Setan Pun Pandai Meruqyah, Begini Kisahnya

0
755

PERCIKANIMAN.ID – – Istilah ruqyah sudah sangat populer dikalangan kaum muslimin. Namun dalam praktiknya masih banyak yang belum paham soal syariah dan tidaknya, seperti contoh berikut ini.
 
Masalah:
Ada dua kasus yang perlu dibahas:

  • Seorang gadis telah hafal Al Quran atau disebut hafizhah, sejak dikatakan bahwa di dalam dirinya terdapat jin, maka dia sekarang sering melamun. Sungguh kasihan, hafalannya pun sudah mulai banyak yang hilang.
  • Ada seorang ibu yang dinyatakan perlu segera diruqyah karena dalam dirinya terdapat Berita ini telah membuat suaminya terkejut, karena merasa kecewa punya isteri yang “mengandung” jin. Secara psikologis hubungan keluarga pun mulai terganggu. Akibat pengaruh berita yang senantiasa mewarnai pandangan suami terhadap isterinya, maka setiap kali suami menemukan perilaku isteri yang tidak sesuai dengan harapannya selalu dia hubungkan dengan jin.

Pertnyaannya: Siapakah nama setan yang telah berhasil mengganggu alhafizhah dan menodai keharmonisan keluarga ini?
 
 
Pembahasan:  
Memang, ketika disebut kata “setan” maka yang sering tersirat dibenak kita adalah sesuatu yang abstrak. Bahkan, sebagian orang mengatakan bahwa setan itu tidak ada selain sifat-sifat buruk yang ada pada manusia. Betulkah demikian? Marilah kita perhatikan firman Allah:
 
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. 6:112)
 
Pelajaran dari ayat:

  • Pada ayat ini sebutan manusia mendahului sebutan jin, pada ayat–ayat lain jin disebut sebelum manusia[ Lihat QS. 51:56, QS. 114:6]. Sungguh hal ini sangat menarik untuk kita tadabburi atau kita hayati, ada isyarat apakah di balik sebutan manusia mendahului sebutan jin. Memang setan dari manusia lebih susah untuk diketahui dan dihindari, karena boleh jadi dia tampil lebih ‘alim, tuturkatanya sangat menakjubkan, bahkan sering tampil sebagai penasihat. Maka sangat mungkin bagi orang yang kurang wawasan keislaman mudah terjebak dan tergoda hingga terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Karena itu sebutan  setan manusia disebut lebih dulu memberi isyarat betapa pentingnya bagi kita untuk lebih waspada, namun pada kenyataannya, malah sebaliknya. Hal itu boleh jadi akibat kurang mengerti siapa sebenarnya setan dari golongan manusia itu. Menghindar dari setan manusia tidak cukup hanya dengan berlindung menyatakan mohon perlindungan kepada Allah, tetapi juga sangat penting untuk mengenal dan mamahami langkah-langkah setan tersebut, yaitu dengan menambah wawasan keisliman dan memperdalam ilmu tentang Al Quran dan Sunnah serta kejian terhadap sirah nabawiyah. Lalu, kita kaji banding antara prilakunya dengan akhlak Rasulullah saw. dan para sahabat.
  • Setan dari golongan manusia adalah musuh para nabi. Jika tingkat para nabi saja telah dimusuhi setan-setan manusia, apalagi tingkatan umatnya yang sering mengalami penurunan keimanan, kurang wawasan keislaman dan tidak mendapat jaminan keselamatan aqidah karena tidak mendapat bimbingan langsung melalui wahyu Ilahi.
  • Kata يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ  sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain . Praktik membisik tidak berarti dengan suara yang didekatkan kepada telinga hingga tidak terdengar selain oleh yang dibisikinya, tetapi juga memberi makna lain seperti   setan-setan manusia juga punya tim atau kelompok yang memiliki profesi yang sama dan antara satu dengan yang lainnya saling tukar pengalaman bahkan menjadi satu organisasi yang solid untuk melaksanakan kegiatannya, hingga sulit diterka bila kegiatan tersebut membawa kepada perusakan.
  • Bagaimana tidak, sungguh kata-kata mereka sangat menarik dan manakjubkan. زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا  perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Keluar dari lisan mereka nasihat-nasihat yang indah bahkan diperkuat dengan ayat-ayat Allah dan hadis Rasulullah saw. yang merupakan pegangan kaum muslimin di seluruh dunia. Mereka pun fasih membacakan ayatnya dan banyak hafalannya sehingga julukan ustadz atau kiyai tidak diragukan untuk ditujukan kepada mereka[ lihat surat Al Baqarah ayat 204:].
  • فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Kita tidak hanya diperintah meninggalkan perkataan mereka, tetapi kita juga diperintah untuk meninggalkan mereka. Hal itu menunjukkan bahwa perkataan mereka sangat membahayakan. Sebenarnya, semua perkataan menyesatkan yang terlihat kotor pasti akan dijauhi orang yang sehat. Namun, jika perkataan itu dikemas dengan kata suci maka orang sehat pun dapat menerimanya.
  • وَمَا يَفْتَرُونَ dan apa yang mereka ada-adakan. Tentu jika yang mereka ada-adakan itu murni tanpa dikemas dengan tampilan yang menakjubkan atau tidak didukung dengan dalil yang meyakinkan maka orang lain pun akan menjauhinya meski tidak ada perintah  Al Quran untuk menjauhinya. Turunnya perintah tersebut memberi isyarat adanya masyarakat yang kurang menyadari akan berbahayanya praktik penipuan yang dilakukan setan-setan manusia dan jin.

