Oleh: Tate Qomarudin*
لاَتَزَالُطَائِفَةٌمِنْأُمَّتِىظَاهِرِينَعَلَىالْحَقِّلاَيَضُرُّهُمْمَنْخَذَلَهُمْحَتَّىيَأْتِىَأَمْرُاللَّهِوَهُمْكَذَلِكَ». (مسلم)
Rasulullah Saw. bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menegakkan kebenaran. Mereka tidak terganggu oleh orang yang menghinakan mereka hingga datang kemenangan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian.” (H.R. Muslim)
Yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.dalam hadits di atas tidak lain adalah janji Allah Swt. yang menyatakan bahwa niscaya Dia akan menolong orang-orang yang menegakkan kebenaran. Perhatikan dua firman-Nya berikut ini.
“Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. Ash-Shaff [61]:9)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itu lah orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur [24]:55)
Di samping janji-janji itu, fasilitas atau potensi kemenangan al-haq (kebenaran) sudah Allah sediakan secara lengkap. Di antara potensi-potensi itu adalah pertama, keabadian syari’ah Islam. Islam telah terbukti mampu bertahan dan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan berbagai ideology sepanjang kehidupan manusia.
Kedua, sumber daya manusia muslim amat dahsyat. Hari ini tercatat 1,57 milyar penduduk dunia dalah muslim.
Dan ketiga, potensi sumber daya alam.Seorang ulama mengatakan, “Tidak ada sejengkal pun tanah yang di atasnya diproklamirkan tauhid melainkan di bawahnya terkandung kekuatan alam.”
Jadi,tidak ada alas an bagi penggiat dakwah untuk pesimis dan putus asa. Jangan sisakan ruang dalam jiwa kita bagi keraguan tentang keniscayaan datangnya pertolongan Allah Swt. Peluang kemenangan dakwah itu bertaburan di mana-mana.
Akan tetapi, janji kemenangan itu tidak serta merta turun dengan dengan begitu saja tanpa pergerakan dan perjuangan dari kaum mukmin.Boleh jadi, kemenangan yang Allah janjikan itu datang tidak pada waktu yang diharapkan oleh para penegak kebenaran. Tentu saja, dalam keterlambatan datangnya kemenangan itu pun ada pesan dan nilai tarbiyah (pendidikan) dari Allah Swt. dan kita harus mampu meresponya secara tepat. Ada beberapa faktor yang dapat memperlambat tibanya pertolongan Allah, antara lain:
- Kurang atau Tidak Adanya Keikhlasan
Boleh jadi, kemenangan ditangguhkan karena dalam perjuangan kita masih ada tujuan-tujuan selain ridho Allah Swt. Perjuangan belum sepenuhnya menuju kepada Allah, belum utuh lillahita’ala. Padahal, Allah Swt. menginginkan kita agar berdakwah dan berjuang semata-mata ikhlas karena-Nya.
Rasulullah Saw. pernah ditanya, “Ada orang yang berjuang karena fanatisme kesukuan, ada orang yang berjuang karena (ingin menunjukkan) keberanian, dan ada orang yang berjuang karena ingin dilihat (riya). Siapakah di antara mereka yang termasuk fi sabilillah (berjuang di jalan Allah)?”RasulullahSaw. menjawab, “Siapa yang berperang karena ingin meninggikan kalimat (agama) Allah maka dialah yang (berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukharidan Muslim)
- Dha’fut-takhthith
Dha’fut-takhthith (lemah perencanaan) adalah penyumbang terhambatnya kemenangan dari Allah. Orang mengatakan, gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Bagi kita, melakukan perencanaan dalam perjuangan adalah bagian dari pelaksanaan perintah Allah. Firman-Nya,“Dan persiapkanlah oleh kalian untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang bisa dan dari kuda-kuda yang ditambat, yang dengannya kamu menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 60)
Mari sejenak kita tengok siroh RasulullahSaw. Sesampainya di Madinah, beliau langsung melakukan pendataan orang-orang yang telah menyatakan masuk Islam. Saat itu tercatat 1.500 orang. Strategi besar dakwah yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana yang terserap dari sirahnya adalah tahapan-tahapan berikut: pembentukan individu muslim, pembentukan keluarga muslim, pembentukan masyarakat islami, sertapembentukan pemerintahan islami.
Tanpa perencanaan yang konprehensif dan integral, tahapan-tahapan itu mustahil bisa teracapai. Untuk pembentukan pribadi muslim saja,diperlukan langkah-langkah yang tertata dan terencana sehingga terbentuk pribadi yang memiliki karakter muslim paripurna. Karakter-karakter itu adalah: mempunyai aqidah yang lurus, melaksanakan ibadah yang benar, berakhlak mulia, memiliki intelektualitas yang baik, tubuhnya sehat dan kuat, mampu berusaha untuk mencari rezeki, mampu mengendalikan hawa nafsu, segala urusannya tertata rapih, memanfaatkan waktunya dengan sangat baik, dan berguna bagi orang lain. Bagaimana pula halnya dengan membentuk sebuah masyarakat, pemerintahan, dan khilafah?Tanpa perencanaan yang matang, hal tersebut hanya akan muncul aktivitas reaksioner dan sporadis.
