak.

 

Darah yang disalurkan ke pencernaan akan dikurangi untuk dipakai organ lain, termasuk otak. Otak merupakan organ paling penting bagi proses berpikir sehingga kinerja otak jadi lebih maksimal.

 

Adapun saat perut kekenyangan, akan ada banyak darah yang disalurkan ke pencernaan. Belum lagi dengan efek rasa kantuk dan letih karena perut kekenyangan, konsentrasi pun bisa berkurang.

 

Manfaat puasa ini sudah dirasakan oleh orang-orang terdahulu. Salah satunya adalah ulama besar Imam Asy-Syafi’i yang telah mengakui kehebatan puasa saat beliau sedang menuntut ilmu.

 

Ia mengatakan, “Aku tidak pernah kenyang selama 16 tahun. Karena kekenyangan akan memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat kantuk, dan melemahkan manusia dari beribadah kepada Allah.”

 

Pepatah yang mengatakan bahwa ilmu dan akal tidak mungkin bersama dalam lambung yang penuh makanan sepertinya memang benar adanya. Jadi, yuk semangat puasanya di bulan Ramadan tahun ini. Ada banyak manfaat luar biasa yang bisa kita dapatkan dari ibadah puasa yang kita lakukan di bulan penuh berkah ini.

 

Kelima, FINANCIAL QUOTIENT (kecerdasan finansial)

Sadar atau tidak, bulan Ramadhan seringkali menjadi bulan dengan jumlah pengeluaran terbesar bagi Anda yang beragama Islam. Padahal, sesuai hakikatnya, kaum Muslim dianjurkan untuk meminimalisasi segala kebutuhan dan berpuasa hingga maghrib. Apa yang diajarkan dan dituai pun sungguh positif, mulai dari kesabaran, kesopanan, hingga peningkatakan spiritualitas. Sayang, dong, jika ibadah kita ‘terganggu’ oleh perilaku atau sikap menghambur-hamburkan uang.

 

Untuk membantu Anda menghindari overspending, simak dan terapkan, yuk, beberapa langkah berikut untuk merencanakan Ramadhan hemat tanpa khawatir terjebak konsumersime.

Tidak mengkonsumsi berlebihan akan membuat Anda sehat secara fisik dan finansial

 

Tak jarang kita mendengar teman atau saudara (atau bahkan diri kita sendiri) yang mengeluh berat badannya justru bertambah saat bulan Ramadhan. Hal itu dikarenakan buka puasa yang berlebihan atau susah berhenti ngemil selepas sholat tarawih, memberikan kompensasi yang berlebihan bagi perut setelah seharian tidak makan dan minum. Belum lagi jika sudah terjebak di bazar yang tersebar di berbagai tempat—semuanya pasti tampak menggiurkan, lalu kalap, deh.

 

Untuk menghindarinya, Anda dapat merencanakan secara bijak apa yang Anda butuh dan tidak butuhkan untuk dikonsumsi saat buka puasa. Dan sebelum menginjakkan kaki di bazar, tentukan bujet. Jika Anda membeli makanan buka untuk diri sendiri, batasi pengeluaran di bawah nominal tertentu. Sayangnya, akan selalu ada tendensi untuk mengeluarkan lebih banyak uang ketika Anda lapar. Triknya, bawa uang pas-pasan dan selalu ‘awasi’ dompet Anda.

 

Buat Dan Tentukan Blueprint

Selama bulan Ramadhan, sangat baik untuk menentukan dan membuat financial blueprint sehingga Anda dapat terhindar dari kemungkinan overspend. Ingat, komitmen finansial Anda tidak boleh berhenti meski sedang berpuasa. Memang mudah menghabiskan uang untuk berbuka di luar dan membeli baju lebaran, jadi sebaiknya buat perencanaan keuangan agar Anda dapat mengetahui kemampuan finansial Anda dengan baik.

 

Sesuai tradisi, pengeluaran akan bertambah drastis seiring dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri, sehingga penting untuk menyeimbangkan bujet Anda. Potong beberapa biaya yang tidak begitu krusial untuk mengakomodasi biaya lainnya seperti biaya hiburan.

 

Bulan puasa adalah saat yang tepat untuk memperbaiki dan menyempurnakan kondisi keuangan sembari mempersiapkan Hari Raya. Secara bijaksana, gunakan bulan Ramadhan sebagai platform yang baik untuk melatih kecerdasan finansial Anda.

Belanja Satu Per Satu

Pengeluaran adalah sesuatu yang sulit dihindarkan ketika Ramadhan, apalagi menjelang Hari Raya. Satu hal yang pasti melekat: baju baru! Daripada berbelanja semuanya di satu waktu dan membuat pengeluaran Anda membludak hanya dalam sebulan, kenapa tidak memulai untuk merencanakan apa saja yang Anda butuhkan di Hari Raya dari jauh-jauh hari dan mulai mencicil membelinya sejak sebelum berpuasa?

 

Konsepnya, Anda memecah pengeluaran selama beberapa bulan sebelum Ramadhan. Manfaatkan juga musim sale yang bermunculan untuk mendapatkan baju dengan harga murah. Tapi Anda tetap harus ingat niat asli dari berpuasa yaitu menahan hawa nafsu. Jangan sampai membeli hanya karena ingin atau kalap diskon,

 

Hindari Terlalu Sering Buka Puasa Fancy Di Luar

It’s okay untuk melakukannya beberapa kali dengan teman, saudara, atau kolega. Tapi ingat, jangan terlalu sering. Karena hal ini juga menjadi salah satu yang bisa membuat pengeluaran Anda membengkak selama bulan Ramadhan. Sebaiknya, rencanakan jadwal buka puasa di luar Anda dengan bijak: buat daftar prioritas orang-orang yang ingin ditemui, cari tempat makan yang diinginkan baik dari segi kenyamanan maupun harga, serta tentukan jumlah maksimal pengeluaran.

 

Lanjutkan Menabung. Prinsipnya: Sedia Payung Sebelum Hujan!

Berapapun yang Anda keluarkan selama bulan puasa hingga menjelang Hari Raya, pastikan Anda terus menabung untuk berbagai macam keperluan yang akan datang, termasuk biaya sehari-hari, pembiayaan utang, dan dana darurat.

 

Inilah saat yang tepat untuk menyimpan energi, memelihara kedamaian dalam hati, dan menjaga komitmen untuk hanya mengeluarkan uang seperluanya.

 

Semoga amaliah ibadah sepanjang ramadhan kita  membawa berkah. Wallahu’alam bishshawab. [ ]

 

*penulis adalah Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan Anggota Bidang Dakwah PB MA serta dosen di Banten

5

Red: admin

Editor: iman

937