Memaknai Hijrah Dan Kemerdekaan

0
712
ilustrasi foto: pixabay

 

Oleh: Abdurrahman Rasna*

 

PERCIKANIMAN.ID – – Hijrah dalam Islam memiliki makna berpindah dari kondisi yang serba mengekang menuju keadaan yang lebih leluasa untuk mengemban misi risalah Islam menuju kehidupan baru yang tercerahkan dan dirahmati Allah dalam kehidupan umat manusia.

 

Nabi dan kaum muslimin berpindah dari Makkah yang penuh ancaman ke daerah baru di Yasrib yang lebih bebas untuk menyebarluaskan dan menjalankan ajaran Islam untuk kebahagiaan hidup sejati manusia di dunia dan akhirat. Allah menggambarkan dalam Al-Quran tentang hijrah:

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 218).

 

Ketika umat Islam Indonesia memperingati 1 Muharram 1443 hijriyah sebagai awal tahun hijriyah, baru 6 hari yang lalu bangsa Indonesia merayakan 76 tahun kemerdekaannya. Dalam kaitan ini, kemerdekaan juga memiliki kesamaan dengan hijrah, yakni membebaskan diri dari belenggu penjajah yang menindas kepada perikehidupan baru yang leluasa menjalankan hak hidup sebagai bangsa merdeka. Apalagi para pendiri Republik ini mendeklarasikan kemerdekaan “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”.

 

Hijrah dan kemerdekaan memiliki spirit yang sama untuk hidup baru yang bebas dan bermakna dalam rahmat dan berkah Allah SWT.

Karena itu  momentum kemerdekaan dan kehadiran awal tahun 1443 hjjriyah kita manfaatkan sebagai jalan meraih kehidupan yang lebih baik dalam ridha dan rahmat Allah SWT. Menjadikan hidup kita sebagai muslim, termasuk kaum milenial, menjadi yang terbaik dengan meninggalkan  segala yang salah dan buruk ke kondisi yang benar dan baik sehingga menjadi insan baru yang tercerahkan. Dalam salah satu hadits, dari Abdullah bin Amru Nabi Muhammad bersabda,

 

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

 

yang artinya “Seorang Muslim adalah orang yang  selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR Bukhari & Muslim).

 

Bagi muslim, lebih khusus kaum milenial yang menjadi harapan umat dan bangsa berhijrahlah. Yakni hidup menjadi lebih benar, lebih terarah terprogram, lebih baik, dan lebih pantas di berbagai hal seraya meninggalkan apa yang salah, buruk, dan tidak patut yang selama ini mungkin telah atau sering dilakukan.

 

Jadikan momentum hijrah dan kemerdekaan sebagai jalan perubahan diri untuk menjadi hidup lebih baik dan maju. Dimulai dari perubahan individual yang sederhana dan sehari-hari hingga urusan kolektif  berbangsa dan bernegara serta relasi kemanusiaan semesta yang rahmatan lil-‘alamin.

 

Secara personal setiap orang dapat mengubah kebiasaan hidup. Dari loyo jadi semangat. Dari malas dan rebahan jadi kerja keras. Dari manja jadi mandiri. Dari kurang wawasan jadi cerdas berilmu. Dari kurang peduli kepada orangtua menjadi cinta dan berbakti kepada keduanya.

 

Dari kurang empati menjadi teruji peduli kepada sesama terlebih kepada kaum yang dhaif. Dari sembarangan berperilaku menjadi bertanggungjawab. Dari egois jadi peduli sesama dan lingkungan. Dari perilaku sekehendaknya menjadi berakhlak mulia. Intinya pindah dari segala keadaan yang kurang baik ke situasi baik dan positif.

 

Hijrah dalam berislam jangan berhenti di urusan simbol seperti cara berpakaian semata, tetapi berubah cara hidup Islami yang luas. Berpakaian muslim-muslimah juga yang wajar saja sebagaimana tuntunan Rasul dan Siti Aisyah. Perempuan misalnya tidak perlu menutup muka dan telapak tangan sebagaimana hadis Nabi dari Aisyah. Pria ada tuntunannya, termasuk menutup paha itu sebagai  aurat (HR. Tirmidz).

 

Pakaian orang Indonesia juga Islami. Setiap bangsa berpakaian sesuai dengan kebiasaanya. Pakaian orang Arab untuk orang Arab. Orang lain bisa berpakaian dari suku atau bangsa lain sebagai urusan budaya, bukan patokan standar Islami dalam berpakaian. Tidak perlu yang berlebihan dan menutup diri dalam berpakaian agar sesama muslim dan sesama insan tetap bisa saling mengenal wajah satu sama lain  agar saling  mengenal sebagai dasar hubungan antar manusia sebagaimana perintah Allah SWT

 

يايها الناس انا خلقنا كم من ذكر وانثى وجعلنا كم شعوبا وقباءل لتعارفوا ان اكرم كم عند اتقاكم

.الحجرات :

 

Moderat atau tengahan (وسطية) dalam berpakaian, makan dan minum, serta hidup sehari-hari termasuk hijrah dalam Islam.

