Assalamu’alaykum. Pak Aam, saya mau bertanya, apakah benar jodoh itu ditetapkannya ada yang di dunia ada juga yang di akhirat? (Amelinda via email)
Wa’alaykumsalam Wr Wb. Iya Amel, mojang bujang dan sahabat sekalian. Begini, dalam hidup ini ada bagian yang bukan pilihan kita. Coba perhatikan, hidung anda dan orang tua anda boleh jadi berbeda, bentuknya yang seperti itu bukan karena pilihan orang tua anda. Bentuk mata kita yang seperti ini pun bukan keinginan kita. Kita mirip dengan orang tua kita memang betul, karena ada gennya, akan tetapi tidak akan sama persis. Manusia tidak ada yang diciptakan sama persis, anak kembar identik pun pasti ada bedanya. Jadi Allah telah menciptakan manusia itu sangat unik, artinya tidak ada yang sama dan hal tersebut tentunya bukanlah keinginan kita.
Untuk membahas apakah jodoh itu diberikan oleh Allah, saya perlu bercerita dulu bahwa dalam hidup ini ada yang bukan pilihan kita. Maka dalam surat Al-Infithar ayat 6-8,
“Hai, manusia! Apa yang telah memperdayakanmu sehingga kamu durhaka terhadap Tuhanmu yang Maha Mulia, yang telah menciptakanmu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang, dalam bentuk apa saja Allah berkehendak menyusun tubuhmu.”
Surat ini kalau direnungkan, makna dahsyat sekali. Jadi dalam diri kita terdapat gen ayah dan ibu kita, dan Allah susun gen-gen ini dengan indah. Dan ada yang mirip dengan orang tua kita, ada yang mirip dengan kakek-nenek atau uyut kita, itu semua Allah yang menyusun. Dalam bentuk apapun Allah berkuasa membentuknya dan bukan berdasarkan pilihan kita ataupun orang tua kita.
Kita dilahirkan di era sekarang pun bukan karena pilihan kita. Kita lahir dari ayah ibu orang Indonesia juga bukan pilihan kita. Demikian juga apa yang termasuk masalah jodoh. Jodoh itu, ada bagian yang sudah Allah gariskan, tetapi sebelum ia menjadi jodoh kita, kita diberi wewenang untuk menggunakan pilihan.
Jadi kalau menurut akal sehat kita pilihan yang ada itu buruk, maka janganlah diambil. Misal anda dihadapkan dengan laki-laki yang sudah jelas ia tukang mabok, judi, dan malas bekerja, Anda pun harus antisipasi, apakah siap menikah dengan laki-laki seperti itu? Kalau tidak siap maka jangan dinikahi. Itulah wilayah pilihan kita.
Makanya sebenarnya kita diberi kuasa untuk memilih dengan akal dan nurani kita. Jika menurut kita baik, maka ambilah namun jika menurut kita buruk maka jangan diambil. Oleh sebab itu, jodoh adalah takdir yang Allah tetapkan, tetapi kita tetap diberi lahan untuk memilih. Itu sebabnya ada shalat istikharah.
Do’anya, “ya Allah aku memilih berdasarkan ilmumu, engkau maha tahu sedangkan aku tidak tahu. Ya Allah sekiranya laki-laki itu baik untuk duniaku, akhiratku, dan akhir hidupku, jadikanlah ia suamiku, mudahkan aku menikah dengannya. Tapi sekiranya laki-laki ini hanya akan menjadi keburukan untuk dunia dan akhiratku, maka engkau berkuasa menggantinya dengan yang lebih baik. Berikan aku kerelaan atas apa yang engkau gantikan.”
Dalam do’a tersebut ada kata-kata, “aku mohon dengan ilmumu yang maha tahu”, karena Allah lah yang maha tahu mana yang terbaik untuk diri kita. Jadi jodoh itu adalah takdir dari Allah, tetapi sebelumnya kita diberi kesempatan untuk memilih. Kalau pilihan itu masih anda ikhtiarkan, masih dicari informasi yang berkaitan dengannya maka itu masih dalam bentuk ikhtiar, tapi kalau sudah terjadi akad, maka itu adalah jodoh.
Nah ketika sudah ditakdirkan berjodoh, perjalanannya masih berlanjut, apakah jodoh kita ditakdirkan sampai akhir hayat, atau beberapa tahun bahkan beberapa bulan saja, itu waktu yang akan menjalani. Disitu pula terdapat ikhtiar, bahwa sepasang suami istri harus berjuang mempertahankan ikatan rumah tangganya.
Setelah akad nikah disitu sudah menjadi jodoh kita. Dan setelah menikah itu kita diberi pilihan lagi, apakah kita bisa berkomitmen, apakah kita akan menjaga rumah tangga tersebut sampai akhir hayat,atau apakah kita akan menjadikan rumah tangga itu kenangan terindah dalam hidup hingga akhirat, nah itu adalah pilihan kita. Jadi ternyata manusia itu hidup diantara takdir dan ikhtiar, ini kemudian yang dikuatkan dalam surat Al-Mulk,
“Katakan, Allah yang menciptakanmu, memberi pendengaran, penglihatan, dan akal.”
Jadi kita disuruh untuk menggunakan pendengaran, penglihatan, akal, dan nurani, memilih yang terbaik dalam mengarungi hidup. Jadi ketika belum menikah, maka ia belum jadi jodoh dan takdir kita, setelah akad barulah itu adalah jodoh dan takdir kita. Setelah menjadi jodoh, masih ada ikhtiar lain, yaitu berjuang mempertahankan rumah tangga tersebut. Jadi ikhtiar, do’a dan takdir adalah tiga hal yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Itu sebabnya Allah berfirman,
“...kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.Ali Imran: 159)
Tawakal itu artinya, memiliki cita-cita yang bagus, jalani cita-cita tersebut dengan kerja keras, bingkai dengan do’a, kalau sukses kita bersyukur, kalau belum sukses kita belajar terus untuk sabar dan menerima kenyataan.
Insya Allah jika kita berjodoh di dunia dengan orang shalih maka kelak di surga akan dikumpulkan kembali. Hal ini merujuk pada firman Allah Swt dalam Al Quran,
” Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. Ath Thur: 21).
BACA JUGA: Susah Dapat Jodoh, Apakah Terkena Guna-guna?
Lalu bagaimana dengan orang yang belum menikah atau belum ada jodoh di dunia hingga akhir hayatnya? Untuk hal ini ada beberapa pendapat ulama bahwa selama mereka (mojang bujang) tersebut beriman dan beramal shalih maka Allah akan mempertemukan jodohnya di surga. Seperti pendapat Ibnu Utsaimin bahwa apabila wanita tersebut belum pernah menikah tatkala di dunia maka Allah akan menikahkannya dengan laki-laki yang sangat dia cintai di surga. Orang yang mendapat kenikmatan di surga tidaklah terbatas laki-laki saja, namun untuk laki-laki dan perempuan. Diantara bentuk kenikmatan surga salah satunya adalah menikah atau adanya pasangan. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa di dalam surga tidak kelak ada orang yang melajang. Sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Di jannah (surga) tidak ada yang hidup membujang.” (HR. Muslim)
Demikian penjelasannya, semoga bermanfaat. Wallahu’alam bishawab. [ ]
5
Editor: iman
Ilustrasi foto: pixabay
892
Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email: [email protected] atau melalui Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/