Tips Agar Khusyu dan Nikmat Dalam Shalat, Ini Langkah Mudahnya

0
1075

 
 
Assalamu’alaykum. Pak Ustadz, mohon maaf sebelumnya. Saya seorang mualaf yang sudah sekira setahun ini menjadi muslim. Dalam ibadah terus terang masih kurang secara kualitas khususnya shalat. Kadang diawal waktu kadang masih menunda-nunda. Saya juga belum begitu merasakan nikmatnya shalat meski sudah berusaha. Namun saya akan tetap pertahankan hidayah ini sampai mati. Saya minta nasihatnya pak ustadz agar shalat bisa khusyuk dan nikmat. Terima kasih ( Della via fb )
 
 
 
Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah.  Alhamdulillah, tentu kita turut bahagia dan selamat kepada Anda yang telah menjadi seorang muslimah. Semoga tetap istiqomah sampai akhir hayat nanti.
 
 
Tentu kita juga sadar dan paham bahwa yang namanya ibadah itu perlu proses dan latihan secara bertahap untuk mendapatkan kualitas dan kuantitasnya. Akan terasa berat jika dipaksakan untuk sekaligus langsung berkualitas dan berkuantitas. Caranya harus sering diulang dan latihan terus menerus.
 
 
Misalnya shalat Tahajud untuk yang belum terbiasa mungkin akan terasa berat. Apalagi harus bangun disepertiga malam atau pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Ini perlu latihan agar menjadi terbiasa. Misalnya bisa dimulai bangun pagi 10 menit sebelum adzan Subuh. Kemudian mengerjakan shalat sunnah.
 
 
Kemudian jika sudah bisa rutin bisa dinaikan, bangunnya jadi 30 menit sebelum adzan Subuh. Kemudian kalau sudah terbiasa dan tidak merasa berat maka bisa dinaikan bangunnya jadi 1 jam sebelum Subuh dan seterusnya. Demikian juga dengan ibadah-ibadah yang lainnya. Apalagi Anda seorang mualaf maka perlu latihan dan pembiasaan secara bertahap.
 
Lalu bagaimana agar shalat menjadi berkualitas atau bisa merasakan nikmat ibadah? Kita bisa simak pandangan atau penjelasan seorang ulama seperti Hassan al-Banna yang menyebutkan bahwa semua ibadah harus didasari oleh Al fahm  atau pemahaman yang baik kalau ingin mengerjakannya dengan penuh kekhusyuan dan kenikmatan.
 
 
Atau dengan kata lain, ibadah tidak cukup sekadar melaksanakan gerakan-gerakan lahiriah tetapi juga harus mengetahui hakikatnya, harus memahami maksudnya, dan mengerti bacaan atau doa-doanya. Banyak orang yang melaksanakan shalat tapi tidak tahu apa kandungannya, shalatnya tetap sah namun kualitasnya biasa-biasa saja.
 
 
Karena itu, kalau kita ingin merasakan kenikmatan shalat, langkah yang harus kita lakukan adalah berusaha memahami kandungannya, alias menyisihkan waktu untuk belajar memahami bacaan-bacaannya. Idealnya, setiap kata yang diucapkan dalam shalat itu dipahami, namun kalaupun tidak mampu melakukan seperti itu, minimal kita memahami maknanya secara global.
 
 
Misalnya, saat kita membaca Alhamdulillahirabiil ‘Alamin, kita tahu dan sadar bahwa yang paling berhak menerima pujian itu Allah. Saat membaca Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in kita paham bahwa kesetiaan dalam doa dan pengabdian hanya ditujukan pada Allah Swt., dan seterusnya.
 
 
Setelah kita berusaha memahami makna bacaannya, kemudian kita perlu memahami kedudukan shalat dalam ajaran Islam. Dengan memahami kedudukannya, diharapkan penghormatan dan prioritas kita terhadap shalat meningkat. Mari kita cermati bagaimana kedudukan shalat dalam ajaran Islam.
1. Shalat merupakan tiang agama
Dalam Al Quran Allah Swt berfirman,
 
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
 
Laksanakan salat, tunaikan zakat, dan ruku‘-lah beserta orang yang ruku‘.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 43).
 
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
 
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu seperti biasa. Sesungguhnya, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman.” (Q.S. An-Nisā’ : 103).
 
