Ketika Islam Hanya Menjadi Sebuah Identitas

0
301

PERCIKANIMAN.ID – Saat kejujuran menjadi barang langka, entah ke mana bekasnya. Manusia makin angkuh dalam gelimang harta di tengah perdaban. Moral makin terpinggirkan, akhlak dan adab hanya menjadi bahan omongan tanpa tindakan. Terlebih, bangsa Indonesia yang katanya jumlah muslimnya terbesar di dunia, tidak lebih baik moralnya dari negara muslim minoritas.

Ke mana perginya Islam dari diri kita? Banyak orang yang mengaku Islam ketika ada pendataan kependudukan, tapi dalam praktinya nol. Islam hanya menjadi omong kosong, sebuah identitas tanpa makna.

Betapa banyak muslim Indonesia yang melakukan praktIk penipuan, korupsi, perjudian, mabuk, zina, pencurian, hingga pembunuhan? Setiap hari kita disuguhi berita yang jauh dari akhlak dan adab islami. Segala macam bentuk kriminal menjadi santapan sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Para produsen film, musik, majalah, portal online, dan sebagainya semakin gencar untuk mempertontonkan sisi sensualitas wanita yang katanya adalah seni. Hanya beberapa produsen yang memang benar-benar menonjolkan seni yang benar.

Makin banyak saja pencuri dari kelas teri hingga kakap sekelas koruptor yang tertangkap dan kebanyakan dari mereka mengaku beragama Islam. Banyak bermunculan pula para dukun dan paranormal yang dalam identitas kependudukannya beragama Islam. Apakah benar mereka adalah penganut Islam? Apakah mereka setiap hari menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an barang satu atau dua ayat? Apakah benar mereka malakukan zakat, puasa sunnah atau Ramadhan, bahkan haji atas dasar iman?

Saat ini, banyak orang Islam ketika disuruh untuk membaca Al-Qur’an justru tidak bisa atau disuruh membaca doa-doa dalam shalat malah tidak lancar. Padahal, bukankah akhlak Islam itu ada dalam Al-Qur’an?

Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi Saw. adalah Al-Qur’an.” (H.R. Muslim). Sungguh, jawaban Aisyah ini singkat, namun sarat makna. Dia menyifati Rasulullah Saw. dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat, akhlak Nabi Saw. adalah Al-Qur’an.

Allah Swt. berfirman, “Sungguh, Al-Qur’an memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus…” (Q.S. Al-Isrā’ [17]: 9)

Pada masa permulaan dakwah Islam, Nabi Muhammad Saw. tidak hanya membangun sisi tauhid, tetapi juga membangun sendi dan pilar akhlak mulia. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. Baihaqi dan Al-Hakim).

Jika melihat mentalitas dan sikap muslim saat ini yang jauh dari ajaran agama, bisa dikatakan penganut Islam di negeri ini kurang memahami dan perlu menelaah kembali sikap dan tingkah laku seorang muslim sejati. Maka, kutipan ayat berikut sangat tepat menggambarkan kondisi umat saat ini.

“Kemudian, datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsunya. Mereka kelak akan tersesat.” (Q.S. Maryam [19]: 59)

Bagaimana tidak benar, saat ini kita hanya diperbudak hawa nafsu. Kita semakin lupa akan kewajiban untuk shalat. Masjid semakin jarang jamaahnya. Ketika tiba waktu shalat, jamaahnya pergi entah kemana seolah lupa akan Tuhan yang telah menciptakan mereka. Bagaimana Tuhan akan bersama hamba-Nya jika sang hamban tidak mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya?

Maka, sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita kembali menelaah dan mengkaji kembali agama yang telah kita anut agar tidak sekedar menjadi identitas di KTP. Bayangkan jika semua muslim mempraktikkan ajaran agamanya dengan benar, saya yakin tidak akan ada lagi berita-berita yang tidak sedap mengenai umat Islam di negeri ini. Wallahu’alam bishowab.

Penulis : Ahmad Faris Faisal, Alumni  Institut Studi Islam Darussalam