Mengapa Kita Harus Mendokan Orangtua? Pahami, Ini Alasannya

0
1407

PERCIKANIMAN.ID – – Dalam ajaran Islam, Allah Swt dan Rasulullah Saw memerintahkan agar seorang anak berbakti kepada kedua orangtuanya. Dalam Al Quran, Allah Swt berfirman,
 
 
(23). …………….وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًاا
 
 
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…….” ( QS. Al Isra: 23)
 
 
Al-Qur’an menggunakan istilah Ihsaana untuk menunjukkan kewajiban anak berbakti kepada kedua orang tuanya, misalnya disebutkan dalam Surat Al-Isrā’ ayat 23 tersebut disebutkan, “Wa bil waalidaini ihsaana (dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak).”
 
 
 
Al-Qur’an menggunakan kata ihsaana sebanyak enam kali, lima di antaranya dalam konteks berbakti pada ibu bapak, yaitu Surat Al-Baqarah [2] ayat 83 Surat An-Nisā’ [4] ayat 36, Surat Al-An‘ām [6] ayat 151, Surat Al-Isrā’ [17] ayat 23, dan Surat Al-Aĥqāf [46] ayat 15.
 
 
Mendoakan orang tua serta bertutur kata yang lembut, santun, dan tidak menyakiti, baik dengan sikap dan perbuatan, serta melindunginya dengan penuh ketulusan, merupakan bentuk ihsan (bakti) kepada orang tua, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.
 
 
(23). وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
 
(24). وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
 
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam perawatanmu, maka jangan kamu katakan ‘ah’ kepadanya dan jangan membentaknya. Ucapkanlah perkataan yang baik kepada keduanya. Rendahkan dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan berdoalah, ‘Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku ketika kecil.’” (Q.S. Al-Isrā’ [17]: 23-24).
 
 
Oleh sebab itu, berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang paling dicintai Allah. Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, aku bertanya kepada Rasulullah Saw., “Amalan apakah yang dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti pada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
 
Rasulullah Saw. memerintahkan agar kita tetap sayang dan santun kepada orang tua, sekalipun mereka berbeda agama dengan kita. Asma’ binti Abu Bakar r.a. berkata, ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita musyrik pada zaman Rasulullah Saw. Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah Saw. dengan mengatakan,
 
 
“Ibuku mendatangiku dan ia menginginkan aku berbuat baik kepadanya, apakah aku (boleh) menyambung (persaudaraan dengan) ibuku?” Beliau bersabda, “Ya, sambungkanlah (persaudaraan dengan) ibumu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
 
 
Kita wajib santun dan taat kepada orang tua selama mereka menyuruh pada kebaikan, kemaslahatan, dan kebenaran, apa pun agama yang mereka anut. Pokoknya, selama perintah atau anjurannya itu benar, kita wajib menaatinya.
 
 
 
Namun, kalau mereka menyuruh berbuat durhaka atau berbuat kemusyrikan, haram hukumnya mengikuti perintah, sekalipun mereka seagama dengan kita, terlebih lagi bila berbeda agama. Tapi, satu hal yang harus diperhatikan, penolakan atas ajakan mereka harus dilakukan dengan tetap menjaga etika. Tolaklah dengan santun. Firman Allah,
 
 
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
 
“Jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada ilmunya, janganlah kamu menaati keduanya. Tetapi, bergaullah secara baik dengan keduanya di dunia dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat kembalimu. Lalu, akan Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqmān: 15).
 
 
Berbakti kepada kedua orang tua tidak dibatasi saat mereka masih hidup, setelah mereka meninggal pun kita masih memiliki kesempatan untuk berbakti kepada keduanya. Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi r.a. berkata, ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari suku Bani Salamah lalu berkata,
 
 
 
“Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?”
 
 
Kemudian dalam hadist yang lain Rasulullah Saw bersabda,
 
 
“Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya.” (H.R. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam sahihnya)
 
 
Merujuk pada keterangan ini, kita bisa membuat sistematisasi tentang cara kita berbakti kepada orang tua yang sudah wafat, minimal dengan dengan doa.
 

BACA JUGA: Syarat Agar Doa Terkabul

 
Ada pun mendoakan orang kafir dan musyrik termasuk sanak saudara bahkan orangtua sendiri hukumnya dilarang. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt dalam Al Quran,
 
 
(113). مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
 
 
Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.”  (QS.At Taubah: 113)
 
 
Menanggapi ayat ini Ibnu Taimiyah  mengatakan sesungguhnya memintakan maghfirah (ampunan) untuk orang-orang kafir tidak dibolehkan, berdasarkan Al Quran, Hadits, dan Ijma’. (lihat Majmu’ul Fatawa 12/489). Demikian juga pendapat ulama yang lain seperti Imam Nawawi dan sebagainya. [ ]
 
 
*Sumber: disarikan dari buku “ Doa Orang-Orang Sukses “ karangan Dr. Aam Amiruddin,M.Si
 

 
5
Red: admin
Editor: iman
Ilustrasi foto: norman
890

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman