Saudara Sedang Marahan, Apakah Boleh Bohong Untuk Kebaikan?

0
678

Assalamualaikum. Pak Aam, saat ini di rumah ada adik saya yang sedang bermasalah dengan suaminya. Sudah hampir 2 minggu ini saya dan suami mencoba mendamaikan namun belum berhasil. Saya pernah dengar katanya boleh kita berbohong untuk kebaikan. Saya bermaksud sedikit berbohong agar adik saya bisa kembali kepada suaminya. Berdosakah kita jika melakukan kebohongan tapi demi kebaikan? Mohon nasihatnya dan terima kasih. ( Sandra via email)

 

 

Waalaikumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah.Pertama kita harus sepakati dulu bahwa bohong atau dusta itu suatu yang tetap dikategorikan perbuatan yang salah dan tidak boleh dilakukan.-. Berbohong atau berdusta akan menimbulkan dosa dan dosa itu bisa membawa neraka. Larangan berbohong atau dusta ini sebagaimana yang Allah perintah,

 

Sesungguhnya, orang yang mengada-adakan kebohongan adalah orang yang tidak beriman pada ayat-ayat Allah. Mereka itulah pembohong.” ( QS.An Nahl: 105)

 

Bahkan dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa pembohong itu sama dengan tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Artinya kebohongan atau kedustaan itu sama dengan tidak percaya akan keberadaan Allah Yang Maha Melihat.

 

Kemudian, bolehkah kita berbohong untuk kemaslahatan?

Ada sejumlah riwayat yang menunjukkan pengecualian dimana kita boleh berbohong demi kemaslahatan. Apa saja? Asalnya memang berbohong itu terlarang dikecualikan dalam tiga hal. Ketika itu berbohong jadi rukhsoh atau keringanan karena ada maslahat yang besar. Ada hadits yang menyebutkan hal ini,

 

 

Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik demi mendamaikan pihak yang berselisih,.”

 

 

Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” (HR. Bukhari dan Muslim ).

 

 

Dengan mengacu pada hadits tersebut maka setidaknya ada tiga perkara atau kondisi dimana kita diperbolehkan untuk berhobong.

 

Pertama, dalam peperangan. Misalnya, Anda atau kita sebagai muslim oleh tertawan musuh dan dilakukan introgasi atau Anda diminta untuk menunjukkan teman-teman atau penyimpanan senjata. Nah, Anda boleh berbohong kepada musuh, sebab jika Anda jujur justru akan menghancurkan teman-teman seperjuangan dan bisa dikatakan berkhianat.

 

Kedua, berbohong untuk mendamaikan dua orang yang berselisih. Jadi, ada dua orang yang berselisih, si A bermusuhan dengan si B, lalu saya bertemu dengan si A dan mengarang, “Si B ingin berdamai dengan kamu, maka berlapang hatilah untuk menerima kesalahannya,” Saya berkata bahwa si B ingin berdamai dengan si A, padahal saya mengarang, lalu saya bertemu dengan si B, “Saya bertemu dengan si A. Si A itu sebenarnya ingin berdamai,” Nah, pada akhirnya mereka itu berdamai karena rekayasa yang saya buat. Itu boleh.

 

BACA JUGA: Waspadai, Ini Cara Jin Merusak Suami Istri 

 

Atau misalnya dalam kasus Anda tersebut. Anda boleh berbohong kepada adik Anda bahwa suaminya ingin berdamai atau baikan. Begitu pula Anda bisa menyampaikan kepada suaminya bahwa adik Anda ingin dijemput dan sudah memaafkannya. Itu dibolehkan. Sebab kalau disampaikan dengan jujur bahwa masih marahan malah masalahnya bisa berlarut dan tidak terselesaikan.

 

Ketiga, berbohong untuk menyenangkan suami atau istri. Misalnya, istri masakannya terlalu asin atau sebaliknya kurang asin maka suami boleh mengatakan bahwa masakannya sangat enak hanya kurang asin sedikit. Sebab jika dikatakan jujur apa adanya bahwa masakannya tidak atau kurang enak bisa membuat istri sakit hati atau marah bahkan malas untuk masak. Demikian juga hal lain yang intinya demi keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.

 

Jadi berbohong untuk kebaikan-kebaikan seperti dalam hadits tersebut diatas diperbolehkan atau bukan untuk menipu. Kalau berbohong untuk menipu, jelas itu haram atau tidak boleh dilakukan. Tapi berbohong untuk menciptakan maslahat, itu sesuatu yang diperbolehkan.Demikian penjelasannya semoga bermanfaat. Wallahu alam bishshawab. [ ]

5

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

860

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online