 
 
Berkaitan dengan sinyalemen di atas, Rasulullah saw. pun mengingatkan kepada seorang sahabat agar senantiasa waspada terhadap gangguan dan bahaya setan manusia dan jin. Sejajar dengan kandungan ayat di atas, Rasul pun menempatkan bahaya gangguan setan dari golongan manusia mendahului bahaya gangguan setan dari golognan jin. Rasulullah saw. bersabda:
 
 
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَجَلَسْتُ فَقَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ صَلَّيْتَ قُلْتُ لَا قَالَ قُمْ فَصَلِّ قَالَ فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ قَالَ نَعَمْ    (الحديث)
Dari Abu Dzar berkata: aku mendatangi Rasulullah saw pada saat beliau berada di masjid. Aku duku (di dekatnya). Maka beliau bersabda: hai Abu Dzar, apakah kamu sudah melakukan shalat. Aku berkata: belum, beluau bersabda: berdirilah lalu shalatlah! Maka aku pun berdiri dan melakukua shalat. Kemudian aku duduk, maka beliau bersabda: hai Abu Dzar berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin. Aku berkata: wahai Rasulullah  apakah dari golongan manusia ada setan? Beliau bersabda:  ya. …… (HR. Ahmad)
 
Pelajaran dari hadis:

  • Abu Dzar seorang sahabat yang terbina pada madrasah Rasulullah saw. Namun demikian, dia pun masih diingatkan akan bahaya setan manusia dan jin.
  • Di samping kedudukan Abu Dzar sebagai sahabat, juga dia baru menyelesaikan ibadah shalat. Artinya dia mendapat pelajaran yang sangat penting dari Rasul saw. dalam kondisi suci, karena dia baru menyelesaikan ibadah shalat di masjid yang jauh dari perbuatan kotor dan keji.
  • Pelajaran tersebut ternyata perintah untuk berlindung kepada Allah dari kejahatan setan. Hal ini memberi isyarat bahwa orang yang suka beribadah setingkat sahabat pun tidak luput dari sasaran setan.
  • Yang menggoda orang yang baru selesai shalat adalah setan dari golongan manusia dan jin. Keduanya harus diwaspadai, namun kewaspadaan terhadap godaan manusia harus diprioritaskan, karena tipu daya setan jenis manusia lebih susah untuk diketahui akibat penampilannya yang tidak asing dan menggunakan argumentasi yang meyakinkan.
  • Karena susahnya untuk diketahui, maka Abu Dzar pun mempertanyakan, apakah dari golongan manusia ada setan.

