Tips Selalu Berprasangka Positif Pada Suami

0
516

Oleh: Sasa Esa Agustiana*

 

PERCIKANPIMAN.ID – – Seorang ukhti bertanya kepada saya, bagaimana caranya agar selalu bersikap ikhlas dan positive thingking?

Ukhti tersebut sudah menikah dan usia pernikahannya kurang lebih enam tahun. Akhir-akhir ini ukhti tersebut merasa bahwa suaminya semakin banyak berubah. Meski suaminya kerap bilang tengah sibuk dengan pekerjaannya, tapi hatinya merasakan sesuatu yang berbeda. Kebetulan mereka tinggal berjauhan, suaminya di Jakarta dan ia di Bandung. Suaminya pulang seminggu sekali. Dengan bernada galau, ukhti tersebut bertanya, “Sebaiknya sikap saya bagaimana ya, Teh, agar hati saya tenang dan suami saya pun tidak merasa dicurigai?”

Dalam sebuah ikatan pernikahan, idealnya setiap pasangan berlapang dada dan meluangkan waktu secara kontinu untuk me-refresh ingatan akan amalan masing-masing. Hal ini perlu dilakukan agar tujuan awal dan akhir pernikahan tetap terjaga dan konsisten. Pernikahan adalah sarana meningkatkan iman dan amal shaleh. Pernikahan juga perwujudan ibadah kepada Allah Swt. dan menjalankan salah satu bentuk sunnah Rasulullah Saw.

Dalam pernikahan, harus tercipta arah kemudi rumah tangga yang jelas, dibangun dengan fondasi iman yang kokoh, dan pola bercermin pada aturan yang sama. Tatkala badai rumah tangga datang, suami istri harus dapat saling mengingatkan dan mengajak kembali pada rel yang benar. Dengan penuh kesadaran, suami istri harus selalu mengaudit diri sendiri. Sudah ada di tahapan manakah rumah tangga yang tengah dijalani?

Di usia pernikahan yang menginjak tahun keenam, ukhti jagan heran menemukan sejumlah perubahan dari pasangan. Tentunya, pasti ada perubahan yang mengarah pada sisi positif dan juga ada perubahan ke arah negatif. Nah, agar tolak ukur kita tidak melulu bersandar pada keinginan pribadi, sebaiknya kita berkaca pada standar akhlak Rasulullah Saw. Ini dilakukan agar penilaian kita fair dan tidak ada yang merasa tersakiti dan terzalimi.

Saya paham, ukhti tak mampu menafikan feeling sebagai seorang istri. Ketahuilah, feeling seorang istri memang lambat laun akan terasah dengan sendirinya sehingga ukhti memiliki kepekaan yang lebih tajam. Namun, seiring berjalannya waktu, ukhti akan membiasakan diri menerima atau berusaha mengadakan kompromi untuk perbaikan bersama.

Hal tersebut normal dan wajar adanya apabila ukhti termasuk tipe orang yang memperhatikan detail perubahan sikap suami. Pada dasarnya, hanya ukhti yang paling tahu permasalahan yang terjadi sebenarnya dan tolak ukur yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Ukhti harus tetap siap dengan zona terburuk sekalipun. Tapi jangan lupa rumusnya tadi, pakai cermin akhlak Rasulullah Saw. untuk menyelesaikan persoalan ukhti dan suami. Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an dan sunnahnya. Jangan sampai ukhti berdosa karena berawal dan berakhir hanya sebatas suudzan (sangka buruk) tanpa fakta.

Berusahalah mengurai masalah dan mencari fakta yang jelas. Dalam kasus ini, ukhti menemukan perubahan pada sikap suami yang membuat bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya. Hal tersebut tidak bisa ukhti diamkan saja. Ukhti harus segera menindaklanjutinya dengan segera mengambil langkah penuh perhitungan yang matang.

Hal pertama yang perlu ukhti lakukan, tentu saja berbicara empat mata dengan suami. Secara langsung, katakan padanya apa yang ukhti rasa hilang dari diri suami. Apabila dia mengelak, hanya diam, atau tidak merespons, maka utarakan perasaan mengganjal pada diri ukhti pada suami. Tentu, sebelumnya ukhti harus sudah berbenar memperbaiki diri. Jika selama ini ukhti merasa sudah on the right track namun suami tambah menjauh dengan sejuta alasannya, ukhti tetap harus tenang dan jangan terpuruk tak berdaya.

Selanjutnya bila ternyata tak ada jawaban pasti dan masalah terus terjadi dan berulang, maka ukhti memerlukan data tambahan. Ukhti bisa bertanya pada teman-teman dekatnya untuk mengadakan investigasi atau mencari tahu kebiasaan suami di luar rumah. Siapa tahu, meski ukhti yang merasa paling tahu watak asli suami, ternyata dia tidak menampakkan wajah aslinya di depan ukhti. saran saya, tempat tinggal berjauhan jangan dijadikan kendala. Sebaiknya, ukhti berkunjunglah di luar waktu rutin kunjungan suami.

BACA JUGA: Cara Menghadapi Istri Yang Pencemburu

Coba temani suami untuk beberapa acara yang biasanya ukhti tidak diajak. Tidak usah sedih atau kecewa bila awalnya dia menolak atau setengah terpaksa mengajak ukhti atau malahan semakin menghindari dengan alasan sibuk kerja. Secara logika, tak mungkin ia kerja terus dan tak membutuhkan refreshing atau berkumpul dengan ukhti dan keluarga. Suatu saat, ukhti akan menemukan alasan perubahan sikap suami tersebut.

Selanjutnya, ketika ukhti semakin yakin dengan feeling yang mengatakan ada yang berbeda, kontrollah diri dan suami dengan doa karena doa adalah usaha manusia berserah pada Pencipta-Nya. Berlindunglah pada Allah agar suami dan ukhti mendapat bimbingan-Nya dalam melewati masa-masa tersebut.

Mari kita simak sebuah hadist yang memerintahkan kita untuk menunaikan kewajiban sebaik-baiknya pada pasangan, bersikap baik pada satu sama lain, dan menjauhi sikap saling menzalimi dalam segala bentuknya, yakni “Wahai hambaku sesungguhnya aku (Allah Swt.) mengaramkan kezaliman atas diri-Ku, maka Aku mengharamkan pula di antara kalian saling menzalimi” (HR. Muslim).

Wallahu a’lam. [ ]

5

*Penulis adalah ibu rumah tangga, penulis buku dan pegiat dakwah

 

Red: riska

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay

850