Bahkan, Nabi mengajarkan beragamapun hendaknya tengahantengahan (خير الامور اوسطها) jangan ghuluw (غلو) tau berlebihan.

 

Hijrah harus ditarik ke aspek kehidupan yang lebih mendalam dan luas untuk menjadikan setiap muslim sebagai khalifah di muka bumi. Yakni mengurus kehidupan dan memakmurkan bumi untuk kebahagiaan hidup umat manusia.

(هو انشاء كم فى الارض واستعمركم فيها)

Menjadi muslim-muslimah dalam Islam harus cerah hatinya, maju dan berilmu luas alam pikirannya, baik hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan, serta berkemajuan dalam segala amal dan pergaulan yang menampilkan Islam sebagai agama peradaban utama yang rahmatan lil-‘alamin.

 

Dengan spirit hijrah setiap muslim sebagai individu maupun kolektif harus tampil menjadi اسوة حسنة (teladan yang baik) untuk menjadi  خير امة  atau Umat Unggul dalam segala aspek kehidupan. Itulah sosok umat sebagai

امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس

yang menjadi saksi kepada manusia (QS Al-Baqarah: 143), yang menjadi umat moderat sebagai pelaku sejarah dalam membangun peradaban utama.

 

Nabi saw dan para sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah untuk memulai kehidupan baru yang lebih merdeka dalam mengemban risalah Islam untuk      رحمة للعالمين

 

Dalam kurun waktu 13 tahun Nabi Muhammad SAW masa di Yasrib, terbangun tatanan al-Madinah al-Munawwarah (masyarakat Madani) , kota peradaban yang tercerahkan.

Pasca Nabi Muhammad saw wafat, dari peradaban Madinah itu kemudian Islam menyebar ke seluruh dunia dan menciptakan era kejayaan selama lebih enam abad lamanya sebagai puncak kemajuan umat Islam yang mencerahkan semesta. Pada saat itu kebudayaan Barat masih tertinggal. Islam dan umat Islam menjadi pencerah peradaban global yang menebar kerahmatan

 

(رحمة للعالمين).

 

Generasi milenial mestinya menjadi umat tengahan sebagai aktor perubahan dan kemajuan menuju tatanan yang utama, yakni, pahami Islam secara baik dan mendalam dan amalkan Islam dengan benar dan baik  serta lebih luas untuk membangun kehidupan yang dapat ditiru dan terbaik. Islam yang rahmatan lil-‘alamin.

 

Bagi kaum millenial Indonesia, juga hendaknya pahami dan praktikkan nilai-nilai dapat negara Republik Indonesia (Pancasila dan UUD 1945) dalam berbangsa bernegara secara moderat, tidak eksklusif dan atau tidak berlebihan. Serta pahami juga kebudayaan luhur bangsa dengan baik. Jangan menjadi “the lost generations”, generasi yang hilang pemahaman dan ikatan akan nilai-nilai luhur kehidupan. Hal ini juga sebagai kultur peradaban bangsa selama tidak bertentangan  dengan nilai-nilai agama, karena Pandai dan tingkat kecerdasan ilmu merupakan keharusan. Menguasai IPTEK khususnya teknologi informasi itu salah satu keniscayaan. Terampil dan ahli dalam berbagai bidang itu penting.

 

يرفع الله الذين امنوا منكم والذين انتوا العام درجات

 

Tetapi juga harus berakhlak mulia, bersosial yang baik, serta berperan aktif dalam mengembangkan kehidupan bersama yang bermakna. Lebih dari itu menjadi insan beriman dan bertaqwa sehingga menjadi orang yang bermartabat, selalu dekat kepada Allah dalam seluruh denyut nadi kehidupannya sehingga Hidup bahagia penuh rahmat dan berkah di dunia dan akhirat

 

(عش كريما او مت شهيدا).

 

Dengan spirit hijrah kita jadikan hidup lebih baik dan menebar rahmat dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan global yang dirahmati dan diridhai Allah. Hijrah bukan hanya dalam ranah perilaku sehari-hari, tetapi membangun peradaban Islam yang mencerahkan semesta.

 

Pada Agustus tahun ini, peringatan tahun baru Islam (Hijriah) diperingati hanya selang satu minggu dengan peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Lantas pertanyaannya, apakah memang saat ini kita sudah merdeka?

 

Sesungguhnya kemerdekaan yang hakiki adalah manakala dalam diri kita telah tertanam kesadaran untuk simpati dan empati atas penderitaan orang lain. Terlebih di saat pandemi Covid-19 ini, banyak orang yang kehilangan pekerjaan sehari-harinya dan banyak anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan nyawa orang tuanya.

 

Oleh sebab itu, saat ini merupakan saat yang paling tepat bagi kita untuk saling membantu, meringankan, serta menghilangkan penderitaan sesama manusia. Karena salah satunya dengan hal seperti itulah kita akan menjadi orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

 

Allah SWT berfirman:

 

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ.

 

Artinya: “Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,  orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-rang yang bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 177).  Wallahu’alam . [ ]

 

*penulis adalah Bidang Da’wah PBMA dan Komisi Da’wah MUI Pusat

5

Red: admin

Editor: iman

903