- Isti’jal
Isiti’jal adalah terburu nafsu atau tidak sabar dalam meraih hasil perjuangan. Ini merupakan salah satu penyakit buruk para pejuang kebenaran. Rasulullah Saw. telah memberi pelajaran kepada kita tentang itu. Khabbab Bin Al-Arat mengatakan, “Kami mengadu kepada Rasulullah Saw.sementara beliau saat itu sedang (duduk) beralaskan selendang di bawah bayang-bayang Ka’bah. Kami katakana kepada beliau,
‘Ya Rasulullah, tidakkah engkau meminta tolong kepada Allah untuk kami? Tidakkah engkau berdoa untuk (kemenangan) kami?’Rasulullah Saw.menjawab, ‘Telah terjadi pada orang-orang (beriman) sebelum kalian, seseorang disiksa dengan cara ditanam di dalam tanah lalu digergaji dari kepalanya hingga terbelah dua dan disisir dengan sisir besi hingga terkelupaslah daging dari tulangnya. Namun hal itu tidaklah menghalangi mereka dari agamanya. Demi Allah, Dia akan menyempurnakan urusan ini hingga pengendara berjalan dari Shan’a ke Hadramaut dalam keadaan tidak takut selain oleh Allah dan selain takut serigala memangsa kambing-kambingnya. Akan tetapi kalian suka terburu-buru’.” (H.R. Bukhari)
- Mengabaikan Patokan Syari’ah
Kemenangan dan pertolongan Allah boleh jadi tertahan manakala para pejuang dakwah mengabaikan dhawabithsyar’iyyah (patokan-patokan syar’i).Allah Swt. menegaskan,
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfaal [8]:46)
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (semoga Allah meridoinya) menasihati pasukan yang diberangkatkannya seraya berkata, “Aku berpesan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, berperanglah di jalan Allah, perangilah orang yang kufur kepada agama Allah karena sesungguhnya Allah pasti mebela agama-Nya. Janganlah berlaku curang, jangan berkhianat, jangan menjadi penakut, jangan merusak di muka bumi, janganlah kalian membantah apa yang diperintahkan kepada kalian.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq jugamenyuratiKhalid Bin Walid yang isinyaantara lain: “Segala puji bagi Allah Yang telah menunaikan janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan wali-Nya, menghinakan musuh-Nya, mengalahkan kelompok-kelompok (kafir) sendirian. Sesungguhnya Allah Yang tiada tuhan selain Dia berfirman, (beliaukemudianmembacakanayatke-55 surat An-Nur). Itu adalah janji Allah yang tidak akan diingkari, dan perkataan yang tidak mengandung keraguan. Dan Dia telah mewajibkan jihad kepada orang-orang beriman dengan firman-Nya (serayamembacaayat ke-216 surat Al-Baqarah).
Maka sempurnakanlah dirimu untuk mendapatkan janji Allah itu. Taatilah segala yang diwajibkan kepada kalian, meskipun beban demikian besar, musibah merajalela, jarak begitu jauh, dan kalian merasakan penderitaan dalam harta dan jiwa. Karena sesungguhnya itu semua adalah kecil dibandingkan dengan keagungan pahala Allah. Maka berperanglah kalian (semoga Allah merahmati kalian) di jalan Allah baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian.” (Hayatush-Shahabah, Yusuf Kandahlawi,Juz III hal. 676)
BACA JUGA: Waktu Terbaik Terkabulnya Doa
- Tanazu’
Tanazu’ (pertikaian) adalah penyakit yang melumpuhkan tubuh umat Islam.Tidaklah salah pepatah yang mengatakan,bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Bukankah Rasulullah Saw. pernahbersabda, “Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling meninggalkan, danjadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal bagi kalian meninggalkan (bertengkardengan) saudaranya lebih dari tiga malam.” (H.R. Bukhari)
Karenanya, RasulullahSaw. Selalu sigap mengantisipasi dan menyelesaikan bibit-bibit pertikaian di kalangan kaum muslim. Pernah suatu kali Abu Dzar Al-Ghifari, keseleo lidah dengan mengatakan kepada Bilal, “Wahai anak perempuan hitam!”Rasulullah Saw. tidak tinggal diam. Beliau mengingatkan Abu Dzar seraya mengatakan, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang mempunyai sifat-sifat jahiliyyah.”
Bila demikian, maka jadilah kita seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, yakni orang-orang yang menegakkan kebenaran dengan konsisten dan berperilaku sebagai orang yang layak menerima pertolongan dan dukungan Allah Swt.Insya Allah. Wallahu’alam.[ ]
*penulis ada pegiat dakwah dan penulis buku
5
Red: admin
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
850
Follow juga akun sosial media percikan iman di:
Instagram : @percikanimanonline
Fanspages : Percikan Iman Online
Youtube : Percikan Iman Online
Twitter: percikan_iman