Saat Kalimat Tauhid Dilecehkan, Begini Cara Mengukur Cinta Kepada Allah

0
1254

 

Assalamu’alaykum. Pak Aam, akhir-akhir ini sering kita lihat ada segelintir orang yang melakukan pelecehan kepada ajaran Islam maupun simbol –simbol Islam khususnya di medsos. Sementara kita juga dituntut menunjukkan identitas sebagai seorang muslim.  Bagaimana cara mengukur rasa cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya?. Mohon nasihatnya. ( Nuri via fb)

 

 

 

Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Tentu kita prihatin dan sangat disayangkan ada orang yang melakukan pelecehan terhadap ajaran sebuah agama atau pun simbolnya. Ini tentu bukan tindakan terpuji dan boleh dikatakan tindakan intoleransi terhadap orang beragama. Seharus tidak perlu melakukan itu dan yang harus dibangun adalah sikap saling menghormati dan menghargai antar atau sesama umat beragama, apa pun agama dan keyakinannya.

 

 

Sebab, seseorang hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dikerjakan. Tidak perlu mengurusi atau mencampuri urusan orang lain. Setiap agama dan keyakinan mempunyai ajaran dan nilai kesakralannya sendiri-sendiri. Menghina dan melecehkan ajaran atau sekedar symbol agama pada hakikatnya menghina dirinya sendiri. Tentu tidak perlu dibalas dengan kekerasan atau tindakan yang dapat memperkeruh suasana.

 

Jika ada salah, serahkan pada pihak yang berwajib untuk menanganinya sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebagai muslim maka tunjukkan akhlak yang terpuji, sopan, santun dan selesaikan dengan cara-cara yang beradab bukan sebaliknya.

 

 

Kembali ke pertanyaan Anda, bagaimana cara mengkur cinta kepada Allah dan Rasulnya?. Cinta ditilik dari sudut mana pun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat bahwa sejumlah seniman, teolog, sampai filosof membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya, baik dalam bentuk roman, puisi, syair, bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis, ataupun sosiologis.

 

 

Filsuf sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita.” Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.

 

 

Ericf Fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud, menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu: care (perhatian), responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), dan knowledge (pengetahuan).

 

 

Nah, sekarang bagaimana cara mengukur rasa cinta seorang hamba kepada Allah. Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan pegangan, yaitu:

 

  1. Rindu bertemu dengan Allah

Barangsiapa yang merindukan bertemu dengan Allah, maka Allah pun merindukan bertemu dengannya.” (H.R. Ahmad, Tirmudzi, Nasa’i)

 

  1. Merasa nikmat berkhalwat (munajat/komunikasi dengan Allah)

Shalat itu menjadi penyejuk hati.” (H.R. Ahmad, Nasa’i,  Hakim)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. As-Sajdah 16-17

 

  1. Selalu sabar dalam mengarungi kehidupan (tangisan-ujian-kefanaan)

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. An-Nahl 16: 96

  • sabar menghadapi nafsu syahwat, seperti Nabi Yusuf a.s.
  • sabar menghadapi istri, seperti Nabi Nuh a.s.
  • sabar menghadapi suami seperti Asyiah istri Fir’aun
  • sabar menghadapi penyakit, seperti Nabi Ayyub a.s.
  • sabar menghadapi penguasa zalim, seperti Nabi Ibrahim a.s. menghadapi Namrudz
  • sabar menghadapi anak-anak yang tidak saleh, seperti Nabi Ya’qub a.s.
  • sabar menghadapi umat yang neko-neko, seperti seperti Nabi Musa a.s.
  • sabar menghadapi fitnah, seperti Maryam
  • sabar menghadapi tantangan dakwah, seperti Nabi Muhammad saw.

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” ( Q.S. An-Nahl 16: 127-128 )

 

  1. Mengutamakan apa yang dicintai Allah dari segala sesuatu yang dicintainya

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah 9: 24)

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”  (QS. Al Baqarah 2: 165)

 

  1. Selalu mengingatnya dan selalu hadir dalam setiap aktivitas kita bahwa hanya Allah segala-galanya

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” ( QS. Al Anfal 8: 45)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” ( QS. Al Anfal 8: 2-3)

 

  1. Mengikuti apa yang dicontohkan nabi atau rasul-Nya

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 3: 31)

 

  1. Semangat untuk membaca ayat-ayat-Nya

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal 8: 2)

 

BACA JUGA: MUI Minta Pembakar Bendera Tauhid Dihukum dan Diadili

 

  1. Gemar bertaubat dan minta ampun karena takut ditinggalkan-Nya

Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf 50: 31-35)

Demikian beberapa point yang dapat kita jadikan pegangan dalam mengukur cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Intinya pelajari dan kaji Islam kemudian amalkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishshawab. [ ]

5

Editor: iman

Ilustrasi foto: istimewa

890

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email:  [email protected]  atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/ .

 

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online

Twitter: percikan_iman