Apakah Ungkapan “Om Telolet Om” Merupakan Ritual Agama Lain?

0
635

Assalamu’alaikum. Ustadz akhir-akhir ini ramai dengan fenomena ungkapan “om telolet om” khususnya di dunia maya atau medsos. Ada sebagian ustadz yang melarang ikut-ikutan mengucapkan “om telolet om”, karena kalimat tersebut  itu mengandung unsur agama lain. Bagaimana pak ustad ? ( Heny by email)

 

 

Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh. Masyarakat kita ini boleh dibilang gampang latah, yakni mengikuti sesuatu yang dia sendiri tidak tahu maksud dan tujuannya. Contohnya banyak sekali, dan salah satunya ungkapan “Om Telolet Om” ini.

Jika kita telusuri asal muasalnya, ini hanyalah ungkapan atau permintaan sekelompok anak-anak di pinggir jalan raya agar sang sopir membunyikan klakson busnya untuk didengarkan agar seru dan ramai. Ini hanyalah untuk kesenangan bagi anak-anak semata. Kemudian ungkapan ini dibahas bahwa kata “Om” itu ungkapan atau sebutan “Tuhan atau sesembahan” agama lain. Demikian juga dengan kata “Telolet” yang dihubungkan dengan “ungkapan” atau “doa” ajaran agama lain. Sehingga ada yang mengaitkan ungkapan “Om Telolet Om” adalah berdoa dengan cara agama atau keyakinan agama lain.

Menurut saya, sah-sah saja orang mengkaitkan-kaitkan begitu. Itu pendapat pribadi, bukan hasil penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan serta diuji kebenarannya. Namun hal ini tergantung kepada niat kita mengucapkan kalimat tersebut. Kita ketahui bahwa kata “Om” di sini kan artinya “paman” atau si sopir tadi. Sementara “Telolet” artinya bunyi klakson sehingga ungkapan demikian menurut saya bukan ritual agama lain.

Jadi, pendapat saya “Om Telolet Om” ini bukan terkait sebuah ritual keagamaan atau besar kaitannya dengan ibadah agama lain. Kalau ada ustadz yang melarang hal tersebut itu adalah hak pribadi untuk berpendapat. Namun tentunya akan bijaksana jika pendapat juga disertai dengan dasar atau argumen yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Jangan asal berpendapat namun hanya mengikuti pendapat orang lain. Menurut saya ini terlalu dipaksakan, karena sampai saat ini yang saya tahu belum ada kajian ilmiahnya bahwa ungkapan tersebut adalah ritual agama lain. Sekali lagi tidak ada hubungannnya dengan agama.

Hal ini hanya masalah duniawi saja yang sifatnya hiburan, yang terpenting tidak menimbulkan mudharat dan merugikan. Namun jika ini dikaitkan dengan pendidikan bagi anak-anak, maka saya setuju jika anak-anak tidak dibiasakan mengungkapkan tersebut. Sebaiknya ganti dengan kalimat-kalimat baik dan doa (thayyibah) yang bersumber dari Al Quran maupun Hadits.

Sebab jelas ungkapan dalam Al Quran dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw adalah bagian dari dzikir dan doa, seperti Alhadulillah, Allahu Akbar, Masya Allah, Subhanallah dan sebaginya. Ini tentu sangat baik bagi pendidikan anak-anak dalam membiasakan mengungkapan kalimat thayyibah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu’alam. [ ]

 

Editor: iman

Sampaikan pertanyaan Anda melalui alamat email [email protected]  atau melalui i Fans Page Facebook Ustadz Aam Amiruddin di link berikut ini : https://www.facebook.com/UstadzAam/