Menurut Gus Sholah, Ini Juara Sejati Setelah Ramadhan

0
672

PERCIKANIMAN.ID – – Selayaknya sebuah kamp latihan, bulan Ramadhan sengaja dirancang oleh Sang Pencipta guna meluluskan pribadi tangguh. Selama Ramadhan, umat Islam digembleng dengan beragam latihan, dari menahan amarah, syahwat, dan pola konsumsi.

 

 

Selama satu bulan penuh, kaum mukmin juga dididik untuk disiplin dalam hal waktu melalui jadwal sahur dan berbuka. Setelah bersusah payah menjalani latihan, tibalah hari ketika kita mendapat “kemenangan”.

 

 

 

Suka cita bersilaturahmi bersama keluarga pun dianggap sebagai “imbalan” atas latihan selama ini. Sampai di sini, sepertinya ada yang perlu dikoreksi.

 

 

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang), KH Salahuddin Wahid, momen Idul Fitri adalah awal dari pembuktian kesuksesan “latihan” yang sesungguhnya!

 

 

“Justru, hasil pendidikan selama satu bulan akan terlihat pasca-Ramadhan,” tutur tokoh NU yang kita kenal dengan panggilan Gus Solah itu.

 

 

Dia menjelaskan, cara terbaik melihat apakah seseorang “lulus” atau tidak adalah dengan melihat amal ibadahnya pasca-Ramadhan. Apabila setelah bulan puasa dia kembali pada kebiasaan lamanya –misalnya tidak melakukan shaum sunnah, Shalat Malam kembali ditinggalkan, tilawah juga kembali jarang–tentu orang ini gagal.

 

 

Bagi Gus Solah, esensi pendidikan Ramadhan adalah peningkatan kualitas ibadah di sebelas bulan lainnya.

 

 

“Indikatornya bukan di akhir Ramadhan, tapi di akhir bulan Sya’ban (tahun) berikutnya.”

 

 

Seseorang yang mampu menjaga ibadahnya hingga Ramadhan berikutnya, bahkan bertambah baik, adalah ciri orang yang berhasil. Tentu saja, ini bukan perkara mudah, mengingat selain di bulan Ramadhan, begitu banyak godaan dan rintangannya. Bila pada bulan Ramadhan ibadah kita meningkat, hal itu wajar karena memang saat itu kita dikondisikan untuk beribadah.

 

Puasa diwajibkan bagi orang beriman di bulan Ramadhan. Shalat Malam juga diutamakan selama Ramadhan. Tidak lupa, kegiatan tilawah dan pengajian seolah menjadi “menu wajib” sehari-hari di bulan Suci. Hal inilah yang menjadikan kita bersemangat dalam melakukan ibadah di bulan Ramadhan.

 

“Yang luar biasa adalah mempertahankan kebiasaan baik di bulan-bulan berikutnya,” kata Gus Solah.

 

Dia juga mengingatkan kepada umat agar tidak sembarang memandang bulan pendidikan ini. Puasa, dalam kacamata Gus Solah, bukan sekadar ritual fisik. Lebih dari itu, puasa harus mampu melahirkan kepekaan sosial.

 

Tidak cuma menahan rasa lapar, puasa juga mengajak kita untuk lebih berempati kepada sesama. Dengan puasa, kita diingatkan untuk senantiasa sederhana menjalani hidup. Karena itu, ibadah puasa diharapkan mampu melahirkan mental dermawan dalam diri umat.

 

“Saya yakin, banyak orang dermawan di Indonesia. Tetapi,…” kata Gus Solah, “zakat di Indonesia masih belum optimal. Padahal, potensinya sangat luar biasa.”

 

Masih menurut Gus Solah, zakat adalah sarana guna pengembangan ekonomi umat yang mandiri dan kokoh. Sedangkan, puasa adalah sarana terbaik untuk mengasah empati. Melalui puasa, diharapkan tenggang rasa antar umat semakin terpupuk dan gap kesenjangan sosial semakin terkikis.

 

Akan tetapi, yang sering kita jumpai dalam realitas kerap berbeda. Sikap egois dan selalu ingin menang sendiri merupakan hal yang lumrah kita jumpai akhir-akhir ini. Bahkan, negara Indonesia katanya masuk dalam urutan negara paling korup.

 

 

BACA JUGA: Amalan Setelah Ramadhan

 

 

“Padahal, mayoritas penduduk kita umat Islam yang seharusnya memberikan kebahagiaan bagi umatnya,” tutur Gus Solah.

 

 

Lebih lanjut, Gu Solah berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh umat Islam di Indonesia yang masih memperlakukan bulan Ramadhan sebagat ritual belaka.

 

 

“Sedangkan, ruh dari ibadah itu sendiri tidak diaplikasikan dalam kehidupan,” ungkap Gus Solah.

 

Tentu saja, hal ini harus menjadi introspeksi bagi umat. Jangan-jangan, ibadah yang kita lakukan masih sebatas keperluan duniawi belaka. Pendidikan Ramadhan yang kita dapatkan tidak berbekas di bulan-bulan setelahnya. Gus Solah mengingatkan, kemenangan yang hakiki saat Idul Fitri adalah ketika kita mampu meningkatkan kualitas ibadah kita di luar bulan Ramadhan.

 

 

“Itulah juara sejati,” pungkasnya. [ ]

5

 

Rep: iqbal

Editor: iman

Foto: iqbal

980

Follow juga akun sosial media percikan iman di:

Instagram : @percikanimanonline

Fanspages : Percikan Iman Online

Youtube : Percikan Iman Online