2. Shalat merupakan garis pemisah antara Islam dan kufur
 
Telah bersabda Rasulullah Saw., “Garis pemisah antara seorang muslim dan musyrik atau kafir adalah meninggalkan shalat.” (H.R. Muslim).
 
Maksudnya, indikator yang paling mudah untuk membedakan apakah seseorang itu muslim atau nonmuslim adalah melakukan shalat. Kalau suka shalat berarti seorang muslim, kalau tidak pernah shalat berarati dia itu kafir atau munafik.
 
3. Shalat sebagai sarana untuk merawat dan mengasah kefitrahan manusia
 
Manusia lahir dalam keadaan fitrah atau dalam keadaan beragama Islam (lihat Q.S. Al-A‘rāf: 172), yaitu agama yang hanya menyembah Allah Swt. (tauhid).
 
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
 
 
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, ( QS.Al A’raf:172)
 
 
Kemudian dalam haditsnya Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari).
 
 
 
Fitrah adalah potensi keagamaan yang hanif atau yang cenderung kepada agama yang benar yaitu Islam.
 
 
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
 
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama Islam yang sesuai dengan fitrah Allah karena Allah telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rūm: 30).
 
 
Shalat berfungsi sebagai media untuk mengaktualisasikan fitrah, karena shalat akan melahirkan ketenteraman. Ketika manusia berada dalam posisi fitrahnya, hidupnya akan penuh ketenangan.
 
 
Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat. Salat itu berat, kecuali bagi orang-orang khusyuk, yaitu mereka yang yakin akan menemui Tuhannya dan akan kembali kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 45-46).
 
4. Shalat sebagai sarana untuk mengobati penyakit hati.
 
Manusia memiliki sejumlah sifat mulia, seperti jujur, syukur, dan pemaaf. Namun di samping itu, manusia juga memiliki sejumlah sifat buruk, seperti putus asa, kikir, dan sombong. Shalat bisa menjadi sarana untuk mengobati sifat-sifat buruk manusia. Allah Swt. berfirman,
 
 
Sesungguhnya, manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Apabila mendapat keluasan harta, ia menjadi kikir. Kecuali orang-orang yang melaksanakan salat.”(Q.S. Al-Ma‘ārij: 19-22).
 
5. Shalat sebagai sarana penyucian dosa
 
Rasulullah Saw. bersabda, “Bagaimana pendapat kalian, andaikata sebuah sungai berada di rumah salah seorang di antaramu dan kamu mandi di sana lima kali dalam sehari, maka apakah masih tertingal kotoran pada badannya?” Mereka berkata, “Tidak ada kotoran yang tertinggal pada badannya.” Beliau bersabda, “Maka demikianlah perumpamaan shalat lima kali, Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
6. Shalat bisa menjadi penghalang dari perbuatan maksiat
Alllah Swt berfirman dalam Al Quran,
 
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
 
 
Bacalah Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya, salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ketahuilah, salat itu lebih besar keutamaannya daripada ibadah lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-‘Ankabūt : 45).
 
 
Jadi kesimpulannya  dari analisis tersebut bisa disimpulkan bahwa kenikmatan shalat akan dirasakan apabila kita memahami kandungannya dan mengerti kedudukannya yang begitu penting dalam ajaran Islam.
 

BACA JUGA: Waktu Mengerjakan Shalat Tahiyatul Masjid

 
Saran saya terus, belajar dan belajar tentang Islam. Kemudian beralatih dan berlatih dalam ibadah secara bertahap dan jangan putus asa atau merasa bosan. Anda juga bisa bergaul atau berkumpul dengan orang-orang shalih atau komunitas-komunitas dakwah untuk belajar dan Islam dan meningkatan amaliah ibadah.  Misalnya ada kegiatan mabit atau Subuh berjamaah dan sebagainya.
 
 
Insya Allah kalau dikerjaan bersama minimal ada yang memberi tahu atau mengingatkan. Dari situ Anda bisa membiasakan amal-amal shalih tersebut saat di rumah. Intinya segala sesuatu itu perlu proses, dan latihan agar menjadi terbiasa. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat.
 
 
Nah, terkait pembahasan bab shalat ini lebih detail berikut dalilnya termasuk tips shalat khusyuk, Anda, bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian bisa membaca buku saya yang berjudul “SUDAH BENARKAH SHALATKU?“. Didalamnya ada pembahasan bab praktik shalat berikut contoh-contohnya. Wallahu’alam bishawab. [ ]
5
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
890

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .
 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman