Calon Sumi Bekerja di Kapal Pesiar , Bagaimana Hukumnya ?

0
866

Assalamu’alaykum, Pak Aam. Saya seorang janda dengan dua anak. Saat ini saya dekat dengan seseorang duda yang insya Allah serius mau membangun rumah tangga. Dia bekerja di kapal pesiar untuk kawasan Eropa. Jadi kami mengobrol lewat media sosial saja. Dia pulangnya 6 -7 bulan sekali dan mendapat cuti hanya 1-1,5 bulan saja. Bagaimana hukumnya bekerja di kapal pesiar?. Bagaimana hukum suami yang meninggalkan istri selama 6 bulan? Mohon penjelasannya . ( W via fb )

 

 

Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat yang dirahmati Allah. Pada prinsipnya bekerja itu ibadah dan merupakan perintah agama yakni perintah Allah dan Rasul-Nya. Dalam Al Quran dijelaskan,

 

 

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

 

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. At Taubah: 105 )

 

 

Jadi pada dasarnya pekerjaan kita itu yang melihat atau yang menilai adalah Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Artinya pekerjaan atau yang kita kerjakan itu harus halal dan baik serta benar menurut kaidah syariah. Jadi selama pekerjaan itu tidak melanggar syariah boleh-boleh saja, termasuk bekerja di kapal pesiar.

 

 

Hanya memang dalam masyarakat kita itu ada anggapan atau pandangan bahwa yang namanya kapal pesiar itu tempat orang bersenang-senang, hura-hura termasuk  bukan suami istri dan lain-lainnya. Tapi tentu tidak semuanya demikian.

 

 

Tentu ini dikembalikan kepada pribadinya masing-masing. Selama calon suami Anda berperilaku baik, menjaga akidah dan ajaran agamanya tentu tidak masalah. Ia bekerja sesuai dengan keahliannya atau profesional dan digaji sesuai dengan pekerjaannya, tentu boleh-boleh saja.

 

 

Kalau Anda menikah dengan seseorang. Anda putuskan menikah dengan seseorang, maka Anda harus menerima konsekuensi pekerjaan orang itu. Nah kalau dia bekerja itu di kapal pesiar pulangnya 6 bulan sekali dan dia hanya ada waktu 1-2 bulan cuti itu balik lagi ke Anda. Kira-kira Anda mau tidak mempunyai suami seperti itu?

 

Nah jadi sebenarnya dalam pernikahan itu pasti ada konsekuensinya. Menikah dengan pegawai, yang namanya pegawai gajinya missal 5 juta. Karena terukur biasanya pegawai itu. Nanti naik lagi 5,5 juta. Kalau ada tugas luar kota ada lagi uang bonusnya. Jadi kalau misalkan Anda mempunyai suami pegawai tetap di sebuah instansi maka harus siap mengelola keuangan yang tiap bulan sudah terbatas begitu.

 

 

Jadi bagi Anda para istri yang memang suaminya bekerja dan setiap bulannya sudah bisa dipastikan gajinya maka Anda tolong kelola dengan baik. Ya kalau Anda menikah dengan laki-laki seperti itu berarti Anda harus terima dengan konsekuensinya. Hanya memang waktunya jelas. Pergi pagi, pulang sore. Sesekali lembur. Hari sabtu minggu libur, oke terima.

 

BACA JUGA: Istri Menolak Bekerja Membantu Suami, Apakah Termasuk Durhaka ?

 

Bisa juga suami Anda ini pengusaha. Ada pengusaha sukses, ada pengusaha menengah, ada pengusaha gagal sukses itu bergantian. Kalau lagi sukses motor baru, mobil baru. Kalau suaminya butuh modal, motor dan mobilnya dijualin. Nah Anda harus siap dengan suami model gini.

 

Nah sekarang setiap orang mempunyai profesi yang berbeda-beda. Maka bagi calon istri yang sedang menentukan pasangan hidupnya, ya harus terima kenyataan, calon suaminya seperti apa.

 

 

Jadi kalau misalkan suaminya pengusaha, jangan protes disuruh kerja kantoran. Ya jelas beda. Anda harus mengerti profesi suami Anda itu seperti apa. Jadi jangan nuntut yang tidak jelas. Kalau tidak mau ya jangan menikah dari awal. Sekarang calon suami Anda seorang pesiar.

 

 

Nah Anda ini kan janda, saya juga tidak tahu Anda gagal menikah karena apa. Sekarang Anda mau menikah lagi. Nah keputusannya berada ditangan Anda. Karena banyak yang bisa membangun rumah tangga yang baik, sementara suaminya bekerja seperti itu. Bisa menjaga kehormatan diri. Bisa dibangu dengan baik, karena istrinya mau terima kenyataan. Jadi dengan menerima kenyataan itu yang tidak membuat Anda cape. Jadi semua kembali kepada Anda.

 

 

Kembali lagi kepada keputusan Anda untuk memutuskannya. Anda sudah tahu profesi atau pekerjaan calon suami. Anda juga sudah dapat menebak atau memprediksi kedepannya seperti apa jika menjadi istrinya, ditinggal antara 6 – 7 bulan. Kemudian bersama Anda atau keluarga hanya 1 – 1,5 bulan. Ini adalah pilihan atau resiko Anda, menjadi istri seorang pelaut.

 

 

Jadi menikah itu antara takdir dan pilihan. Takdir setelah dijalani atau hidup berumah tangga dengannya. Juga pilihan sebelum memutuskan untuk terus menjadi suami atau berhenti. Jangan sampai nanti Anda setelah berumah tangga dengannya sekian bulan atau tahun baru menyadari. Padahal sebelum menikah Anda sudah tahu resikonya atau plus minusnya dan Anda mempunyai pilihan sebelum menikah.

 

 

Menurut hemat saya, Anda lakukan istikharah dan berdoa kepada Allah untuk kemantapan dalam mengambil keputusan, lanjut atau berhenti. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat.

 

 

Nah, terkait bahasan membangun rumah tangga yang sakinah,mawadah dan penuh rahmah termasuk didalamnya bagaimana mengajak suami atau istri dalam kebaikan, Anda dan sahabat-sahabat sekalian bisa membaca buku saya yang berjudul “MEMBINGKAI SURGA DALAM RUMAH TANGGA”. Didalamnya juga  ada tips dan trik bagaimana mengajak pasangan bersama-sama dalam ibadah, termasuk dalam ibadah shalat-shalat sunnah  . Wallahu’alam bishshawab. [ ]

 

5

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

890

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .

 

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman