Meraih Pahala Ibadah dari Utang Piutang

0
460

PERCIKANIMAN.ID – Mari penulis ceritakan satu atau dua hal tentang utang piutang. Di dunia ini, setiap orang pasti ingin terbebas dari utang. Meski demikian, hampir semua orang memilikinya, dari yang jumlahnya hanya puluhan ribu hingga milyaran. Bukan hanya yang jelas-jelas dikatagorikan masyarakat miskin yang tinggal di rumah-rumah petak, para konglomerat yang memiliki beberapa perusahaan pun memilikinya, meski memang kondisi dan peruntukannya berbeda.

Utang tetap saja utang. Bukan hanya negara miskin yang tengah dilanda berbagai krisis, negara adikuasa pun tidak kalah kalah besar utangnya sehingga harus menyediakan sekian banyak anggaran untuk membayar cicilan (utang) tiap tahunnya.

Jika dipraktikkan dengan benar, utang piutang dapat mendatangkan keuntungan, bukan hanya dari segi duniawi tapi juga ukhrawi. Ya, utang piutang dapat dimaknai lebih dari sekadar proses meminjamkan atau menerima pinjaman dengan konsekuensi pembayaran, baik tunai maupun dicicil, seperti disepakati kedua belah pihak. Paling tidak, penulis menilai ada tiga hal yang dapat kita dapatkan dari transaksi utang piutang.

Pertama, utang piutang sebaga sarana solusi permasalahan keuangan. Daripada terjerat riba rentenir, meminjam uang untuk kebutuhan yang medesak kepada saudara seiman tentu lebih dianjurkan. Tentu saja, berbagai kesepakatan mengenai tenggat pengembalian utang atau besarnya cicilan yang mampu dibayar per periodenya harus disepakati di awal agar tidak terjadi salah persepsi dan miskomunikasi yang dapat menjadi bibir bermasalahan kelak di kemudian hari. Pencatatan juga penting dilakukan mengingat kecenderungannya orang yang berutang selalu merasa bahwa utangnya tinggal sedikit dan orang yang memberi utang merasa piutangnya masih banyak.

Kedua, utang piutang sebagai sarana untuk membuat kita bekerja lebih giat. Bagi yang berutang, tentu saja harus lebih giat berusaha untuk mengembalikan atau paling tidak mencicil utang yang ditanggungnya. Bagi yang memberikan utang, menolong orang yang membutuhkan (utang) adalah perbuatan mulia. Karenanya, dia harus berusaha lebih giat lagi agar berkesempatan untuk meminjamkan (uang) kepada lebih banyak orang yang memang tengah membutuhkan.

Ketiga, utang piutang sebagai sarana mempererat tali persahabatan atau persaudaraan. Sebuah keterangan menyatakan bahwa sahabat sejati hanya baru dapat diketahui ketika kita pernah melakukan perjalanan, bermalam, serta pinjam meminjamkan uang. Mengapa? Karena melalui tiga kegiatan tersebut kita bisa mengetahui watak dan sifat asli sahabat kita tersebut. Dalam hal utang piutang utamanya, kita dapat melihat apakah watak asli teman kita itu suka menumbar aib (baca: utang) temannya atau tidak. Atau, kita juga dapat menakar sejauh mana ketepatan janji teman kita dari caranya melunasi utang-utangnya.

Jadi, tidak ada salahnya kita memaknai juga mempraktikkan utang piutang sebagai sebuah ibadah. Bukankah kita ingin membawa pahala ibadah sebanyak-banyaknya sebagai bekal kehidupan di alam akhirat kelak? Mari mengumpulkan pahala ibadah tersebut yang salah satunya kita dapatkan dari praktik pinjam meminjam yang sesuai koridor yang telah ditetapkan. (Muslik)