Pendidikan Seks, Terapkan Sejak Dini Agar Paham dan Terjaga

0
407

Alva menambahkan dengan mengenalkan konsekuensi hubungan seks berisiko dimana dilakukan pada yang sebelum menikah seperti kehamilan tak diinginkan serta penularan infeksi menular seksual akan mencegah remaja terjerumus pada pola pergaulan bebas. Selain itu, mengajarkan tanggung jawab juga akan membuat remaja berpikir ulang jika suatu saat ada godaan untuk melakukan hubungan seks pra nikah. Alva kembali menekankan para orangtua dalam memberi penjelasan pendidikan seks sebaiknya dimulai sejak dini, bahkan idealnya sejak anak-anak sudah belajar berbicara. Pada tahap awal, pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengenalkan perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Materinya semakin ditingkatkan seiring pertumbuhan anak.

“Menjelang puber, anak-anak sebaiknya mulai diberitahu bahwa nanti dia akan mengalami mimpi basah kalau pria dan keluar darah menstruasi pada wanita. Penelitian menemukan bahwa hanya 10 persen laki-laki yang mendapat informasi ini dari orang tuanya, sedangkan pada perempuan lebih banyak, yaitu 90 persen,” imbuhnya.

Dalam perkembangan dewasa ini dimana pengaruh teknologi dan juga pergaulan anak-anak harus dipersiapkan sejak awal. Banyaknya tindakan pelecehan seksual dalam berbagai lingkup baik di sekolah maupun di masyarakat menunjukan tingkat pengetahuan anak akan pendidikan seksologi belum sepenuhnya menjadi perhatian orangtua. Sebagian orangtua telah membekali anak-anaknya khususnya  gadis remaja akan pendidikan seks. Hal ini nampaknya merupakan pertanda bahwa orang tua mulai tumbuh kesadaran dan menaruh perhatian besar kepada anak-anak remaja putrinya. Bisa jadi hal ini mungkin disebabkan karena menstruasi seringkali menimbulkan kepanikan saat pertama kali dialami. Namun seharusnya anak laki-laki juga perlu mendapat porsi yang sama sehingga mempunyai pengetahuan yang sama pentingnya dengan remaja putri.

Alva menambahkan bahwa pada tahap awal anak-anak remaja perlu diajarkan adalah kesehatan reproduksi dan fungsi organ-organ reproduksi. Apabila tidak diberi pendidikan seks, remaja memilki kecenderungan untuk mencari jawaban sendiri atas rasa penasarannya. Yang berbahaya adalah apabila remaja mencari jawaban dari orang atau media yang salah, misalnya dari media yang mengandung pornografi. Karena dikawatirkan informasi yang keliru ini justru membuat anak melakukan tindakan seksual tanpa menyadari konsekuensinya. Apalagi untuk anak yang mengalami puber terlalu cepat, kematangan seksualnya kurang diimbangi dengan perkembangan kedewasaan. Akibatnya ia jadi lebih rentan terjerumus dalam perilaku seksual berisiko.

“Untuk membuat anak-anak mendapat informasi yang benar, orangtua harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang memadai tentang seputar organ reprodusksi dan selalu jujur serta terbuka kepada anak dalam batas kewajaran. Tidak ada salahnya orangtua banyak membaca buku –buku atau media internet atau sharing pengalaman orangtua yang telah lebih dulu mengajarkan pendidikan seksologi. Komunikasi yang lancar dengan anak adalah faktor kunci yang membentengi anak mencari informasi dari sumber lain selain orang tua. Di sekolah, guru juga sebaiknya mulai mengajarkan pendidikan seks secara proporsional,”sarannya.

Selain itu Alva menyarankan, apabila ada pertanyaan dari anak yang sekiranya vulgar atau sensitif, jangan dijawab di depan anak-anak lain yang belum ada keingintahuan sehingga membuat anak-anak lain terusik penasarannya. Berikan penjelasan yang jelas kepada anak sesuai dengan usianya secara pribadi atau terpisah dari teman lainnya, misalnya anak tersebut diajak ngobrol diruang kerja sang ayah atau diajak jalan-jalan berdua. Alva menyayangkan selama ini masih ada anggapan termasuk orangtua jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin, yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. [ ]

Red: ahmad

Editor: iman

Ilustrasi foto: pixabay