Pola Hubungan Suami Istri, Ini Yang Diinginkan Allah dan Rasul-Nya

0
967

 
PERCIKANIMAN.ID – – Kekasih yang penuh cinta, rasa suka (mawaddah), dan saling mengasihi (rahmah) menjadikan seluruh kebutuhan manusia terpenuhi, hidup nyaman dan penuh arti, hidup yang bahagia. Begitu juga dalam rumah tangga, suami mencintai istri dan istri mencintai suami, akan terbentuk rumah tangga yang penuh kenyamanan dan keberartian. Inilah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga sakinah. (lihat Q.S. Ar-Ruum [30]: 21)
 
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
 
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS.Ar Ruum: 21)
 
Rasa suka terhadap pasangan dapat berupa rasa suka pada senyumnya, tawanya, cara bicaranya, kecantikannya, ketampanannya, kebaikannya, dan sebagainya. Selain itu, adanya kegembiraan atau kesenangan bila berdekatan dengannya sehingga ada rasa ingin selalu bertemu.
 
 
Rasa suka dapat saja timbul sejak pandangan pertama yang mendorong keduanya untuk saling bertemu. Pertemuan-pertemuan tersebut menyebabkan keduanya semakin mengenal lebih dalam pribadi masing-masing, termasuk sisi-sisi tempat dia dapat memberi kepada pasangannya. Semakin meningkatnya rasa cinta, berbuah kesepakatan untuk mengukuhkannya dalam bahtera rumah tangga.
 
 
Tali kasih suami istri dimulai ketika akad nikah, berupa pemberian mahar atau maskawin dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Mulanya, hubungan antara pria dan wanita tersebut sebagai suatu persahabatan dengan segala pembatasan. Dengan akad nikah dan pemberian mahar, terbentuklah suatu tali kasih yang hampir tak memiliki batas.
 
 
Hubungan kasih antara suami dan istri memiliki pengertian bahwa apa pun yang diberikan suami kepada istrinya merupakan suatu pemberian yang tulus. Sebuah pemberian yang tidak mengharapkan balasan atau penggantian apa pun, dan pemberian tersebut bukan pula sebagai balasan atau penggantian atas pemberian istri yang didapatkan sebelumnya. Suami hanya mengharapkan kegembiraan dari istrinya, begitu juga sebaliknya.
 
 
Sebagai contoh, karena kasihlah seorang istri mau meluangkan waktunya dan berlelah-lelah menemani suami melakukan hobinya, misalnya memancing, yang sebenarnya tidak begitu disukainya. Si istri juga merasa puas melihat suaminya senang, gembira, dan bahagia ketika melakukan hobi tersebut.
 
 
Begitupun sebaliknya. Seorang suami mau meluangkan waktunya dan berlelah-lelah menemani istri melakukan hobinya, seperti jalan-jalan ke mal, walaupun sebenarnya si suami tidak begitu menyukai kegiatan tersebut. Si suami merasa puas  melihat istrinya senang, gembira, dan bahagia ketika melakukan hobi tersebut. Karena kasih pulalah, seorang suami atau istri mendengarkan cerita dan keluhan pasangannya.
 
 
Apa pun yang kekasih inginkan, apalagi yang dibutuhkan, dari yang paling murah dan mudah, sampai sesuatu yang nilainya “tak ternilai”, yaitu dirinya sendiri (tubuhnya, pikirannya, atau bahkan nyawa sekalipun), akan diberikannya. Jika sesuatu yang diminta tersebut tidak dimiliki, dia akan mencarinya walaupun dengan risiko yang besar, seperti kematian.
 
 
Kekurangan yang dimiliki seorang suami justru menjadi sarana bagi istri untuk mengasihinya. Begitu juga sebaliknya, kekurangan yang dimiliki istri menjadi  sarana bagi suaminya untuk mengasihi sang istri.
 
 
Pastinya, sisi kewanitaan seorang istri yang tidak dimiliki seorang suami adalah sesuatu yang dibutuhkan dan menjadi harapan suami. Begitu juga sebaliknya, sisi kelelakian sang suami yang tidak dimiliki seorang istri adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diharapkan oleh istri.
 
 
Tempat untuk berbagi. Begitulah istri bagi suami, juga suami bagi istri. Berbagi kesedihan, kesusahan, kegembiraan, serta kesenangan. Kesedihan seorang pemimpin organisasi jika diungkapkan kepada anggotanya dapat merusak motivasi kerja karena akan terbentuk imaji bahwa dia orang yang lemah. Kesedihan hanya akan reda dan tidak dapat menyebabkan gangguan jika diungkapkan kepada kekasih tak berbatas tersebut.
 
 
Allah Swt. membuat perumpamaan sebuah pakaian. Istri adalah pakaian bagi suaminya dan juga suami pun pakaian bagi istrinya.
 
 
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 187)
 
 
Perumpamaan itu mempunyai makna yang dalam. Pakaian mempunyai fungsi sebagai pelindung dari sengatan panas dan kecelakaan. Pakaian juga berfungsi untuk menutup aurat dan sebagai perhiasan. Dengan pakaian, seseorang akan lebih enak dipandang. Namun, sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa, pakaian yang membawa ke arah ketakwaan.
 
 
() وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
 
“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (Q.S. An-Nahl [16]: 81)
 
 
() يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
 
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. Al A’raaf [7]: 26)
 
 
Makna lain perumpamaan pakaian ini adalah kesesuaian. Fungsi pakaian tersebut tentu tidak akan tercapai apabila ukurannya tidak sesuai dengan tubuh si pemakai, apakah terlalu kecil ataupun terlalu besar. Pakaian berukuran lebih kecil dari si pemakai tentunya tidak akan dapat menutupi tubuh yang besar. Kalaupun dipaksakan, ada dua kemungkinan. Pertama, pakaian tersebut akan robek, atau kedua, si pemakai akan terjepit. Begitu juga tubuh yang kecil akan menderita bila pakaian yang dikenakan terlalu besar untuk tubuhnya.
 

BACA JUGA: Frekuensi Hubungan Suami Istri Dalam Islam, Berapa Kali Dalam Seminggu ?

 
Sebagaimana yang telah disebut sebelumnya, suami memiliki beberapa kelebihan dibandingkan istrinya, namun juga memiliki kekurangan. Begitu juga sebaliknya. Istri memiliki beberapa kelebihan dibandingkan suaminya dan juga memiliki kekurangan. Hal itu berarti tidak ada yang lebih tinggi di antara suami dan istri. Dengan perkataan lain, suami dan istri pada hakikatnya adalah setara.
 
() وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
 
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit.” (Q.S. An-Nisaa [4]: 124)
 
 
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang ber puasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzaab [33]: 35)
 
 
Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun dan memertahankan suatu rumah tangga, mulai dari mencari, menata, dan merawat sumber daya; mengembangkan dan mempertahankan hubungan-hubungan yang telah ada; sampai mengelola konflik. [ ]
 
*Disarikan buku ” Cinta & Seks, Rumah Tangga Muslim ” karangan dr. Untung Sentosa, M.Kes & Dr.Aam Amiruddin, M.Si
 
5
Red: admin
Editor: iman
Ilustrasi foto: duniaislam
890

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman