Kisah Marbot: Dulu Pemabuk, Sekarang Taat Ibadah

0
719

Kisah Wahyudin Marbot Masjid Muhajirin

 

PERCIKANIMAN.ID – –  Biarpun dulunya seorang pemabuk sewaktu SMA tapi lihat masjid kotor, hatinya tergerak untuk membersihkannya. Jadi marbot semoga mampu membersihkan dosanya yang telah dilakukan selama itu. Marbot pun akhirnya membawanya mau belajar agama hingga Allah memahamkannya dan menjadi taat.

 

Itulah sekilas awal perjalanan hidup Wayudin (52 tahun) memulai hijrahnya. Saat itu sekitar tahun 1987, tak ada yang mau jadi marbot. Ia yang sudah bosan menjadi pemabuk memberanikan sekaligus menawarkan diri menjadi orang yang membersihkan masjid.

 

Saat itu malah Ketua DKM Masjid Al Muhajirin yang beralamat di Komplek BPKP Jalan Kebon Kopi no. 1 Kelurahan Cibeureum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi mengatakan jika mau bantu masjid di sini boleh tapi tidak akan dapat gaji.

 

“Bagi saya saat itu dapat kepercayaan bisa membersihkan masjid saja sudah anugerah. Yang terpikir saat itu adalah kalau di masjid pasti jauh dari maksiat dan yang pasti ada kesempatan untuk bisa belajar agama,” terang Wahyudin awal Ramadan 1439 H saat ditemui penulis di kantor masjid tersebut.

 

Ayah empat orang anak ini uniknya dinikahkan pun di masjid juga dan ada pengurus yang membiayainya. Menurutnya, namanya masjid komplek kadang tak ada yang peduli terhadap kebersihannya. Katanya, di sinilah tantangannya karena harus membuat masjid menjadi bersih.

 

Ternyata bukan itu saja, ada pula orang yang tidak yakin ia akan benar-benar bekerja baik apalagi tidak dibayar. Wahyu tak mempedulikannya bahkan banyak pula yang menyangsikan jika pemabuk bisa menjadi marbot. Wahyudin tak mempedulikannya tapi ia buktikan jika ia mampu melakukan pekerjaan marbot secara baik.

 

“Saya bisa buktikan kepada semua orang kalau marbot bisa mengangkat derajat orang walaupun tidak digaji. Tidak digaji masjid tapi Allah menggantinya dengan rezeki yang lain dan paham agama itu jauh lebih berharga dari sekedar uang,” tambahnya kala itu.

 

 

Pak Wahyu, demikian ia akrab disapa, benar saja jadi marbot mau belajar dalam segala hal khususnya soal agama. Ada kajian di masjid itu tak dilewatkannya hingga perlahan tapi pasti jadi mengerti soal agama. Bukan saja menjadi marbot namun sesekali jadi muadzin dan juga imam shalat.

 

 

Di situlah Pak Wahyu malah mendapatkan kebahagiaan hakiki. Bukan semata materi namun ia pun diberi kesempatan oleh Allah menuntut ilmu.pula. Pihak DKM pun malah mengutusnya mengikuti Kuliyatul Mubalighin di Masjid Istiqomah, Kota Bandung dan sempat pula menuntut ilmu di Pesantren Persatuan Islam, jalan Pajagalan, Kota Bandung.

 

 

“Ini rezeki yang berharga karena dengan ilmu itu kan bisa mengangkat seseorang beberapa derajat. Ilmu agama sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sendiri dalam segala hal,” tuturnya.

 

 

Nah lelaki yang dulunya sebenarnya karyawan perusahaan garmen, namun karena perusahaan itu bangkrut ia menyadari makanya ia fokuskan untuk menjadi marbot masjid tersebut. Muncul sebuah pertanyaan, lantas untuk menafkahi anak isteri dari mana ?

 

 

Pria yang dulu tempat tinggalnya dekat masjid itu menjelaskan justeru di masjid itu ia berkembang sesuai kapasitas ilmunya. Awalnya ia dipercaya jadi muadzin dan imam Shalat dan lambat laun bisa mengajar mengaji hingga dilakukan secara door to door dari rumah ke rumah.

 

 

“Mungkin di sini Allah memberikan rezeki bagi saya. Alhamdulillah saya tak kekurangan rezeki dan bisa menyekolahkan keempat anak saya walaupun hanya tamat SMA sebanyak tiga orang karena yang bungsu itu kini kelas empat SD,” terangnya yang mengakui jika ketiga anaknya itu sudah bekerja dan salah seorang sudah menikah.

 

 

Menariknya, rumah yang ditempatinya di kawasan Komplek Permata Cimahi adalah atas kebaikan salah seorang pengurus masjid. Pak Wahyu sendiri biasanya datang ke masjid itu pukul enam pagi dan baru pulang selepas Isya. Jika dulu ia full tidur di masjid namun setelah menikah ia tidur di rumah karena di masjid ini ada dua orang marbot.

 

 

Nah pekerjaan yang biasa dilakukannya menyapu lantai, membersihkan toilet dan tempat wudhu, mengepel lantai serta menyedot debu yang ada di karpet dan rutinitas kerja meningkat pada Kamis malam karena esoknya masjid akan digunakan untuk Shalat Jumat.

 

 

“Marbot lain memang ada dan telah ditunjuk tiga tahun yang lalu namun tetap saja harus ditemani karena kadang tidak sepenuhnya bekerja sebagai marbot karena ada bolosnya,” katanya.

 

 

Selain dari sisi spiritual, Wahyu pun mendapat berkah dari menjadi marbot ini. Dari awalnya seorang pemabuk kemudian insyaf, taubat dan menjadi hambat yang taat. Tahun 2013 ia diberangkatkan umrah bersama ibu kandungnya.

 

 

“Saya antara percaya dan tidak percaya dimana Allah mengundang saya umroh lewat kebaikan seorang hamba-Nya. Saya betul-betul terharu,”ungkap nya mengenang.

 

 

Dimasa tuanya ini ia tetap ingin menjadi marbot. Ingin membantu dan melayani tamu-tamu Allah yang beribadah ke masjid.

 

 

“Saya sendiri sudah merasa puas dan kalaupun kelak saya meninggal maka saya ingin dishalatkan di masjid ini,” pungkasnya [ ]

5

Red: deffy ruspiyandi

Editor: iman

Foto: deffy

890

 

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online