 
Dengan dua teks di atas kita menemukan gambaran siapakah setan yang telah berhasil menggoda seorang hafizhah itu. Untuk lebih jelas lagi perlu kita kaji kasus lain yang terjadi akibat yang sama, yaitu:
Seorang wanita bertemu dengan seorang praktisi ruqyah yang mengatakan bahwa dalam diri wanita tersebut terdapat jin yang harus segera dikeluarkan dengan diruqyah. Dengan berita tersebut maka suaminya terkejut yang akhirnya dia sering menghubungkan berbagai prilaku isteri dengan jin, terutama jika dari prilaku wanita tersebut ada yang tidak disenanginya.  Sementara wanita tersebut tidak merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Dari hari ke hari maka keharmonisan keluarga pun mulai terusik dan permasalahan terus membesar. Ketika itulah setan dari golongan jin terus membisik  ke dalam dada kedua pihak.
 
 
Begitulah, salah satu program setan adalah mengganggu keharmonisan hubungan antara suami dengan isterinya. Allah berfirman:
 
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ
 Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. (QS. 2:102)
 
 
Bagian ayat di atas memberi penjelasan adanya sihir sejak zaman Nabi Sulaiman dan sihir tersebut menggunakan istilah yang dinisbatkan kepada Nabi Sulaiman walaupun jelas berlawanan dengan ajaran yang dibawanya. Maka tidaklah aneh jika sekarang ditemukan pembawa ajaran jahiliyah yang memisahkan seseorang dengan isterinya atau menjauhkan seorang hafizah dengan Al Quran, namun ajaran tersebut menggunakan ayat Al Quran dan sunnah Nabi saw. Itulah kecerdasan setan dari golongan manusia yang mesti diwaspadai sebagaimana Rasul saw. sabdakan kepada Abu Dzar.
 
Setan dari golongan manusia ternyata lebih berbahaya daripada setan dari golongan jin. Setan dari golongan jin selalu membisik ke dalam dada manusia dengan menggunakan cara yang gaib. Sedangkan setan dari golongan manusia dapat menggoda manusia dengan berkomunikasi langsung menyampaikan kalimat yang menarik dengan tampilan mempesona, mungkin menamakan diri sebagai orang pintar, dukun, para normal bahkan menamakan diri sebagai seorang tokoh agama yang menyampaikan doa-doa yang diambil dari Al Quran dan hadis Nabi. Oleh karena, itu sangat penting bagi kita untuk lebih waspada menghadapi bahayanya dan yang lebih berbahaya lagi jika, tanpa disadari, kita sendiri terlibat di dalamnya atau termasuk golongannya.
 
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ أَوْ نَضِلَّ أَوْ نَظْلِمَ أَوْ نُظْلَمَ أَوْ نَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا
Ya Allah kami berlindung padaMu dari tergelincir, tersesat, berbuat aniaya, dizalimi, bodoh dan dibodohi.
 
Kesimpulan:

  • Seorang yang telah hafal Al Quran tidak berarti otomatis paham Al Quran. Demikian pula orang yang banyak hafal hadis belum tentu dia memahami dan mengamalkan hadis yang dihafalnya. Orang yang sudah hafal dan mengerti pun tetap harus waspada terhadap rayuan dan bujukan setan.
  • Setan tidak selalu tersembunyi dan susah dilihat tetapi mungkin saja dia dapat dilihat dengan jelas namun kita tidak mengenalnya karena tampilannya sangat menarik, tutur katanya sangat menakjubkan bahkan menggunakan argumentasi yang meyakinkan. Dialah setan dari golongan manusia.
  • Kita akan dapat mengenalnya dengan jelas setelah memperhatikan orang yang mengikutinya, yaitu membuat orang tersebut sibuk dengan hal yang tidak berarti; mengurangi amal shaleh yang biasa dilakukan sebelumnya; terganggu hubungan rumah tangganya; dan lain-lain.[3]
  • Adalah termasuk setan peruqyah yang menuduh ada jin pada seorang hafizhah dan seorang ibu rumah tangga, karena dengan tuduhan tersebut dia telah berhasil membuat  seorang hafizhah dan seorang ibu menjauh dari kebiasaan baik yang biasa mereka lakukan sebelumnya.

*Dikutip dari buku ” Setan Pun Hafal Al Quran “, karangan Dr.KH.Saiful Islam Mubarok,LC, M.Ag
 
5
Red: admin
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
840

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman