Hidup Bahagia atau Sengsara Menurut Islam, 5 Rumus Ini Yang Perlu Dipahami

0
628
Bagi muslim tanda bahagia atau pun sengsara adalah jelas ( ilustrasi foto: freepik)

PERCIKANIMAN.ID – – Setiap manusia pasti mendambakan dapat meraih dan merasakan hidup bahagia. Ragam cara orang mewujudkan hidup bahagia, ada yang mengumpulkan harta, ada yang membangun usaha dimana-mana, ada yang membangun rumah, mobil dan kesenangan duniawi lainnya.

 

Hal ini agar hidupnya penuh dengan kebahagian dan terbebas dari kesengsaraan dan penderitaan. Mereka beranggapan bahwa dengan banyak dan berlimpahnya harta semua kebahagian hidup dapat terpenuhi, makan enak, liburan, hiburan dan kesenangan lainnya.

 

Namun bagi orang yang beriman pasti menginginkan kebahagian dan kesuksesan hidup dalam kehidupannya, dunia dan akhirat. Pemimpin umat, Rasulullah SAW, memberi kiat yang sangat sederhana untuk meraihnya. Bukan dengan gelimang harta, memperoleh jabatan tinggi, atau beristri perempuan tercantik.

 

Menurut seorang ulama Al-Imam Ibnul Qoyyim al-jauziyah rahimahullah memberikan rambu-rambu tentang hidup bahagia atau sebaliknya hidup sengsara. Dalam sebuah kitabnya belia bertutur:

 

“Diantara tanda kebahagiaan seorang hamba :

  1. Semakin bertambah ilmunya, bertambah pula tawadhu’ dan kasih sayangnya.
  2. Semakin bertambah amalannya, bertambah pula rasa takut dan khawatirnya.
  3. Semakin bertambah usianya, ambisinya semakin berkurang
  4. Semakin bertambah hartanya, bertambah pula kedermawanan dan kemurahannya.
  5. Semakin naik kedudukan dan statusnya, semakin tawadhu, semakin dekat dengan manusia, dan berusaha memenuhi hajat mereka.

 

Sebaliknya,

 

“Diantara tanda kesengsaraan seorang hamba :

  1. Semakin bertambah ilmunya, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya.
  2. Semakin bertambah amalannya, bertambah pula rasa bangga pada dirinya, dan merendahkan orang lain, serta menyangka dirinya sudah baik.
  3. Semakin bertambah usianya, ambisinya pun meningkat.
  4. Semakin bertambah hartanya, meningkat pula sifat bakhil (pelit) enggan untuk menginfakkannya.
  5. Semakin naik kedudukan dan statusnya, sifat sombong dan angkuh pun meningkat.

 

Semua itu merupakan ujian dan cobaan dari Allah, yang dengannya Allah menguji hamba-hambaNya. Ada diantara hambaNya yang beruntung, dan ada pula yang celaka.

 

Demikian pula dengan berbagai kemuliaan, baik bentuknya kekuasaan, pangkat/jabatan dan harta, itupun ujian dan cobaan dariNya. Allah menyebutkan tentang Nabi Sulaiman-alaihis salam-, ketika terpesona dengan singgasana Bilqis:

 

Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur (akan nikmat-Nya)”.[QS. An Naml:40].

 

Maka semua nikmat merupakan cobaan dan ujian dari Allah, dengan itu akan nampak syukurnya orang-orang yang bersyukur, dan kufurnya orang-orang yang kufur nikmat. Sebagaimana halnya musibah, itupun cobaan dariNya. Allah menguji dengan nikmat dan musibah. Allah Ta’ala berfirman :

 

Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Rabbku telah memuliakanku”. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Rabbku menghinakanku”. Sekali-kali tidak demikian!.” (QS.Al Fajr :15-17)

Yaitu, tidak setiap orang yang Aku luaskan rezekinya, Aku muliakan dan memberinya nikmat, itu adalah bentuk pemuliaanKu kepadanya. Dan tidak setiap orang yang Aku sempitkan rezekinya, dan Aku berikan padanya musibah, itu adalah bentuk hinaan dariKu. Sekali-kali tidak demikian.

Demikianlah jalan hidup seorang muslim sudah Allah gariskan dan mempunyai panduan yang jelas dan hakiki. Ia tidak mungkin menukar kebahagian hidup di dunia dengan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal. Semoga kita mendapat kebahagiaan di dunia dan kelak di akhirat. Aamiin. [ ]

 

5

Red: admin

Editor: Iman

924